CHAPTER 02 ♡♡

134 47 75
                                    

Setelah keluar dari kamar Haruto, Aku masih merenungkan sesuatu yang menurutnya sedikit tidak penting untuk dipikirkan sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah keluar dari kamar Haruto, Aku masih merenungkan sesuatu yang menurutnya sedikit tidak penting untuk dipikirkan sekarang.

Sekarang yang harus menjadi kewajiban ku adalah belajar dengan giat, tetapi ia harus menjadi art di rumahnya sendiri. Sebelumnya ia tidak pernah melakukan itu sendirian dan tidak dibantu oleh bibi yang ada di rumah karena Bunda menyuruh mereka untuk tidak membantu ku agar menjadi anak mandiri.

Ia tidak memiliki hati nurani, harusnya sadar rumah ini tidak kecil, rumah ini sangatlah luas bak istana yang megah.

Karena aku adalah salah satu anak yang memiliki iq yang tinggi dan iq itu menurun kepada alamarhum Ibunya yang dahulu sangat pintar.

Jadi ia bisa merasakan kejadian yang tidak di duga duga.

Ia pun menuruni anak tangga untuk menemui Ayah yang sedang berada di ruang tamu, sembari mengerjakan pekerjaan kantor yang sedikit menumpuk.

Sedangkan Bunda, ia sedang melanjutkan memasak untuk makan malam. Tumben banget ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga biasanya juga aku yang ngerjain ini semua, apa ada ayah yang lagi dirumah makanya ia rajin agar dicap sebagai istri yang baik gitu.

Sekarang tujuan ku adalah untuk meminta doa agar nanti selepas sekolah ia bisa mendapat ilmu yang bermanfaat serta tidak ada hambatan apapun setelah ia pindah disini.

Aku yang tiba-tiba berhenti sejenak di atas tangga terakhir, lalu mendengar suara dari Ayahnya yang berbicara kalau dirinya akan bersekolah tidak sama dengan Haruto.

Hatiku langsung kaget seperti petir menyambar pada salah satu pohon yang ada disana. Seperti itu rasanya.

"Mending kita sekolahin Aiko di sekolah Harvard, Tetapi untuk Haruto kita sekolahkan di sekolah yang sangat elit di SMA Cakrawala meskipun tidak seperti di sekolahnya Aiko. Namun pembelajaran disana sangatlah terjamin jangan diragukan lagi." ucap sang Ayah berada di ruang tamu sambil menyeruput kopi buatan istrinya.

"Yasudah aku juga gak mau Haruto dekat dekat sama Aiko, karena Aiko itu anaknya gak baik diajak belajar di sekolah. Jadi aku setuju kalau Aiko di sekolahin di sekolah yang berbeda dengan Haruto." sahut bunda, Ayah hanya mengangguk pelan yang artinya setuju.

Ayah yang sedang duduk di kursi yang sudah disediakan kopi hangat sambil ia seruput sedikit karena rasanya enak, dibuat oleh istri nya.

Aku yang sedari daritadi berdiri tegak dan mendengarkan ucapan dari Ayah yang mengatakan itu dan menyuruh dirinya bersekolah berbeda dengan Adik tirinya. Tetapi ada baiknya juga agar tidak di ikutin terus oleh Haruto.

Tangan ku sedikit mengepal, mata terasa panas, muka sedikit memerah karena memendam amarah yang terpendam di dalam tubuhnya, matanya kini sudah merah tidak bisa membendung air mata, dan tidak lupa ia tidak bisa mengontrol emosinya karena ulah Ayahnya sendiri.

"Aku gak bakalan minta apa-apa dengan dia, aku bisa melakukan sendiri meskipun beliau orang kaya raya yang bisa menafkahi ku di sekolah yang elit. Tapi aku gak sudi menerima uang darinya." ucap dalam hati, dan di dalam raganya sudah dipenuhi oleh amarah yang begitu memuncak.

STORY LOVE SMART GIRLWhere stories live. Discover now