Chapter 5 : Old Painting

107 21 5
                                    

Kini Nebula tengah terduduk di tepi kasur King size dengan manik mata yang menelisik ke seluruh ruangan  berdominasi warna gelap yang ia tempati saat ini, gadis itu sedikit terheran-heran. Kenapa para lelaki suka sekali dengan warna yang gelap? Bukankah itu seharusnya terlihat menyeramkan? Yah walaupun Nebula memang menyukai warna gelap. Tapi memilih warna itu untuk sebuah kamar adalah ide yang buruk.

Nebula kemudian menghela nafas berat, sampai saat ini ia tidak menyangka akan dibawa Orion kerumah pria itu. Apa lagi sekarang, dirinya tengah berada di kamar pribadi pria itu. Biar Nebula tekankan lagi. Dirinya sekarang berada di KAMAR PRIA ITU!.

Sedari awal, Nebula sudah meminta Orion untuk menaruhnya di ruang tamu saja, tapi Orion malah tetap berjalan lurus ke arah kamar tanpa memperdulikan suara merengek Nebula yang berada digendongannya.

Sial, Nebula baru saja bertengkar dengan Orion. Tapi sekarang dirinya malah berada di kamar pria itu. Ini benar-benar akan terasa awkward nantinya.

Tangan Nebula kemudian terangkat ke arah rambut panjangnya yang sengaja ia urai tadi. Dengan perlahan, jari-jari lentik itu mulai menggulung rambut berwarna hitam pekat itu menjadi satu, memperlihatkan leher jenjang mulus miliknya begitu saja.

Dan tepat ketika Nebula selesai menggulung rambut, mata Nebula langsung menatap ke arah pintu saat melihat pintu kayu itu mulai terbuka secara perlahan. Benar saja, ada Orion di sana. Pria itu yang mulai melangkah masuk dengan sebuah kotak P3K di tangannya.

Orion dengan cekatan duduk di lantai tepat didepan Nebula lalu melepas sepatu sebelah kiri Nebula dengan sangat lembut. Pria itu terlihat seperti berhati-hati agar sang empu tidak merasakan sakit. Tangan itu kemudian mengulung celana jeans Nebula sampai kelutut. Dan kini, terlihatlah dengan jelas luka lebab di pergelangan kaki kiri Nebula.

Orion terdiam sebentar, mengamati luka itu dengan emosi yang berusaha ia tahan. Ia mengutuk dirinya sendiri karena lengah untuk menjaga gadisnya.

"Orion?" Panggil Nebula ketika melihat pria itu hanya mengamati lukanya dengan tangan yang mengepal erat.

"Aku sedikit tidak percaya hal seperti itu. Tapi apakah luka lebab ku ini karena dia?" Orion mendongak menatap mata Nebula dengan lekat.

"Bayangan hitam itu. Kau tau kan maksud ku? Akhir-akhir ini entah kenapa aku selalu merasa diikuti oleh bayangan hitam itu." Lanjut Nebula dengan penuh tanda tanya. Mata sehitam langit malam itu terus saja memandangi manik mata hazel milik Orion tanpa rasa takut sama sekali.

Orion kembali menunduk menatap pergelangan kaki Nebula. Tanpa berniat menjawab, pria itu dengan hati-hati mulai menggulung luka lebab itu dengan perban. Tangan kekar itu juga terlihat sedikit bergetar, seakan sangat takut jika gadis di depannya meringis sakit karena luka yang tengah dibalutnya ini.

Dan setelah kaki itu terbungkus dengan sempurna, manik mata hazel milik Orion menatap Nebula dengan lekat "Tunggulah di sini sebentar sampai aku menyelesaikan sesuatu. Aku akan mengantarmu pulang setelah semuanya selesai."

"Apa? Kenapa?"

Orion bangkit dari duduknya lalu tangan itu terulur ke belakang kepala Nebula. Sedetik kemudian rambut yang Nebula gulung menjadi satu itu terlepas begitu saja "Jika kau pulang sekarang nyawa mu akan terancam. Tunggulah sebentar, aku harus menyelesaikan sesuatu agar kau tetap aman walaupun sebentar."

"Kau belum menjawab pertanyaan ku soal bayangan hitam itu." Nebula bertanya dengan tangan mencekal lengan Orion yang hendak pergi meninggalkan dirinya sendirian di kamar bernuansa dark ini.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Kau pasti akan menangapku gila. Tungguhlah sebentar. Aku tak ingin aku terkejut nantinya."

"Tapi kapan?"

IT WAS JUST A DREAMWhere stories live. Discover now