CHAPTER 08 ♡♡♡

102 27 2
                                    

Pagi hari yang sedikit mendung, membuat suasana hawa menjadi sejuk dan membuat kaum manusia ingin sekali rebahan dan tidak mau melakukan aktivitas di luar seperti sekarang.

Yang jelas di luar sana masih ada burung yang hinggap di pohon besar, membuat suasana makin ceria melihat burung itu di sana.

"Cantik banget sih burungnya. Aku ingin sekali melihara dia, namun Ayah tidak membolehiku untuk melihara burung." gumamnya, sambil mengkuncir rambutnya karena sudah berantakan.

Aku berjalan ke jendela dan menggeser tirai tersebut untuk melihat betapa mendung nya di pagi hari ini.

Sekarang aku pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang sudah lengket semua seperti lem.

Sekitar 10 menitan mandi, lalu aku keluar dan berganti pakaian yang baru saja diberikan oleh kepala sekolah kemarin.

"Seger banget, semoga hariku cerah seperti Ibuku yang pergi disana." ucap didalam hati, merapikan pakaiannya sedikit berantakan.

Aku sudah berpakaian lengkap dan sudah rapi sekarang ia beranjak pergi ke ruang makan. karena semua keluarga sudah menunggu dirinya untuk makan bersama.

Tepat di ruang makan aku ingin duduk dengan Ayah, dan biarkan bunda duduk dengan Haruto IBLIS.

"Ayah boleh nggak aku duduk disamping Ayah? Soalnya aku kangen udah lama nggak duduk bareng di ruang makan kayak gini." ucap sendu ku agar Ayah mengiyakan ucapan putri nya itu.

"Boleh kok tapi cuman sekali ini kan, nanti kamu duduk disamping Haruto ya. Oo iya btw kok muka kamu dikasih perban, emang kamu lagi ada kecelakaan kah? Sampai diperban gitu." tanya Ayah, membuat ku semakin bingung mau mengatakan apa di depan sang Ayah.

"Gimana nih Ayah tanya? Kalau ketahuan bakalan gawat banget. Harus netral  biar nggak kelihatan panik, biar Ayah nggak makin curiga." batin ku yang sudah nggak karuan sambil melakukan akting membuat Ayah percaya dengannya.

"Jadi gini, kemarin nggak sengaja mecahin gelas kaca, karena minuman yang aku buat itu panas banget. Pecah deh maafin aku ya Ayah, aku janji nggak bakalan mecahin gelas milik Ayah lagi." ucap ku memperbaiki akting nya agar tidak kelihatan bohongan.

"Sudah nggak papa, namanya juga musibah kan yaudah mau gimana lagi. Tapi lain kali hati-hati ya soalnya bahaya kalau ada kecelakaan yang lebih serius lagi." ucap nasihat Ayah, membuat ku harus menuruti perkataan Ayah.

Namun di lubuk hatinya, bahwa mukanya ini bukan karena gelas pecah, melainkan Haruto melakukan perbuatan yang sangat keji.

Sampai sekarang ku merasakan betapa ngilu sekali untuk makan makanan yang sudah disiapin oleh Bunda, meskipun masakan dirinya lebih enak daripada Bunda yang masak.

Haruto yang berjalan, sudah mendengar penuturan yang diucapkan oleh Aiko bahwa Aiko tidak jujur kepada Ayah bahwa muka Aiko diperban itu ulahnya bukan karena gelas pecah.

Haruto makin senang jika Aiko berbohong, jadi ia sangat puas buat menyakiti Aiko lebih dalam. Tapi takutnya kalau dia menyakiti lebih dalam, Ayah akan menyelediki lebih dalam siapa pelakunya.

Itu yang masih dipikirkan sampai sekarang, lalu bagaimana agar tidak ketahuan oleh Ayah tirinya. Bahwa perbuatannya itu adalah perbuatan dirinya sendiri.

"Halo Ayah, sudah selesai kah makannya? Maaf terlambat soalnya tadi habis berkemas di dalam kamar jadi sedikit lama buat makan bersama disini." ucap bohong, padahal dirinya yang jalannnya sedikit melambat agar bisa mendengar Aiko berbicara dengan Ayah dari kejauhan.

"Iya nggak papa kok Haruto, Ayah mengerti yasudah dimakan makanannya takutnya udah gak enak karena sudah dingin." jawab Ayah yang sudah mengelap mulutnya dengan tisu yang sudah tersedia di meja makan.

STORY LOVE SMART GIRLWhere stories live. Discover now