11. Pertemuan kedua

47 12 0
                                    

Aku mendengar dari bawahanku yang mengawasi Snow White. Bahwa setelah kepergianku, Snow White mengambil semua pita yang terjatuh di depan rumah para kurcaci dan dia memasukkannya ke dalam rumah. Snow White lalu diam dan tidak keluar rumah sama sekali. Dia menutup pintu dan semua jendela di sana. Bawahanku terus berada di sana hingga para kurcaci pulang ke rumah mereka. Dan dia mendengar mereka yang lalu berteriak nama Snow White, memintanya untuk bangun.

Bawahanku pun mengintip sedikit ke dalam rumah lewat jendela yang berhasil dibukanya. Dia melihat Snow White yang tergeletak tak berdaya di lantai. Para kurcaci itu melihat pita-pita yang mengelilinginya dan melihat pita berwarna merah yang berada di lehernya. Para kurcaci memeriksa napas Snow White dan mengatakan kalau putri itu sudah tidak bernapas lagi.

Salah satu dari kurcaci kemudian berinisiatif mengambil gunting dan memotong pita yang berada di leher Snow White. Dan ajaibnya Snow langsung bernapas dan kembali sadar. Mereka sangat bahagia karena tuan putri mereka dapat selamat.

Bawahanku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Snow White bisa seperti itu. Karena dia melihatku dengan jelas pergi dari sana, dan dia tidak melihat seorang pun yang menghampiri rumah itu. Snow White hanya seorang diri di dalam rumah kurcaci. Kenapa Snow White bisa tercekik oleh sebuah pita. Dia bertanya keganjalan hatinya padaku dan kepada bawahanku lainnya. Aku pun tak dapat menjawab. Aku juga tidak mengerti. Kenapa Snow White bisa hampir mati seperti itu. Tapi setidaknya dia sekarang baik-baik saja.

Aku pun kemudian berkunjung kembali ke kamar Raja. Aku melihatnya yang semakin terlihat lemah. Kerinduannya terhadap putrinya membuatnya seperti itu. Tapi tabib istana berbuat sebaik mereka. Mereka mengobati Raja dengan telaten. Tapi Raja itu keras kepala, dia menolak obat-obat dan makanan-makanan yang bergizi yang diberikan kepadanya. Dia tidak berselera untuk menyentuh semua itu sebelum melihat putri tercintanya.

"Ratuku ... bagaimana Snow? Apa kau menemukannya?" tanyanya kepadaku di atas ranjangnya.

Aku melihatnya dan berkata pelan. "Snow pasti baik-baik saja. Aku akan segera menemukannya, Baginda Raja."

Aku tak dapat mengatakan terus terang kepada suamiku bahwa aku sudah menemukan putrinya. Aku takut dia akan langsung berdiri dan menjemput putrinya seorang diri dengan tubuhnya yang sekarang sangat lemah itu. Fisiknya akan semakin tersiksa bila dia seperti itu. "Tenang saja Baginda Raja. Snow White terlindungi karena kasih dan doamu yang begitu besar kepadanya."

"Apakah aku bukan seorang ayah baik?" tanyanya tiba-tiba kepadaku.

"Anda seorang ayah yang baik, Baginda Raja." Aku tahu jelas sesayang apa dia kepada putrinya. Dia bahkan akan memberikan dunia ini apabila putrinya menginginkannya. Dia sangat baik kepada Snow White. Sangat memanjakan putri satu-satunya itu.

Aku melihat tangannya yang sedang menggenggam sesuatu. "Apa itu Baginda Raja?"

"Hukkh ... ini ... ini sisir yang selalu kujaga selama ini. Sisir yang selalu kusimpan. Yang ingin kuberikan padanya setelah dia dewasa."

Aku mengambil sisir itu dari tangannya. Sisir yang indah dengan ornamen-ornamen bunga mawar merah yang menghiasinya. "Kau akan memberikan sisir indah ini kepada Snow White?"

"Ya."

Aku mengamati sisir itu lagi sedikit lebih lama. Dan menyadari sesesuatu. Sisir itu terlihat cukup lama disimpan. Disimpan dengan sangat baik, karena masih terlihat indah. "Kalau aku boleh tahu ... sisir apakah ini, Baginda Raja? Aku merasa sisir ini begitu berharga untuk Anda. Ada sejarah apa dibalik sisir ini?"

"Itu ...," Raja terdiam cukup lama mengenang masa lalunya. "Itu adalah sisir kesayangan Ibu Snow White, istriku yang pertama. Dia sangat menyukai sisir itu, karena itu aku akan memberikan sisir itu kepada Snow White bila dia sudah dewasa."

Queen GrimhildeWhere stories live. Discover now