23. Kamu Milikku!

68 15 0
                                    

💚23. Kamu Milikku!

Tiga gedung biru itu terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat berdiri di koridor dengan urusannya masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga gedung biru itu terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat berdiri di koridor dengan urusannya masing-masing. Aku melambaikan tangan pada seorang teman dari eskul musik dan kemudian lanjut menuju loker untuk melakukan sesuatu.

"Lo pulang mau naik apa?" Tanya Lintang yang entah sejak kapan dapat berjalan sejajar denganku.

"Gue—"

"Dia sama gue." Aku merasakan sebuah tangan yang merangkuh pundakku. Aroma hutan yang misterius mulai terasa, pasti dari parfum Kai yang di semprotkan ke hoodie putihnya.

Tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal pada Lintang, Kai sudah menarikku untuk pergi dari sana.

"Eh, aku mau ke loker dulu." Kataku membuat langkah kami terhenti.

"Mau kuantar?"

"Enggak perlu. Kamu nunggu aja di palkiran. "

Kai memasang ekspresi seakan ia mengkhawatirkan sesuatu. Ya ampun, dia kekanakan sekali. "Aku enggak akan ngobrol lagi sama Lintang, percaya deh."

"Okay, aku tunggu di palkiran."

Selepas itu, aku ke loker meninggalkan Kai yang juga berjalan berlawanan arah menuju tanah palkir.

Aku sudah putuskan ini. Jika esok atau nanti dia akan kembali memberiku surat, maka dia pasti akan membaca note kuning ini. Sengaja aku tempelkan di pintu loker agar si pelaku membacanya.

"Tapi kalo kaya gini, bakalan banyak yang baca." Aku berpikir lagi. Bagaimana caranya agar note ini hanya menarik perhatian si pelaku? Tanpa dibaca orang lain yang tak perlu.

Aku menempelkan memo kecil ini secara terbalik. Jadi tulisannya yang menghadap ke pintu loker, sedangkan punggung note yang kosong yang akan di lihat orang lain. Hanya orang yang super gabut dan super penasaran dengan kehidupan orang lain yang akan tertarik dengan note ini.

"Sip! Dia pasti sadar kalau ini sengaja buat dia." Sebelum aku pergi, aku sempatkan diri untuk memberikan serapah. "Awas aje lu, gua sumpahin lo bintiten!"

Ini sebenarnya, si pelaku sangat percaya diri. Jikalau aku punya koneksi, pasti akan ku cek sidik jari yang menempel di sekitar lokerku. Atau setidaknya dia pasti terekam kamera CCTV yang mengarah tepat ke arah lokerku. Sayangnya, itu tidak mungkin. Jadi, akan kutangkap ia dengan tangan dan otakku sendiri.

Aku kembali menemui Kai di parkiran. Lelaki itu sedang melangkah menuju parkiran seperti baru saja melakukan sesuatu dari luar gerbang, dia melambaikan tangan padaku dan memamerkan sesuatu dalam kantung kresek hitam itu.

"Udah selesai urusannya?"

Aku sempat terpana. Lelaki yang menggunakan hoodie putih dengan celana jeans hitam ini tampak begitu menawan. Rambutnya sudah pendek, "kamu abis cukur?"

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Where stories live. Discover now