Chapter 3 : Awal mula

475 10 0
                                    

Mia menatap sosoknya yang menyedihkan di depan cermin. Rambut pirangnya basah kuyup setelah disiram air dingin oleh Renata. Kemeja hitam yang dipakainya pun ikutan basah membuat kondisinya semakin memprihatinkan. Apalagi perutnya masih berbunyi karena dia belum makan sama sekali. Tom yam yang harusnya menjadi menu makan malamnya harus terbuang sia-sia karena ulah iblis itu.

Dia pun memutuskan untuk mengganti kemeja hitamnya dengan pakaian tidur berwarna hitamnya. Iris hijaunya tidak sengaja menangkap nomor telepon yang ada di telapak tangannya, yang bertuliskan William dengan emoticon love dan di bawahnya ada nomor telepon pribadi pria itu.

Iris hijaunya kembali memandang ke depan. Mengingat kembali perlakuan Renata kepadanya membuat Mia yang tadinya ingin menghindari William sekarang menjadi menginginkan pria itu.

Mia keluar dari kamar mandi itu dan berjalan menuju bagian belakang mansion, kemudian di sebrang sana ada sebuah rumah kecil yang khusus dihuni oleh para pelayan. Dia berjalan melewati lorong yang penuh dengan kamar kemudian berhenti di bagian ujung rumah.

Ketika membuka pintu dia lekas masuk ke sebuah kamar yang lebarnya 3x5m dengan satu ranjang, meja rias dan lemari. Mia langsung membuka tas hitamnya dan membawa ponselnya dan langsung mengetikkan nomor William. Dia harus segera menghubungi pria itu. Untuk membalaskan semua perbuatan Renata kepadanya.

Gadis itu meneguk ludahnya ketika panggilan teleponnya diterima oleh pria itu.

"Hallo?" Itu suara William. Mia tidak bisa mengeluarkan satu pun kata dari bibirnya. Mulutnya terasa sangat kelu.

"Mia?" tanya pria itu dan berhasil membuatnya tersentak hebat.

Kenapa William memanggil namanya? Jika yang meneleponnya ini adalah Renata bagaimana?

"Kenapa kau tahu ini aku?" Akhirnya dia bersuara, dan bisa dia dengan seseorang diseberang sana terkekeh pelan.

"Sudah kuduga kau akan meneleponku. Bagaimana kau mau menjadi kekasihku?"

Mia tidak bisa berkata apa pun. Egonya masih tinggi membuat dia enggan menjawab iya, meski pun itu mudah sekali.

"Selain bekerja di Wellmart kau juga menjadi pelayan di rumah Renata, calon istriku. Lebih parahnya lagi kau adalah sepupu dekatnya Renata. Biar aku perjelas lagi, berarti kau adalah anak dari adiknya Christopher Jhonson, ayah dari Renata."

"Malang sekali dirimu Mia. Maka dari itu. Jika kau hidup bersama denganku maka semua kesialan itu akan menghilang."

"Jika kau menginginkan aku maka datanglah kemari. Aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu setelah ini. Jika kau tidak datang, maka tawaranku akan sirna."

Sambungan telepon itu terputus dan tidak lama setelah itu, gadis itu menerima pesan dari pria itu.

Temui aku di bar XX. Aku akan menunggu kau di sini. Jika kau tidak datang, maka aku tidak akan menemui kau lagi.

What the hell! Kenapa posisi mereka terbalik seperti ini. William menjadi besar kepala seperti itu.

Iris hijaunya pun menatap ke arah jam yang tergantung di dinding. sekarang sudah pukul dua belas malam. Bagaimana caranya dia ke bar yang dimaksud oleh William. Bar XX berada di pusat kota New York. Butuh satu jam perjalanan dari rumahnya ini. Sialan memang William.

Mia terlalu takut jika memaksakan diri untuk naik taxi di tengah malam seperti ini. Banyak orang gila bermunculan jika sudah memasuki pertengahan malam, dan dia tidak mau menggali lubangnya sendiri. Dia harus menjelaskan situasinya ini kepada William. Siapa tahu pria itu mengirimkan supir untuk menjemputnya.

Saat dirinya akan mengirim pesan kepada pria itu. Dia menerima kembali pesan dari William.

Supirku sudah ada di depan rumah kau. Jika kau mau, maka keluarlah sekarang.... Ayo Cinderella waktu kau tidak banyak.

Setelah membaca pesan dari pria itu. Mia berdecih pelan. Apalagi William memanggilnya Cinderella. Di buku, tengah malam seperti ini Cinderella meninggalkan pangeran. Sedangkan dirinya malah akan menemui seorang pangeran bastard.

Sial!

Jika Mia tidak membenci Renata. Dia tidak sudi menemui pria itu.

Gadis itu pun memutuskan untuk memakai mantel berwarna cokelat untuk menutupi setelan baju tidurnya. Lagi pula yang menjemputnya adalah supir pribadi pria itu. Maka keamanannya akan sangat terjamin. Sebelum keluar dari mansion itu, Mia menutupi wajahnya menggunakan masker dan topi berwarna hitam agar rambut pirangnya tidak terlihat oleh kamera CCTV yang ada di sudut-sudut mansion ini.

Urusannya bisa lebih panjang jika Christopher melihatnya keluar di tengah malam seperti ini. Pria tua itu selalu mengatur hidupnya meski pun dia tidak membahagiakannya sedikit pun.

Dia menghela napas lega ketika melihat pos satpam yang ada di sana kosong. Pasti dua penjaga yang ada di sana sedang ke toilet atau pun tidur di kamar. Dia segera mendekat ke sebuah pintu kecil dekat gerbang utama. Pintu itu adalah jalan para pelayan untuk masuk dan keluar dari mansion ini, dan hanya ada dua orang yang mempunyai kunci tersebut. Mami Bella sebagai kepala pelayan dan Christopher. Akan tetapi, satu bulan yang lalu Christopher kehilangan kunci itu, dan tidak sengaja ditemukan olehnya. Tentu saja dia tidak mengembalikannya kepada pria tua itu.

Tangan kanannya merogoh saku mantelnya dan mengambil kunci itu dari sana. Dia segera membuka pintu itu dan dia tersenyum senang ketika berhasil membuka pintu itu.

Namun, suara dibelakangnya membuat tubuh gadis itu membeku. Dia dengan perlahan membalikkan badannya dan menyunggingkan senyuman tipisnya.

"Kamu mau ke mana Mia? Jika yang memergoki kau bukan mami, kau akan celaka," ujar Bella sambil mendekati anak gadisnya itu.

Mia memegang kedua tangan itu dengan erat. "Mia harus keluar Mami, ada sesuatu yang harus Mia lakukan. Ini semua untuk masa depan Mia."

Bella menatap sebuah SUV hitam yang terparkir di sebrang sana. "Kau akan masuk ke dalam mobil itu?"

Gadis itu berbalik ke belakang, dan menganggukkan kepalanya ketika pengemudi SUV itu membukakan kaca mobilnya. Dia kembali menatap Bella dengan pandangan memohon.

"Aku janji tidak akan terjadi apa-apa. Aku bisa menjaga diri Mami."

Bella memandang gadis itu dengan tatapan cemas. Dia takut pria di dalam mobil itu menipu Mia dan malah memperkosa anaknya. Hanya saja dia juga tidak akan sanggup jika Mia terus menjadi korban kekerasan di rumah ini. Apalagi Renata dan Mia selalu berseteru.

"Mia harus berjanji, untuk kembali ke rumah ini. Kalau tidak pun, harus memberi kabar kepada Mami. Mengerti?"

Mia menganggukkan kepalanya. Dia mendekap dengan erat wanita paruh baya itu dan mengecup kedua pipi wanita itu.

"Mia berjanji akan mengabari Mami. Kalau begitu Mia pergi. Jaga diri Mami baik-baik."

Gadis itu pun segera keluar dari mansion itu dan berlari mendekati mobil itu. Sebelum masuk ke dalam dia menatap lekat kepada wanita itu. Bella sudah menjaganya dengan baik, bahkan jika Renata tidak memberitahunya jika Bella bukan ibu kandungnya mungkin sampai sekarang dia akan menganggap wanita itu sebagai Mami kandungnya.

Setelah mobil SUV itu pergi membawa Mia. Bella segera menutup kembali pagar itu dan menguncinya seperti semula. Dia tidak mau Christopher dan yang lainnya tahu jika Mia mempunyai kunci pagar itu.

SELINGKUHAN CEO [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now