10. Pertemuan Pertama

55 12 1
                                    

Aku melihat wajah suamiku yang semakin lemah. Sekarang dia sedang tidur terbaring tak berdaya dan selalu menanyakan kabar dan keadaan putri kesayangannya. Para pengawal kerajaan tak menemukan Snow White di kota dan desa mana pun. Berbeda dengan bawahanku yang langsung menemukan jejak gadis itu dan tahu jelas di mana Snow White berada.

"Snow pasti baik-baik saja," kataku berusahan menenangkan hati raja yang gundah itu.

"Aku merindukannya, Ratuku," kata raja lemah.

"Aku akan membawanya pulang," kataku lagi yang tak sanggup melihat penderitaan suamiku itu.

"Kumohon ... bawa dia pulang," kata raja itu lagi dengan lemah.

"Aku pasti akan membawanya pulang." Itu janjiku pada Raja-ku, pada Suami-ku.

Lalu aku meninggalkan ruangan itu dan berjalan menuju ruangan kerjaku. Dan aku melihat para bawahanku yang sudah siap sedia di sana.

"Aku akan membawa Snow White pulang," kataku kepada mereka.

"Apa itu adalah hal yang baik, Paduka Ratu?" tanya kaki tanganku tidak terdengar yakin.

"Apa maksudmu?"

"Apa Anda ingat? Terakhir kali yang Snow White ingat adalah ... meminta seorang pemburu untuk membunuhnya. Walau itu hanya sebuah salah paham. Tapi apakah Snow White akan mengerti saat dia melihat Anda di sana?"

Kata-katanya itu membuatku kembali teringat peristiwa yang ingin kulupakan itu-tapi tak akan pernah terlupakan oleh siapa pun yang membaca cerita gadis itu. Seorang Pemburu yang disuruh oleh Sang Ratu untuk membunuh Snow White.

Aku mengangguk pelan. "Lalu apa yang harus kulakukan?" tanyaku.

Kaki tanganku terdiam sebentar. "Bagaimana kalau aku saja yang datang menghampiri Snow White, dan menjelaskan padanya. Bahwa selama ini adalah sebuah salah paham antara diri Anda dan dirinya. Aku akan memintanya untuk kembali ke istana bersamaku."

Aku pun mengangguk dengan rencana tersebut.

Tapi ternyata Snow White tidak ingin ikut pulang dengan kaki tanganku. Kaki tanganku pun sudah menjelaskan padaku, kalau dia sudah berbicara dengan sangat jelas kepada Snow White. Bahwa Aku tak bermaksud untuk menyakitinya. Dia berkata baik-baik kepada kaki tanganku, bahwa dia ingin tetap tinggal di rumah para kurcaci. Dia akan tetap tinggal di sana. Aku tidak mengerti.

"Dia tidak mengerti dan dia belum memaafkanku," kataku mengambil kesimpulan sendiri. "Aku akan datang dan meminta maaf padanya. Dan aku akan membawanya pulang ke istana bersamaku."

Beberapa bawahanku setuju mengangguk dengan rencanaku. Mereka akan menemaniku menemui Snow White tapi mereka akan mengamati dari jauh, bila sesuatu yang tak diharapkan terjadi.

Aku harus membawa anak itu pulang.

Karena ayahnya membutuhkannya.

Aku pun kemudian mencari sendiri pita-pita indah dan warna-warna menarik untuk Snow White. Aku perlu meminta maaf padanya. Dia kabur dari rumah, karena pita-pita ini. Pita-pita inilah yang akan membantuku untuk mengembalikannya ke dalam rumah. Ke dalam pelukan ayahnya. Aku pun kemudian mencari baju rakyat berkerudung biasa dan menyamar agar dapat menemui Snow White. Aku membawa pita-pita itu bersamaku.

Aku pun sampai ke dalam Hutan Sihir di sore hari, aku melihat rumah kecil itu. Aku pun menyuruh para bawahanku untuk bersembunyi sedikit jauh. Snow White akan takut, bila aku membawa banyak pasukan. Aku berjalan menuju ke rumah mungil itu bersama dengan keranjang kecil berisi pita-pita. Pintu dan jendela itu terlihat tertutup. Seakan-akan tak ada orang di sana. Aku mendekat dan mengetuk sekali. Tak ada jawaban. Aku mengetuk sekali lagi dan kali ini menunggu lebih lama. Dan aku melihat sebuah jendela yang terbuka sedikit. Dan aku melihat Snow White di sana yang melihat ke arahku. Dia tak bisa melihat jelas wajahku, karena tudungku. Tapi aku bisa melihat wajahnya yang masih terlihat cantik walau dia terlihat seperti baru bangun tidur.

Queen GrimhildeWhere stories live. Discover now