15. Among Us (part 1)

350 47 10
                                    

Suara terompet terdengar, tanda semua orang harus berkumpul.

Tubuhmu diteleportasi secara paksa ke satu tempat, begitu juga dengan saudara-saudaramu yang lain.

Ketika semua orang sudah berkumpul, kalian menyadari sesuatu yang aneh.

"Hei, dimana Ice?" Blaze yang paling dekat dengan si beruang kutub bertanya mewakili semua orang.

Saat itulah, kau ... juga saudaramu yang lain tahu akan satu hal.

Ice dibunuh oleh Impostor!

"Thorn, dimana kamu nemu mayatnya Ice?" Solar bertanya pada saudaranya yang polos itu.

"Di ... Apa namanya, Kak Blaze?" Maklum saja, Thorn baru kali ini main Among Us, jadi ia belum terbiasa dengan beberapa tempat.

"Di Weapon! Aku mau ngajak Thorn main tembak-tembakan, malah nemu Ice yang turu!"

――Di kenyataan, Ice menjitak sayang kepala kakaknya.

Balik ke game.

"Coba jelasin detailnya. Siapa tau, kamu self-report!" Taufan berseru menunjuk adiknya. Ia tahu Thorn masih newbie dalam game ini, jadi lebih mungkin Blaze yang menyuruh Thorn report untuk membuktikan ketidakbersalahannya.

"Enak saja! Gini-gini, aku masih sayang nyawa tau! Gak mau dimasukin ke freezer Ice!"

――Sekali lagi, di kenyataan Blaze mendapat tendangan manis dari adiknya.

Blaze berdeham sejenak, lalu berusaha menjelaskan detail penemuan mayatnya. "Awalnya, aku barengan sama Ice. Tapi kami pisah; aku ke Shields, dia ke Navigation. Terus aku bertemu dengan Thorn dan Kak Gempa yang lagi buang sampah. Kami pisah, dan aku ajak Thorn ke Weapon biar dia tau ada tembak-tembakan yang seru!"

Setelah itu, ia menatap Thorn yang duduk di sebelahnya.

"Uh ... Aku ... hanya ikut arah panah saja. Jadi, arah panah menunjuk ke ... emm ... apa nama tempatnya?"

Tidak perlu menunggu penjelasan Thorn karena Blaze sudah mewakilinya.

"Sial! Siapa yang Impos sih?! Hayo ngaku!" bentak Blaze sambil menggebrak meja.

"Yang jelas bukan aku," tanggap Taufan mengangkat kedua tangan.

Halilintar, saudara yang paling memusuhi si jahil, mengangkat alisnya. "Hoo? Kalau begitu, nyatakan alibimu."

Taufan menjelaskan seraya mengingat rute perjalanannya, "Pertama, aku pergi ke ruang Admin buat gesek kartu. Kamu juga ada di situ. Terus kita pisah, aku ke ruang Electrical buat yang ... Ituloh, ngepasin yang mutar-mutar ... Apasih namanya, aku gak tau. Oh, Gempa bisa jadi saksiku di sana."

Gempa yang dipanggil mengangguk membenarkan.

"Habis itu, lampu disabotase, jadi aku langsung perbaiki. Kalo gak salah, ada Gempa sama [Name], iya 'kan?"

Kau pun mengangguk.

"Kami bertiga pergi bareng ke ruang Reactor, nemenin Gempa yang nyelesain tugas yang paling lama itu ... Tet tot tat tot ... "  terang Taufan sembari memperagakan bunyi dari tugas yang dimaksud.

Kini, Gempa yang menjelaskan alibinya. "Sebelum bertemu Taufan, aku pergi ke ruang Storage, buat ngerjain task buang sampah. Thorn dan Blaze melihatku melakukannya."

Thorn dan Blaze mengangguk.

"Lalu aku pergi ke ruang Electrical buat benerin kabel. Itu juga pas-pasan dengan Taufan. Seterusnya seperti kata Taufan, kami dengan [Name] bersama-sama ke ruang Reactor sampai Thorn melakukan report."

My Dear Brothers || F/M! ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang