42. Sang Pemburu Senja yang Tak Setia

100 15 0
                                    

💚42. Sang Pemburu Senja yang Tak Setia [ End ]

 Sang Pemburu Senja yang Tak Setia [ End ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★★★

"Mau ngobrolin sekarang atau nanti?" Kai menanyakan hal itu kala aku sedang menuruni anak tangga menuju lantai satu—siap untuk pulang.

"Tapi aku udah dijemput Ayah."

"Kalo gitu nanti. Kita ketemu aja di pantai. Kita harus ngomongin ini hari ini juga. Kabarin aja kalo bisa." Nada bicaranya selalu membuat aku sedih, datar seakan tanpa rasa lagi. Selepas mengatakan itu, Kai melangkah pergi.

"Apa ini tentang 'kita'?" Tanyaku dan itu sukses membuat Kai menghentikan langkahnya.

"Iya." Dia menjawab tanpa menoleh. Aku tatap tasnya yang terlihat ringan, buktinya dia membawa tas hanya dengan satu tangan.

Kai menjauh. Punggung itu menjauh.

Kalau begitu, aku akan menyiapkan hatiku dari sekarang. Memaksanya untuk tetap tegar meskipun seharusnya dia hancur lebur. Kai bahkan belum mengatakan apa yang ingin dia katakan, tapi aku tidak kuasa menahan air mata. Aku menangis hanya karena membayangkan apa yang akan dia bicarakan.

Seperti yang direncanakan. Aku mendapat izin pergi menuju pantai untuk menemui Kai. Dengan memakai dress putih diatas lutut, aku menunggu taksi online yang sudah kupesan sebelumnya. Kata Ayah, aku manis jika mengenakan ini. Bando mutiara yang sempat Kai berikan, juga aku gunakan.

Kata Kai aku adalah hadiahnya.

Tapi mungkin semua itu bohong.

Atau awalnya benar, tapi semuanya sudah tak lagi sama. Perasaan Kai mulai samar, hingga aku tidak lagi penting untuknya.

Setibanya ditempat tujuan, aku mengedarkan pandangan, menatap satu persatu sudut pantai yang ramai.

Disinilah Kai mengungkapkan perasaannya pertama kali. Di bawah langit ini Kai mengecup punggung tanganku dan menjanjikan sebuah kisah yang manis. Akh tersenyum kecut menyadari bahwa semuanya juga akan berakhir disini. Aku tahu Kai bukan orang yang main-main dengan ucapannya. Jika dia berkata akan pergi dariku, itu mungkin sebuah fakta. Tapi kini, apa yang harus aku lakukan?

"Lama nunggu?"

"Enggak juga."

Aku membalikkan badan. Mendapati seseorang dengan kemeja putihnya yang pas dibadan. Rambut hitamnya tidak beraturan. Dia menatapku hampa, seakan aku tidak lagi membuatnya senang.

"Kamu kemana aja?" Aku tidak ingin langsung menanyakan apa tujuan Kai memintaku bertemu. Karena aku tahu apa tujuannya. Anggap saja, aku mengulur waktu, menunda rasa sakit.

Laki-laki yang tingginya jauh dariku hanya bergeming. Diam dan tidak merespon apa pun. Pandangan sehangat musim gugur telah lenyap, yang tersisa hanyalah senyap.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang