New Page

3.1K 419 131
                                    

( Note : Kalau lupa prev chapter bisa dibaca dulu ya baru balik kesini lagi)

....

..

.

Suara cairan jatuh mengenai permukaan cangkir keramik terdengar cukup nyaring di pendengarannya. Samar-samar aroma menenangkan dari teh hijau hangat itu menguar tertiup hembusan angin di atas bukit pemakaman.

Sosok itu bersimpuh disamping makam masih lengkap dengan setelan jas kerja hitamnya. Sorot matanya menunjukan kelelahan, entah sudah berapa malam yang ia lalui tanpa tidur yang cukup.

Teko keramik putih itu ia letakkan dengan pelan sebagai gantinya mengambil salah satu cangkir berisi cairan penuh dan mengangkatnya pelan sebagai sebuah penghormatan. Tidak hanya secangkir teh bahkan ada banyak hidangan lain yang ia persembahkan serta seikat bunga mawar putih.

Chanyeol menghela nafas pelan, meletakkan tangannya diatas gundukan tanah yang sudah tertutup rumput lalu perlahan memejamkan matanya. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, namun tak ingin seorang pun mendengar perkataannya.

Tepat ketika ia akan mengakhiri doanya di dalam hati, sepasang langkah kaki yang berjalan mendekati tempatnya berdiri saat ini terdengar semakin jelas. Ketukan sepatu selangkah demi selangkah mendekat.

Tanpa perlu menoleh ia tahu siapa pemilik suara langkah kaki tersebut, untuk itu ia segera mengakhiri kegiatannya. Memberikan penghormatan terakhir dan segera bangkit. Ketika tubuhnya berbalik ia mendapat sosok wanita dengan kemeja putih dan rok coklat sebetis berdiri tersenyum kearahnya, tapi manik hitam kelam itu segera beralih pada sosok kecil dalam gendongannya.

Gadis kecil bermata bulan sabit dan berkulit putih yang menggeliat dalam gendongan wanita itu. Mata cantik itu segera membulat ketika menyadari kehadiran Chanyeol di depannya, wajahnya menunjukan sebuah senyuman lega dan bahagia hingga menampakan empat gigi susunya yang baru tumbuh dibagian gusi atas dan gusi bawah.

"Daddy!" seru gadis kecil itu dengan suara balitanya yang cadel, ia bergerak risau dalam gendongan dan terus meronta untuk meraih sang ayah. Chanyeol segera berjalan mendekat dengan sebuah senyuman merekah dan tangan kekar itu segera meraih tubuh putri semata wayangnya-untuk saat ini-.

"Ayo kita pulang!" Ucap Chanyeol sambil berjalan menuruni anak tangga menuju ke tempat mobilnya terparkir.

[. . . . . . . . . .]

Malam ini seperti yang telah ia janjikan sebelumnya dengan keluarga kakak dan juga teman-teman terdekatnya, Chanyeol habiskan untuk mengadakan sebuah pesta kecil alih-alih untuk berkumpul bersama.

Yoora menyiapkan segala sesuatu bersama suaminya dan Luhan serta Nayeon yang datang sebagai undangan. Mereka mengatakan bahwa ini adalah pesta lajang terakhir untuk Chanyeol jadi sesibuk apapun lelaki pekerja keras itu harus datang.

Oleh karena itu disini ia sekarang duduk di halaman belakang rumah Yoora sambil menyesap minuman beralkoholnya dengan mata yang hanya sibuk memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

"Huh, Hana sedikit cerewet malam ini." Ucap Yoora yang baru datang dari bagian dalam rumah dan segera mengambil duduk disamping adik laki-lakinya. Chanyeol hanya tersenyum kecil dengan mata yang beralih pada rerumputan di bawah kakinya.

"Apa dia tertidur?" tanya Nayeon sedikit cemas. Yoora mengangguk sambil mengeratkan pakaian hangatnya. "Mina yang menemaninya." Sahutnya lagi.

"Mina itu sangat handal menangani anak kecil. Tapi aku dengar memang wanita Jepang cukup ahli dalam urusan merawat anak kecil, Chanyeol oppa memang tidak salah pilih." Ucap Nayeon sambil tersenyum kearah yang lebih tua, namun ketika menyadari wajah cemberut Chanyeol ia segera menyiku lengan Luhan yang berada disampingnya.

Memories Of The SevilleWhere stories live. Discover now