16. Kembali Ke Dalam Dekapan

62 17 0
                                    

💚 16. Kembali Ke Dalam Dekapan

"Gue bener-bener kagum sekaligus khawatir dengan rasa kepercayaan lo pada orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue bener-bener kagum sekaligus khawatir dengan rasa kepercayaan lo pada orang lain."

Aku menerima uluran tisu dari Lintang untuk membersihkan wajahku yang mungkin basah oleh air mata dan ingus. Aku menangis sejak tadi sampai tubuhku gemetar dan dadaku agak sesak. Sakit di perutku membuat semuanya semakin buruk.

Langit sudah menggelap, Jakarta terang karena bantuan lampu. Kendaraan lalu-lalang di jalanan dan suaranya sampai di tempatku duduk.

"Mau gue anter pulang?" Ajakan yang sangat bagus.

Aku mengangguk. Tapi seketika, aku mengingat Kai. Lalu aku menggeleng, aku tidak mau Kai marah.

"Kenapa? Karena Kai?"

Aku terdiam. Menunduk, menatap ke dua sepatu hitamku yang kotor.

"Al, lo harus pikirin diri lo dulu, baru abis itu pikirin orang lain. Lo harus pulang, emang lo enggak kasihan apa sama orang tua lo? Mereka pasti khawatir."

Oh ya, orang tuaku. Mereka pasti khawatir.

"Bisa panggilin Kai enggak? Lo punya nomornya?" Aku menatap Lintang yang menggunakan baju serba hitam.

"Ada. Mau nelpon?"

Aku mengangguk.

"Oke, bentar ya. Tapi belum tentu di angkat, lo kan tau seberapa jijiknya dia sama gue." Lintang menunjukkan senyuman tulusnya.

Panggilan pertama di tolak. Panggilan kedua juga masih sama saja. Gemintang menatapku seakan ia menyesal tidak bisa menghubungi Kai di saat-saat seperti ini.

"Coba kasih pesan." Aku memberi saran.

Lintang menunjukkan roomchatnya, dia membuktikan bahwa ia telah melakukan apa yang terbaik.

Lintang
Cewek lo ada sama gue |

Ting!

Di detik saat aku menatap layar ponsel itu sebuah pesan masuk.

Kai
| Bajingan!

"Bentar. Gue telpon dia dulu ya. Takutnya dia salah paham. Dia kan overprotective."

Lintang menjauh, dia membicarakan sesuatu dengan Kai. Aku menarik napas panjang, hari yang benar-benar buruk. Menyadari betapa buruknya hari ini, aku kembali menangis.

"Jalan Kenanga, angkringan Mbok Wan."

Setelah selesai bertelepon, Lintang kembali mendekatiku, dia duduk di sebelahku lagi. "Udah, tinggal tunggu Kai datang." Katanya yang membuatku tenang. "Jangan nangis lagi." Dia kembali mengulurkan tisu.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Where stories live. Discover now