6. Cermin dan Ramuan.

110 13 0
                                    

"Sedang apa kau di kamarku?" tanyaku terkejut saat melihat Snow White sedang seorang diri di sana-di dalam kamarku. Dia sedang berdiri di depan cermin milikku.

"Aku mendengar cermin ini adalah satu-satunya yang Anda bawa ke dalam istana ini, Paduka Ratu," kata Snow White tidak yang tidak menjawab pertanyaan pertama itu.

"Ya. Itu adalah satu-satunya warisan ayah dan ibuku," jawabku.

Ku melihat Snow White yang mulai menyentuh sisi pinggir cermin tersebut dengan jemarinya-mengamati benda di depannya. Aku menunggu apa yang ingin dilakukannya. Dia sepertinya sangat tertarik melihat cerminku, aku menatapnya yang masih mengamati benda tersebut.

"Bagaimana agar dia bisa berbicara?" tanya Snow White yang membuatku terkejut.

"Berbicara?" tanyaku.

"Ya. Aku pernah melihat Anda berbicara dengan cermin ini," katanya mengakui.

Kapan gadis itu pernah melihatnya? Aku selalu menutup pintu kamarku ketika aku berbicara dengan cermin ajaib itu. Apa gadis kecil itu memata-mataiku? Aku menatap wajahnya mencari tahu, tapi wajah itu seakan-akan tak peduli dengan rasa penasaranku.

"Cermin oh cermin di dinding ...," Snow terdiam sebentar. "Aku lupa dengan kata-kata selanjutnya."

Aku benar-benar tak habis mengerti, gadis itu juga menguping pembicaraan pribadiku. Dalam hatiku sedikit bergelora, rasanya aku ingin marah. "Apa kau tahu, Snow? Menguping itu tidak baik."

Gadis itu menatapku sedikit lama. Aku bisa melihat sedikit wajah kekesalannya, tapi dia tidak mengatakan apa pun tentang hal itu. "Bagaimana caranya aku bisa berbicara dengan cermin ini?" tanyanya lagi.

Aku terdiam. Menimbang. Apakah aku harus memberitahunya? Atau tidak? Akhirnya aku berjalan mendekatinya, mendekati cerminku. Aku meminta Snow White mundur sedikit, lalu aku berbisik pelan kepada cermin itu agar gadis itu tidak mendengarnya-aku tidak ingin dia mendengar kata-kata ajaib itu, perasaanku mengatakan aku harus merahasiakannya. Cermin itu mengeluarkan udara hangat tak terlihat dari dalam cermin. Sisi-sisi pinggir pigura cermin itu lalu menggelap dan mengeluarkan tinta-tinta sulur-sulur yang mulai tercetak jelas di dalam sisi pigura, dari arah bawah ke atas, hingga menutup. Cahaya kecil berwarna emas pun keluar dari dalam cermin, yang menyinari diriku di depannya.

"Ah ... ada apa Paduka Ratu?" tanya cermin itu yang sekarang kosong, tak terlihat apa pun.

"Wahhh ... akhirnya aku bisa melihat secara dekat cermin yang bisa berbicara ini," Snow White berbicara sambil berjalan ke depan, menggeserku pelan dan berdiri tepat di cermin itu. Aku bisa merasakan udara dingin begitu dia berdiri di depan sana, yang dikeluarkan benda itu. Dan Aku pun melihat cahaya berwarna hitam yang keluar dari cermin menyinarinya. Cahaya berwarna hitam? Mana ada cahaya berwarna hitam? Yang hitam seperti itu adalah sebuah kegelapan. Tapi aku tidak merasa itu sebuah kegelapan. Itu benar-benar cahaya berwarna hitam. Ah, mataku mungkin sudah tua. Cahaya berwarna hitam itu hanya muncul sekilas. Itu mungkin cuma perasaaanku.

"Tuan Putri Snow White, senang bisa berbicara dengan Anda," kata cermin itu melihat Snow.

Aku melihat dan menunggu pembicaraan mereka dari samping. Aku melihat wajah Snow yang senang melihat cermin itu.

"Aku juga senang bisa berbicara dengan Anda, Tuan Cermin," kata Snow White sopan kepada cermin tersebut.

"Ada apa Tuan Putri, apa yang ingin Anda bicarakan dengan cermin tua ini?" tanya cermin itu yang sebenarnya sudah tahu pertanyaan hati setiap orang yang berbicara dengannya. Bukankah sudah kukatakan kalau cermin itu buatku adalah sebuah pantulan hati-kalau kau melupakannya.

Snow White sepertinya sedang berpikir apa yang ingin ditanyakannya. Aku menunggu.

"Cermin oh cermin di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?"

Queen GrimhildeWhere stories live. Discover now