24. Tetap Ada Cahaya di Malam yang Katanya Kelam

53 12 2
                                    

💚24. Tetap Ada Cahaya di Malam yang Katanya Kelam

★★★★★

"Haikaaaaaaaaallll~" Aku memanggil seseorang yang sedang sibuk memilih buku di rak kayu tinggi di perpustakaan ini

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Haikaaaaaaaaallll~" Aku memanggil seseorang yang sedang sibuk memilih buku di rak kayu tinggi di perpustakaan ini.

"Hm?" Dia hanya bergumam tanpa minat. Aku mencolek lengannya kemudian tertawa. "Bahagia banget kayaknya."

"Ndaa jugaaa, cuma lagi gabut aja!" Aku berjalan sambil melompat kecil ke arah deretan novel horor.

"Ibuu~ ini boleh dipenjem enggak?" Aku menunjukkan sebuah novel dengan sampul hitam. Pada penjaga perpustakaan yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Dari balik kacamata tebalnya, wanita paruh baya itu menyitip, "itu buku baru, enggak boleh!"

Sontak aku langsung mendatarkan wajah. Ah, yang benar saja! Lalu untuk apa buku-buku di tempat ini?

"Haikal!" Setelah itu ku kembalikan saja novel horor baru itu di tempatnya semula.

"Hm?" Lagi-lagi respon tanpa minat. Aku mendekati Haikal yang sedang membaca novel misteri.

"Kai ultahnya kapan? Tau enggak?" Aku berniat memberikannya kejutan.

"Masih lama si, kayaknya. Atau beberapa bulan lagi. Engga tau, lupa. Ngapain juga nginget-nginget." Haikal judes sekali.

"Dasar temen yang laknat!"

"Bawell banget si lo kalo lagi gabut, sana nyari Kai biar dapat temen ngobrol."

Aku cemberut. Haikal sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk. Gengnya Kai dan kawan-kawan kalau sedang mood buruk memang begini semua ya?

"Kai lagi sibuk sendiri, dia lagi main sama anak IPS."

"O."

"Y."

Huh, sepertinya Haikal sedang tidak ingin di ganggu. Ya sudah, aku duduk saja sambil bermain ponsel. "Kal, lo ada mainannya enggak di hape?"

"ML."

Aku cemberut. Ya sudah, kumanfaatkan saja fasilitas di sekolah ini. Aku memakai wifi perpustakaan.

"Wallpapernya ngebosenin, ganti ahh~" Aku melirik Haikal karena cowok itu memperhatikanku. "Apa? Gue ngomong sendiri." Kenapa juga dia harus memperhatikanku.

"Oh, ada kemajuan. Makin keliatan gilanya." Haikal ini menyebalkan, pantas jika aku memberinya sedikit cubitan dilengan.

"Kenapa mawar hitam?" Tanya Haikal setelah ia mengusap-usap lengannya.

Aku adalah orang yang berani menatap mata lawan bicara, aku melihat Haikal menatapku dengan pandangan yang penuh emosi. "Lah, ya suka suka gue. Ini selera gue!" Ketusku. Jika dia sedang tidak ingin diganggu, harusnya tetap abaikan saja diriku.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu