Chapter 8 : A Fact

86 15 0
                                    

Alis Nebula seketika menajam saat mendengar perkataan Orion barusan. Demon? Yang benar saja. Selama 18 tahun Nebula hidup. Tak pernah sedetikpun ia berpikir jika akan melihat Demon di kehidupan nyata. Apalagi Demon itu menargetkan dirinya!

Benar-benar sialan!

Sedangkan Orion yang melihat raut wajah Nebula hanya bisa menghela nafas berat. Dirinya sudah menebak jika ini akan terjadi. Ia sekarang benar-benar sudah tak bisa mengelak lagi untuk menghindar tentang masalah yang rumit ini.

"Demon?" Guman Nebula pelan. "Bayangan sialan itu adalah Demon? Tapi bagaimana bisa? Bukankah ini bukan tempatnya?" Tanya Nebula sambil memandangi wajah Orion yang sama sekali tak menunjukan ekspresi. Wajah itu benar-benar datar sampai Nebula tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh pria blesteran yang memiliki wajah bak Malaikat itu.

"Memang seharusnya seperti itu, semua makhluk di dunia ini sudah punya tempatnya masing-masing. Tapi walaupun begitu, bukan berarti tidak ada satu makhluk yang tamak, bukan? Makhluk yang selalu merasa tak puas dengan apa yang sudah mereka terima selama ini. Lagipula, ketamakan adalah salah satu nama lain dari dirinya."

Nebula lagi-lagi mengerutkan dahinya. Tapi kali ini lebih tajam daripada yang tadi. wajah cantik nan dingin itu benar-benar menunjukan ekspresi yang sangat serius, sampai dapat membuat Orion tersenyum tipis karena melihat wajah yang menurutnya sangat mengemaskan itu.

"Apa maksudmu dengan kalimat jika 'ketamakkan adalah salah satu nama lain dari dirinya'?'. Kau tau dengan betul soal identitas Demon itu, 'kan?" Tanya Nebula yang langsung mendapatkan anggukan pelan dari Orion. "Siapa?"

Orion menghela nafas pelan untuk sebelum mencoba untuk mendekatkan diri agar lebih dekat kepada Nebula yang masih setia terduduk diatas ranjang rumah sakit.

"Namanya Beelzebub."

"Bel-, apa?"

"Beelzebub." Ulang Orion sekali lagi. Kali ini terdengar lebih jelas daripada yang tadi.

Wajah cantik itu sedikit menampilkan raut wajah keraguan saat mendengar ucapan dari Orion barusan. Tapi sedetik kemudian gadis sadar akan satu hal. Ia sadar jika bayangan itu memang bukan manusia biasa. tapi ia juga tak dapat menyangka jika bayangan itu adalah seorang Demon. Karena bagi manusia awam seperti dirinya, itu semua sangat sulit diterima oleh akal sehat.

Orion menundukan kepalanya pelan seakan tidak ingin memandangi wajah Nebula yang kini tengah menatapnya dengan lekat. "Ini mungkin terdengar tidak masuk akal bagimu. Tapi mau kau percaya atau tidak. Itu semua terserah kepadamu."

Nebula masih memandangi Orion dalam diam dan tanpa ekspresi apapun. Dan Orion yang melihat itu juga ikut terdiam. Lagipula, untuk manusia biasa. itu semua memang aneh. Jadi, Orion maklumi jika Nebula menampilkan ekspresi seperti itu. Ia juga yakin, jika gadis didepannya ini pasti tengah ketakutan karena yang ia lihat selama ini adalah seorang Demon.

"Jadi-" Nebula sedikit mengela nafas berat dengan tangan kanan yang mencengkram selimut rumah sakit dengan emosi "Bajingan sialan itu adalah seorang Demon?"

Orion seketika mendongak dengan wajah yang jelas menampilkan raut terkejut. Karena bukannya ketakutkan. Gadisnya ini malah mengumpati Demon itu dengan begitu lancarnya. Dan itu yang membuat sudut bibir Orion sedikit terangkat "Kau tidak takut?"

"Untuk apa aku harus takut dengan Demon sialan itu?"

"Kau-" Orion terhenti sebentar seakan ragu dengan kalimat yang akan ia ucapkan. "Kau bisa terluka."

"Lalu?" Siren eyes itu memandangi Orion dengan bingung "Jika aku terluka ya terluka saja. Memangnya kenapa? Kau fikir aku takut terluka?"

Orion mengelengkan kepalanya pelan mendengar ucapan super santai dari gadisnya ini. Mata hazel milik pria itu juga tanpa sengaja menatap benang merah yang menghubungkan antara ia dengan gadisnya ini. Warnanya sudah mulai sedikit ketara. "I just don't want you to get hurt."

IT WAS JUST A DREAMWhere stories live. Discover now