13. Terlilit Batang Berduri

86 16 0
                                    

💚13. Terlilit Batang Berduri

★★★★★


"Ayah masih sakit? Nanti Alea enggak usah di anter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayah masih sakit? Nanti Alea enggak usah di anter. Enggak papa."

Dan meskipun Ayah jelas-jelas sedang tidak enak badan, Ayah tetap tersenyum dan berkata; "Ayah cuma kecapekan semalam. Sekarang udah mendingan kok."

Dasar Ayah keras kepala!

"Hati-hati, Yah. Kalo misal masih enggak enak badan biarin Alea ngojek aja." Benar kata Mama. Wajah Ayah tampak memerah, matanya juga sayu dan redup.

"Enggak papa. Ayok, Alea. Nanti telat."

Aku menggeleng, Ayah emang gila! "Aku berangkat, asalamualaikum!" Aku berlari menjauhi gerbang rumah.

"ALEAA! BOCAH NAKAL!"

Aku tertawa mendengar ayah berteriak. Sudahlah, lagipula Ayah terlihat tidak baik-baik saja. Ia sudah bekerja sangat keras dan saatnya ia istirahat sejenak.

Aku menatap Kai yang tersenyum kearahku. "Nakal. Kenapa aku enggak dibolehin ke rumah?"

"Nanti dimarahin." Aku menerima helm yang diulurkan oleh Kai. "Nanti sore kita jalan-jalan gimana?"

"Udah izin?"

"Enggak izin enggak papa kan?"

"Alea, enggak boleh nakal."

"Kalo minta izin dulu pasti enggak diizinin. Mending kita jalan-jalan dulu, nanti kalo Mama atau Ayah marah, kan kita udah terlanjur jalan-jalan jadi mereka bisa apa dong?"

"Kamu diajarin mikir kaya gitu dari siapa coba?"

"Dari orang di tivi. Katanya, lebih baik minta maaf daripada minta izin."

Kai memukul helm yang telah kupakai. "Bocah nakal. Ayok naik."

Aku menaiki motornya. "Jalan-jalan?"

"Enggak janji."

"Harus mau janji!"

"Enggak!"

Aku memeluk Kai dari belakang. Ini kali pertama aku dan Kai berangkat bersama setelah kita menjadi sepasang kekasih. Kai menjalankan motornya dengan pelan dan hati-hati, sesekali dia mengajakku bicara tetapi aku tidak dengar jadi aku hanya bisa 'iya-iya' saja.

"Kai! kamu enggak pake dasi lagi?" Tanyaku kala kami hampir sampai di area sekolah.

"Hehe." Dia hanya tertawa santai.

"Nanti diomelin Wakasis! Tuh, liat, dia udah nungguin di gerbang!"

Kai menepikan motornya sebelum kami sampai di gerbang, kami masih ada di pinggir jalan. "Ê, Al, sebenernya ini agak ... rahasia. Dan agak memalukan. Jadi plis, jangan ketawa."

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Where stories live. Discover now