9. Kampana

73 17 0
                                    

💚 9. Kampana

"Kamu ingin aku membunuh perasaan ini, atau mengizinkanku menumbuhkannya semakin tinggi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ingin aku membunuh perasaan ini, atau mengizinkanku menumbuhkannya semakin tinggi?"

Aku menatap wajah Kai yang merendah. Dadaku berdebar, layaknya ada letupan kembang api warna-warni yang menggelitik di dalam diri. Aku tau Kai tau apa yang aku mau. Kai menunjukkan atensinya sore ini, dia menunduk dan memperlakukanku seakan aku istimewa baginya.

"Opsi kedua." Jawabku sambil mengangkat kepala angkuh.

"Pilihan yang tepat!" Kedua mataku jelas melotot sekarang, bibir dingin Kai menempel di punggung tangan kananku. Dingin dan lembut.

Selepas itu Kai memasangkan bandul mawar putih itu di gelang hitam yang aku pakai. Dia kemudian bangkit, meletakkan tanganku di dadanya-dan dapat aku rasakan debaran itu bukan hanya aku yang punya- dia tersenyum lebar, manis dan menyenangkan sekali untuk dipandang. "Aku enggak akan ninggalin kamu."

Kalimat manisnya terlalu biasa. Semua lelaki sering mengatakan itu, terutama ketika mereka sudah mendapatkan apa yang ia mau. Tetapi Kai membuatku bodoh. Dia memberiku sihir dan membuatku bertingkah layaknya anjing yang mengikuti kemauan tuannya.

"Beneran?"

"Iya. Selama kamu bersedia menjadi rumahku."

Maka dengan ini semuanya berakhir. End. Tamat. Sekian, dan terima kasih.

Ya, aku berpikir demikian. Ini adalah akhir cerita penantianku yang berharga, cinta diam-diamku ternyata akhirnya didengar dan dijawab. Semua berakhir seperti yang aku mau. Aku bahagia, dan aku merasa senang Kai mau memberikanku hal yang sama seperti yang aku berikan padanya.

Namun ternyata itu salah.

Ini bukan akhir. Justru ini awal. Awal dari sebuah perjalanan panjang.

★★★★★

Esok paginya, semua berjalan seperti biasa. Aku di antar Ayah karena motornya sudah dibenarkan. Aku turun di luar area sekolah, kemudian berjalan dan mulai mengobrol dengan teman perempuan ketika sampai di kelas. Membahas heboh masalah tugas, menyontek bersama-sama sambil sesekali menyanyi.

Aku menaiki kursi agar dapat menyentuh tali yang menyatu dengan kipas angin dinding, biasanya ketika tali itu di tarik maka kipas angin akan menyala.

"Masih pagi, Al! Dingin tau!"

"Gerah!" Aku tersenyum lebar dan tidak mau mematikan kembali kipas angin.

Belum sempat turun dari kursi, Kai masuk kelas dan pandangan kami sontak langsung bertemu. Hatiku menghangat, terlebih Kai melemparkan senyuman manisnya membuat jantungku berdebar dan aku merasa malu tak karuan. Kai melanjutkan langkahnya dan duduk di kursi tempatnya biasa duduk.

Ada yang aneh. Aku merasa, aku terikat oleh sesuatu yang tak kasat mata. Dan aku juga merasa, Kai adalah milikku. Aku punya hak penuh tentangnya. Aku berhak marah dan mengaturnya akan segala hal. Kai ada di dalam bui yang dijaga ketat olehku sendiri. Kai tidak akan bisa lari, sebab aku tidak akan membiarkannya pergi.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang