Chapter 11

212 11 2
                                    

Dari kejauhan, Briana melihat laki-laki sepantaran ayahnya berjalan ke arahnya.

"Kau Brianna, putri Aaron?" tanya laki-laki tersebut memastikan.

Brianna menunduk sebagai tanda penghormatan kepada yang lebih tua.
"Benar, Tuan." balas Brianna. Ia sedikit terkejut ketika laki-laki di hadapannya mengetahui namanya, padahal ia tidak memberitahu namanya pada Emban. Sepertinya sang ayah dan Fabian bersahabat dekat sampai-sampai Fabian masih mengingat nama anak perempuan dari sahabatnya meski sudah bertahun-tahun berlalu.

"Panggil aku dengan sebutan Paman. Kamu memanggilku dengan sebutan itu ketika masih kecil." ujar Fabian. Senyum lebar tampak terukir di wajah laki-laki tersebut.

"Ayo masuk dan beristirahatlah di dalam. Sepertinya kamu telah menempuh perjalanan yang jauh untuk datang ke rumahku."

Fabian membalikkan tubuhnya dan berbicara pada Emban yang berdiri di belakangnya.
"Helen, antarkan Briana ke kamar tamu dan siapkan makanan untuknya." titah Fabian yang langsung diiyakan oleh Emban pribadinya.

"Anggaplah seperti rumahmu, Nak. Aku harus segera berangkat ke istana. Temui aku di ruanganku nanti malam. Helen akan mengantarkanmu ke sana." ujar Fabian sambil menatap Brianna dengan lembut.

"Terima kasih banyak, Paman." ujar Brianna dengan penuh rasa syukur.

Fabian mengangguk dan berjalan ke dalam rumah terlebih dahulu. Ia harus bersiap sebelum pergi ke istana.

"Mari saya antar, Nona." ujar Helen. Helen mengajak Brianna ke dalam kediaman keluarga Fabian.

Kediaman pribadi Fabian terletak di ibukota dan sangat dekat dengan pintu gerbang istana. Fasad bagian depannya terbuat dari batu kapur yang dipahat dengan detail halus.

Di sekeliling rumahnya, terdapat kebun herbal yang luas. Kebun ini ditanami dengan tanaman obat yang beragam. Tanaman-tanaman tersebut terlihat tumbuh subur dan dipelihara dengan baik oleh sang pemiliknya.

Masuk ke dalam rumah Fabian, indra penciumannya di sambut dengan aroma harum Rosemary yang menyegarkan. Ruang tamu rumah ini dihiasi dengan perabotan kayu jati dan karpet bulu yang lembut di lantai. Di dalam rumah ini pun ada perpustakaan kecil di pojok ruangan yang berisi buku-buku kuno tentang pengobatan dari seluruh penjuru dunia.

Brianna terus berjalan mengikuti Emban. Ia mengangguk paham setiap kali sang Emban menjelaskan setiap ruangan yang ada di rumah ini.

"Dan ini kamarmu." ujar sang Emban.

Langkah mereka berhenti di depan pintu jati. Helen membuka pintu dan masuk ke dalam terlebih dahulu. Brianna menatap dengan kagum kamar ini.

Dinding-dindingnya terbuat dari kayu. Di salah satu sisi ruangan, terdapat sofa empuk dengan bantal-bantal berwarna-warni yang memberikan sentuhan elegan. Dari kamarnya ini, Brianna bisa melihat pemandangan halaman belakang yang dapat membuatnya merasa nyaman selama tinggal di kamar ini.

*********

"Ampun Yang Mulia. Ada surat dari Ibu Suri untuk Yang Mulia." Dariel Eugene membungkuk hormat. Ia menyerahkan surat yang disampaikan oleh kurir istana kepada Raja Ethan.

Sang raja menghela nafas. Kemudian, ia mengambil surat tersebut dan membacanya.

Kepada Yang Mulia Raja Cordelia,

Semoga surat ini menemui Yang Mulia dalam keadaan sehat sejahtera dan dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa.

Dengan segala hormat dan kepedulian yang mendalam, saya, sebagai ibu suri, ingin mengungkapkan kekhawatiran saya yang mendalam atas absennya Yang Mulia dari istana dalam beberapa waktu terakhir ini. Kehadiran dan kepemimpinan Yang Mulia adalah sebuah kebutuhan yang amat penting bagi kerajaan dan rakyat Cordelia.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BRIANNA: The King's LoverWhere stories live. Discover now