Chapter 3 : Dreams About Him

126 28 1
                                    

Seharusnya, Nebula merasa sangat bahagia. Karena pada akhirnya, Nebula dapat bermimpi indah 4 hari berturut-turut. Apalagi dia tidak melupakan mimpinya itu, karena menurut pengalaman, mimpi indah yang Nebula dapatkan akan menghilang dari ingatannya tepat ketika dirinya bangun tidur. Tapi, Nebula akan mengingat kembali mimpi itu tepat beberapa detik sebelum menjadi kenyataan. Kalau kata orang, hal yang dialami Nebula adalah deja vu.

Tapi sekarang, sepertinya Nebula lebih memilih bermimpi buruk seperti terjadinya zombe apocalypse. Lagipula, Nebula bisa beda diri dan sedikit mengetahui ilmu kedokteran dari Mama-nya yang merupakan seorang Dokter. Jadi, mungkin saja Nebula akan bertahan dari serangan para zombie walaupun tak sampai satu tahun.

Tapi itu lebih baik daripada bemimpi, atau mungkin saja menikah dengan seorang pria yang memberikan kesan pertama yang aneh seperti dia.

Orion.

Nama itu terus muncul dipikirannya tepat setelah Nebula pertama kali bermimpi tentang pria itu. Apalagi di tambah dengan mimpinya semalam.

Awalnya Nebula menikmati mimpinya itu. Ia mengingat dengan jelas di bagian awal pada mimpinya. Saat itu, Nebula melihat dirinya sendiri dalam bentuk yang lebih dewasa. Di sana, Nebula 'dewasa' tengah asik berdiri di pinggir danau dengan dress berwarna biru langit, tapi tak berapa lama kemudian, ada seseorang yang memanggil dirinya dengan sangat nyaring.

'Mommy!!!'

Sial, Nebula bahkan masih ingat dengan suara anak kecil itu. Seorang anak laki-laki yang memanggil dirinya dalam gendongan seseorang pria. Dan pria yang tak lain dan tak bukan adalah Orion. Ia juga yakin jika Orion merupakan Ayah dari anak itu karena wajah mereka yang sama persis. Yang membedakan hanyalah mata dan rambut anak itu yang berwarna hitam pekat seperti dirinya.

Kepala Nebula langsung saja mendarat dengan keras di meja ketika mengingat mimpi yang sangat mengelikan semalam.

"Buset, kamu kenapa? Bikin kaget aja." Itu suara Della. Ahh Nebula sampai lupa jika sekarang dirinya berada di dalam kelas.

Sedetik kemudian, Nebula langsung menengok kearah Della tanpa mengangkat wajahnya dari atas meja "Dell, pernah gak sih salah satu dari mimpi kamu jadi kenyatanan?"

"Kagak, emangnya kenapa? Lagipula emang bisa mimpi jadi kenyataan? Itukan cuma bunga tidur doang."

Jawaban Della membuat Nebula mendengus pelan. Memang apa yang ia harapkan? Kemampuanya memang aneh, dari sekian milyar manusia di bumi, kenapa harus dirinya yang mempuanyai kemampuan seperti ini? Ini benar-benar menyebalkan.

"Aku ke toilet bentar ya." Ujar Nebula kepada Della yang tengah asik menonton film di layar laptop yang gadis itu bawa dari rumah.

Dan Della hanya mengangguk sebagai jawaban.

Perlahan, Nebula berdiri lalu berjalan keluar dari kelas. Langkah kaki itu dengan pelan berjalan menyusuri lorong yang tengah ramai karena memang sudah waktunya untuk istirahat.

Ruang toilet sudah Nebula lewati, dirinya memang tidak pernah ingin ke toilet. Itu cuma sebagai alasan saja. Kaki jenjang itu kini terus berjalan terus hingga sampai ke salah satu rooftop yang berada di sisi belakang sekolah. Tempatnya sangat terpencil, karena memang, jarang sekali para siswa berkeluyuran di daerah 'kekuasaan' para guru dan petinggi sekolah. Tapi, tempat yang Nebula tuju memang tempat umum. Jadi, dirinya tidak perlu takut jika nanti dihukum.

Ngomong-ngomong, tempat ini Nebula temukan 2 hari yang lalu saat dirinya tersesat disekolahnya sendiri. Nebula terlalu sibuk dengan pikirannya sampai tak sadar kemana kakinya melangkah pergi. Tempat yang sepi nan damai seperti inilah yang Nebula sukai. Dan untuk pertama kalinya, Nebula bangga telah tersesat.

IT WAS JUST A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang