One or Nothing

3K 446 156
                                    

...

..

.

.

Hal tersulit dalam sebuah hubungan adalah menjaga komunikasi tetap ada. Baekhyun mengakui itu saat ini, meskipun dirinya dan Chanyeol sudah saling mengenal untuk waktu yang lama. Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya, bahkan sudah berada diujung lidahnya namun sepatah katapun enggan untuk terucap.

Vernon menjadi satu-satunya orang yang bisa ia ajak bertukar pikiran saat ini mengenai ucapan Daekyung beberapa hari yang lalu. Tapi seperti biasa, laki-laki itu hanya akan meminta Baekhyun untuk tenang dan mengabaikan perkataan Daekyung.

Namun Baekhyun adalah Baekhyun, sosok yang memikirkan banyak hal secara bersamaan, membuat skenario di dalam otaknya yang dilebih-lebihkan, berasumsi ini dan itu, bahkan kadang hal itulah yang pada akhirnya akan membuat dirinya menahan sakit seorang diri.

Tapi hal itu lagi-lagi mengusik dirinya. Membayangkan bahwa saat ini Daekyung juga sedang mengandung anak Chanyeol, meruntuhkan angannya untuk hidup kembali bersama Chanyeol. Ya! Baekhyun akui jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia pernah membayangkan bagaimana bila ia dan Chanyeol kemungkinan akan kembali bersama, namun hal itu segera terbantahkan oleh sisi egoisnya yang tinggi.

Baekhyun bangkit perlahan dari atas sofa untuk mengambil segelas air putih, setidaknya hal itu bisa mengurangi kecemasan di dalam dirinya. Baru dua tegukan yang ia minum, suara pintu terbuka membuatnya tersadar. Tanpa menoleh ia sudah tahu bahwa itu adalah Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lebar ketika tatapan mereka bertemu, meskipun raut kelelahan tidak bisa pria itu sembunyikan. Baekhyun melirik jam dan ia baru tersadar jika saat ini sudah pukul 9 malam.

"Sepertinya kau tidak membaca pesanku." Kening Baekhyun berkerut sambil tangannya meletakkan gelas kosong itu.

"Aku mengabarimu bahwa aku pulang sedikit terlambat." Sambung Chanyeol menyadari kebingungan Baekhyun.

"Oh." Jawab Baekhyun singkat. Ia bahkan terlalu sibuk dengan pemikirannya sampai-sampai tidak menyadari bahwa mantan suaminya itu belum pulang. Chanyeol yang merasa Baekhyun sedikit aneh segera mendekat.

Membuka kancing teratas kemeja putihnya dan mengendurkan sedikit dasinya. Tanpa aba-aba ia memeluk Baekhyun dan memberikan sebuah kecupan di leher yang lebih pendek. Baekhyun tidak mengatakan apapun selain hanya mengelus pundak Chanyeol sebagai balasan.

"Mandilah dulu!" ucap Baekhyun sambil melepaskan pelukan yang lebih tinggi dengan pelan. "Oh ya aku tidak memasak apapun, tadi Nayeon mengajakku keluar dan kami langsung makan." Chanyeol tersenyum sambil mengelus rambut Baekhyun, baginya bukan sebuah keharusan untuk Baekhyun menyiapkannya makan malam.

"Baiklah aku mandi dulu." Ucapnya sambil berlalu menuju kamar mereka. Baekhyun terdiam sambil menatap punggung lebar Chanyeol, entah mengapa hatinya merasa begitu sakit. Lalu tiba-tiba ia mengernyit sambil memegang perutnya, rasa sakit yang begitu tiba-tiba membuat tubuhnya oleng hingga ia harus berpegangan pada meja.

"Akh." Keluhnya sambil menahan sakit. Perlahan ia berjalan menuju kamar dan membaringkan diri diatas ranjang. Satu tangannya ia gunakan untuk menutup mata, mencoba tertidur sambil membiarkan rasa sakit itu berangsur menghilang.

Pintu kamar mandi terbuka dan Baekhyun mampu mencium aroma segar dari dalam sana. Ia tahu saat ini Chanyeol pasti sedang melirik kearahnya, namun ia tak ingin repot-repot membuka mata.

Sebuah tekanan ia rasakan disisian ranjang dan ia tahu bahwa yang lebih tinggi sedang mencoba berbaring disebelahnya. Chanyeol melirik Baekhyun dan memperbaiki posisi bantal dan selimut yang digunakan Baekhyun. Sebuah kecupan Baekhyun rasakan di perutnya.

Memories Of The SevilleWhere stories live. Discover now