CHAPTER 03 ♡♡

117 46 69
                                    

Aku berjalan menuju kamar tanpa berkedip sama sekali, tatapan itu sangat kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berjalan menuju kamar tanpa berkedip sama sekali, tatapan itu sangat kosong. Tangannya bergetar sangat hebat karena tak kuasa menahan air mata yang jatuh dengan percuma.

Rasanya hampa badan ini, serasa tidak ada daya untuk melakukan aktivitas mengemasi pakaian untuk pergi dari rumah ini.

Bagaimana lagi, ini adalah jalan yang paling terbaik untuk Aiko dan untuk kedepannya.

"Kenapa hidup ku kayak gini ya? Apa aku ada salah kepada tuhan. Tuhan ampuni hambamu ini." kata itu tiba-tiba keluar dari mulut tanpa sengaja.

Dan tanpa ia sadar barang yang ia kemasi kini menjadi penuh yang artinya koper itu penuh dengan sempurna.

"Akhirnya penuh juga" deru nafas yang sedikit tersengal sengal sehabis menangis

Ku langsung berdiri dengan tegak, dan tidak lupa memasukkan barang kesayangannya. Dan membawa sedikit uang pemberian dari Ibunya dahulu. Jadi cukup lah untuk mengontrak rumah sekitar 1 tahun.

Semenjak Ibu telah tiada, aku diberikan kartu Atm yang berisikan uang yang lumayan banyak serta menurutku aku nggak akan memakai uang itu untuk keperluan yang tidak penting.

Dan dimana kartu yang diberikan oleh Ayahnya itu?

Ku tinggalkan kartu itu di dalam kamar, karena bagiku itu sudah tidak penting. Kalau uangnya tidak cukup untuk membiayai hidupnya, tidak ada hal putus asa baginya kalau diriku bisa mengerjakan pekerjaan sebagai seorang pekerja paruh waktu.

Ia berjalan dengan santai saat menuruni tangga, namun Ayah, Bunda dan Haruto menunggu dirinya sampai ia keluar dari kamar.

"Kenapa nungguin aku disini? Bukannya aku sudah tidak dianggap ya?" ucap remeh, membuat Bunda tidak segan-segan untuk memukul wajah cantik anak itu.

Aku hanya senyum terpaksa, dan melihat sekelilingnya bahwa ini yang tepat untuk keluar dari rumah ini.

"Okay tidak ada yang dibicarakan kan? Yasudah aku mau pergi dulu dari rumah ini. Permisi!" ucap terakhirku lalu berjalan meninggalkan Ayah dan seluruh anggota yang berada di rumah ini.

Namun rencana ku gagal, karena ada yang mencekal tangannya.

Siapakah dia? Mengapa ia menghambat ku untuk pergi dari sini?

Batin Istri nya yang tidak senang dengan keberadaan Aku disini.

Ternyata tangan yang mencekal diriku ialah Ayahku sendiri.

Mungkin ada yang ingin dibicarakan, namun ia sedang malas untuk mendengarkan orang itu berbicara kembali.

"Aiko! Jangan tinggalin Ayah ya. Ayah kangen kalau tidak ada Aiko disini, Ayah mohon Aiko tetap disini." ucap memohon Ayah, membuat pikiran ku kembali goyah dan tidak menepati keputusan pertamanya.

STORY LOVE SMART GIRLWhere stories live. Discover now