Chapter 11 🔞

900 6 0
                                    

Iris birunya terus memandang sosok mungil itu dengan tatapan memuja. Biasanya setelah melakukan percintaan panas dengan Renata dia akan segera meninggalkan wanita itu. Akan tetapi sekarang berbeda. Lengan kekar pria itu beralih fungsi menjadi bantalan kepala mungil Mia, sedangkan tangannya yang lain memeluk wanita itu dengan erat.

Dia begitu mencintai wanita itu. Bahkan beberapa kali bibir tebalnya mengecup pelan kening lebar itu dengan lembut.

"William."

"Hm..."

Mia mengubah posisi tubuhnya dengan menyamping menghadap pria itu. Dia mengelus dada bidang itu dengan lembut tanpa melepaskan tatapan matanya. "Sepertinya kau harus mengetahui hal ini. Karena jika tidak pasti kau akan marah kepadaku."

Pria itu menggelengkan kepalanya. Satu tangannya yang bebas menggenggam tangan mungil itu dengan erat kemudian mengecupnya dengan lembut. "Aku tidak akan bisa marah kepadamu sayang."

Wanita itu menyunggingkan senyuman tipisnya. "Renata menjadikanku sebagai pelayan utama di rumah kau dan dia nanti. Tentu saja aku setuju, karena aku ingin melihat bagaimana kau membuat wanita itu menderita," jelas wanita itu.

Reaksi yang diberikan pria itu sedikit mengejutkan Mia. William memamerkan seringai lebarnya dan memeluk wanita itu dengan erat. "Bagus sekali sayang. Jika seperti itu aku tidak akan susah untuk bertemu dengan kau."

"Kau mencintaiku?" tanya lirih wanita itu. Dia masih belum percaya jika pria itu jatuh cinta kepadanya.

William melepaskan pelukannya dan menatap intens iris biru itu. Tangan kanannya mengelus pipi itu dengan lembut dan mendaratkan kecupan manis di mata, hidung dan bibir wanita itu.

"Tentu saja aku mencintaimu sayang. Maka dari itu, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Setelah pembalasan dendam kau kepada Renata selesai, aku akan menikahi kau dan membesarkan anak-anak kita nanti."

Wanita itu menyeringai lebar dan memeluk pria itu dengan erat. Hatinya sangat bahagia ketika mendapatkan kasih sayang berlimpah seperti ini dari pria itu. Dia melepaskan pelukannya dan kembali memandang iris biru itu dengan tatapan penuh cinta. Mia mendongakkan kepalanya dan kembali merasakan bibir tebal itu. Dia melumatnya dengan lembut dengan kedua tangan yang terus mengusap punggung putih pria itu.

Mia melepaskan ciuman itu dan terkekeh pelan ketika merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana. Pria itu mendorong tubuhnya ke belakang membuat pria itu kembali berada di atasnya.

"Kau sudah membuatku menggila Mia," Pria itu melesakkan telunjuk tangannya ke dalam liang kewanitaan wanita itu, membuat si empunya mengerang dengan keras.

Kepala gadis itu mendongak ke atas dan mengigit bibirnya dengan keras ketika merasakan serangan nikmat dari pria itu. "Ah.. William."

Bagaikan api yang disiram oleh bensin, tubuh pria itu kembali terbakar oleh api gelora. Dia tidak bisa menahannya lagi, maka dari itu dia membenamkan kejantanannya ke dalam liang hangat itu dan membuat wanita yang berada di bawahnya berteriak dengan kencang.

Pusat tubuh wanita itu terasa penuh. Apalagi pria itu menghentakkan kejantanan itu dengan gerakan cepat, yang membuat Mia terus mendesah dengan keras.

Pria itu bergerak dengan mantap dan melahap semua yang ada di bawahnya. Termasuk kedua payudara
yang ada di sana. Mulut tebalnya menghisap dengan kuat puting kecoklatan itu, yang mengakibatkan Mia merintih dengan lirih.

William terus menancapkan kejantanannya ke dalam kewanitaan wanita itu, apalagi suara rintihan yang terus terdengar dari bibir wanita itu membuat dia tidak sedikit pun memperlambat gerakannya.

"William!" wanita itu menjerit dengan keras ketika berhasil mencapai kenikmatan itu. Sedangkan pria itu menempatkan kepalanya di perpotongan leher wanita itu dan menggeram dengan keras.

Wanita itu kira semalam hanya mimpi belaka. Ternyata tidak. Apalagi ketika kedua matanya terbuka dan terlihat senyuman lebar dari pria yang ada di sampingnya. Mia mendekati pria itu dan masuk ke dalam pelukan tubuh kekar itu.

"Aku kira semalam hanya mimpi, ternyata tidak," ucapnya sambil terkekeh pelan.

Pria itu mengelus rambut pirang itu dengan lembut dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan pelan. "Semua itu nyata sayang, aku sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kita. Sebaiknya kau bangun, aku tunggu di meja makan," jelas William sembari melepaskan pelukannya.

Iris hijaunya terus memandang punggung tegap itu yang semakin menjauh darinya, ketika pria itu menghilang dari pandangannya dia memutuskan untuk bangkit dari tidurnya. Sepertinya berendam air panas akan membuat rasa nyeri yang ada di selangkangannya berkurang sedikit. Hanya saja perhatiannya teralihkan ketika melihat ponsel pria itu berdering. Nama Renata tertera di sana. Membuat wanita itu menyeringai lebar dan segera membawa ponsel itu dari sana.

"William, ada telepon, " ucap wanita itu sambil berjalan dengan santai mendekati pria itu. William sedang memasak di dapur. Dari harum masakannya bisa wanita itu tebak jika pria itu sedang membuat omelet yang dicampur dengan tomat, dan dugaannya benar ketika dia melihat wajah ada telur dan tomat yang dicampur menjadi satu. Omelet itu sudah matang, wanita itu pun mematikan kompor dan kembali menatap pria itu.

Tangan kanannya menyerahkan ponsel itu, akan tetapi tatapan mata pria itu membuat Mia terdiam.

"Kau sengaja melakukan hal ini?" tanya William sambil berjalan menghimpit tubuh mungil itu.

"Apa yang aku lakukan?" Mia semakin memundurkan tubuhnya dan terdiam ketika punggungnya menabrak kulkas dua pintu.

William menyeringai lebar, tangan besarnya meremas kedua pantat itu dengan keras yang membuat suara desahan lolos dari bibir mungil itu.

"Mia kau tahu? kau sedang mengundang singa lapar untuk menerkam mangsanya." Pria itu memangkas jarak di antara mereka dan mencuri satu kecupan kecil dari bibir tipis itu.

Mia meletakkan kedua tangannya di dada bidang pria itu untuk menahan William yang akan kembali menciumnya. "Renata menelepon dan aku hanya ingin memberitahukannya kepada kau," jelas wanita itu sambil memalingkan wajahnya ke sisi kanan.

Seketika pandangan pria itu jatuh kepada ponsel yang ada di genggamannya. Mia kira William akan menghubungi Renata kembali, sayangnya pria itu memilih untuk mematikan ponsel itu dan meletakkannya di atas meja.

"Hubungi dia kembali William, siapa tahu ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Renata," ucap Mia ketika pria itu kembali mendekat kepadanya.

Persetan dengan hal penting yang ingin Renata katakan. Sekarang yang lebih penting adalah bagaimana caranya untuk mematikan api yang sudah dinyalakan oleh wanita itu.

"Masalah Renata bisa diselesaikan nanti. Ada yang jauh lebih penting dari itu sayang." Pria itu menarik tubuh mungil Mia agar merapat kepadanya kemudian mendaratkan bibirnya di atas bibir mungil itu. Ada sensasi menyenangkan ketika dia melumat bibir wanita itu. Kedua tangannya yang bebas pun meremas kedua gundukan itu dengan keras yang membuat si empunya mencengkram pinggang lebar itu

Ketika ciuman itu terlepas, William mengangkat Mia dan mendudukkannya di atas meja makan. Setelah itu dia membuka celana yang dipakainya dan terlihat kejantanan yang sudah mengeras dengan sempurna. Libidonya yang sudah meningkat, membuat dia melesakkan benda keras itu ke dalam liang kewanitaan wanitanya dan memompanya dengan brutal.

Hanya suara rintihan keduanya yang terdengar. Kepala wanita itu terhuyung ke belakang sedangkan sang pria bergerak dengan agresif di depannya.

Mia menjerit dengan keras ketika pria itu semakin menggerakkan kejantanannya dengan kasar, kedua tangan mungil itu pun mencengkram bahu lebar itu dengan keras untuk menyalurkan rasa nikmat yang dia rasakan, lalu gerakan pria itu melambat saat mereka berdua berhasil mencapai puncak kenikmatan.

"Sebaiknya kau hubungi Renata kembali," ucapnya dengan suara lirih.

William menganggukkan kepalanya, pria itu menggendong wanita itu dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Mungkin setelah kita selesai bercinta di sini," jawabnya dengan seringai lebarnya.

Kau sudah melakukan kesalahan Mia. Singa yang kau bangunkan akan terus memakan kau sampai dia kenyang.

SELINGKUHAN CEO [PINDAH KE KARYAKARSA]Место, где живут истории. Откройте их для себя