Chapter 2

234 19 1
                                    

"Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ibu Suri ingin bertemu" ujar seorang Kasim yang bernama Gilroy. Ia merupakan kasim yang telah melayani sang raja sejak sang raja masih menjadi putra mahkota. Raja Ethan yang sedang sibuk memeriksa laporan pun menghentikan kegiatannya.

"Biarkan Ibunda masuk." Ujar Raja Ethan sambil merapihkan berkas-berkas laporan yang sedari tadi ia baca.

Pintu ruangan pribadi raja terbuka, menampilkan sosok wanita cantik berpakaian mewah berwarna biru dongker dengan tiara menghiasi rambutnya. Gurat-gurat halus terlihat di kening dan ujung matanya, namun guratan tersebut tidak menghalangi pancaran kecantikan yang ia miliki.

"Anakku" ujar ibu suri sambil berjalan menghampiri anaknya. Senyum lebarnya terukir dengan indah.

"Bagaimana kabar Ibunda hari ini?" Tanya Raja Ethan dengan senyuman yang ikut terukir di bibir tebalnya.

"Kabar Ibunda jauh lebih baik setelah mendengar berita jika Yang Mulia Raja menyetujui pelaksanaan pemilihan calon permaisuri." Jawab Ibu Suri dengan antusias. Sedangkan mimik wajah sang raja berubah dan hanya menampilkan senyuman kecut ketika mendengar perkataan ibundanya.

Sebegitu cepatkah informasi tersebar di istana? Sampai-sampai belum hitungan jam Ibu Suri telah mengetahui kabar terkait pemilihan permaisuri. Meskipun istana merupakan bangunan terluas di negeri ini, bahkan tembok-tembok kokoh dan tebal yang ada di istana, sepertinya semua itu tidak bisa membendung informasi apapun yang sedang terjadi di dalam istana.

"Rupanya Ibu sudah tahu." Gumam sang raja pelan yang rupanya dapat didengar oleh Ibu Suri.

"Tentu saja. Kabar membahagiakan ini harus cepat tersebar bahkan ke seantero negeri ini agar para gadis yang ada di negeri ini maupun dari luar wilayah tahu mengenai kabar ini, dan mereka mau mengikuti pemilihan permaisuri. Ya ampun, Ibunda tidak sabar menunggu acara tersebut. Ibunda tidak sabar menyeleksi perempuan yang akan menjadi istrimu secara langsung. Tentu saja wanita yang akan menjadi pendampingmu haruslah orang yang cerdas, sabar, dan bijaksana." Mendengar kehebohan sang ibu, Raja Ethan hanya mampu menggelengkan kepalanya sambil memijat keningnya yang terasa pening.

"Ibunda, bagaimana kalau Ibunda mulai mempersiapkan acara tersebut dari sekarang? Pasti banyak hal yang harus dipersiapkan, bukan?" Raja Ethan sengaja mengatakan hal seperti itu agar Ibu Suri bisa meninggalkannya sendiri. Ia ingin memiliki ruang tersendiri untuk berpikir dan menjernihkan pikirannya yang sedang kacau. Perkataan spontan yang ia katakan di aula merupakan boomerang baginya.

"Kamu benar, Nak. Ibunda harus mempersiapkannya dari sekarang, apalagi pemilihan akan mulai dilaksanakan setelah kepulangan mu dari berburu. Itu artinya pemilihan akan dilaksanakan dua pekan yang akan datang. Ibunda harus bergerak cepat mempersiapkan semuanya. Jangan sampai ada hal yang terlewat, meskipun itu hal kecil. Ibu akan membuat acara ini ini dikenang oleh rakyat dan sejarah." Jawab Ibu Suri yang membuat Raja Ethan semakin pening.

"Kalau begitu, Ibunda harus pergi sekarang. Jaga kesehatanmu, Nak." Pamit Ibu Suri yang membuat sang raja dapat bernafas dengan lega.

Setelah kepergian Ibu Suri, sang raja kembali melanjutkan kegiatan membaca laporan yang sempat tertunda karena kedatangan ibundanya. Tatapannya terlihat serius, membaca deretan huruf yang tertulis dengan rapih. Lagi-lagi kegiatannya harus kembali tertunda ketika Kasim Gilroy mengumumkan kedatangan Kepala keamanan negara yang bernama Harry Eugene.

"Bagaimana?" Ujar sang raja setelah memastikan jika hanya mereka berdua saja yang berada di ruangan ini.

Harry yang mendapat pertanyaan dari sang raja pun mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya, dan menyerahkannya pada sang raja.

"Kerja bagus. Kau dan Aland memang dapat diandalkan." Ujar sang raja dengan raut wajah yang penuh kepuasan.

********

BRIANNA: The King's LoverWhere stories live. Discover now