Chapter 6

247 20 6
                                    

"Tuanku, kapan Anda menjalankan rencana selanjutnya?" Tanya laki-laki berbaju biru yang duduk di seberang Adam Barnet. Adam Barnet menatap ke arah laki-laki yang merupakan Menteri Perpajakan, Juan Benedict.

Saat ini, beberapa menteri dan pejabat negara yang berada di pihak Adam tengah melakukan pertemuan di kediaman pribadi milik Adam Barnet.

"Benar yang dikatakan oleh Tuan Juan. Kapan Anda menjalankan rencana selanjutnya? Sudah hampir sebulan Yang Mulia belum juga ditemukan. Tentu saja itu artinya Yang Mulia Raja telah wafat." Menteri Perdagangan, Ben Albern pun ikut mengeluarkan suaranya.

"Kita tidak boleh gegabah dan terburu-buru." Jawab Sekertaris Kerajaan yang bernama Crish Calvin. Perkataan sekertaris kerajaan membuat Juan dan Ben terdiam.

"Ehm... Putraku." Ujar Adam Barnet sambil menatap putranya, Erlan Barnet, yang berada di samping kanannya.

"Ya, Ayah." Jawab Erlan menatap sang Ayah.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Adam. Erlan tersenyum pada ayahnya. Inilah yang sedari tadi ia tunggu.

"Saya setuju dengan usulan Menteri Perdagangan dan Menteri Perpajakan, Ayah. Meskipun jasad Yang Mulia Raja belum ditemukan sampai sekarang, bukankah itu artinya rencana kita berhasil. Menurut keterangan dari orang suruhan kita, Yang Mulia terjatuh ke dalam jurang dengan keadaan penuh luka. Rasanya mustahil, jika beliau bisa bertahan hidup. Mungkin saja jasadnya telah dimakan oleh hewan buas, sehingga kita tidak bisa menemukannya." Jelas Erlan. Orang-orang yang hadir di pertemuan mengangguk-anggukkan kepala mereka, tanda menyetujui perkataan Erlan.

"Lalu, apa yang kita tunggu? Lebih cepat kita menjalankan rencana kita, bukankah itu akan sangat baik?" Lanjut Erlan. Ia menatap setiap orang yang ada di ruangan dengan tatapan meminta persetujuan.

"Iya"

"Benar"

"Benar apa yang dikatakan Tuan Erlan, Tuan." Ujar Menteri Kemiliteran, Grey Finley.

Suara menteri saling bersahutan menyetujui perkataan Erlan. Adam menatap satu persatu pengikutnya dengan tatapan tajam. Hal itu membuat mereka terdiam. Atmosfer kegaduhan berubah menjadi keheningan. Tatapan Adam terhenti menatap sang putra.

"Hahaha" suara tawa Adam membelah keheningan. Sebagai wujud kesopanan, para anggota yang lain pun ikut tertawa.

"Grey" ujar Adam setelah tawanya reda.

"Ya, Tuanku." Balas Grey sigap.

"Jika jasad Yang Mulia belum ditemukan, bukankah kita harus membuat itu seolah-olah nyata?" Ujar Adam sambil memutar cangkir teh di tangannya.

"Buatlah bukti jika sang raja telah wafat." Lanjut Adam dengan tatapan culasnya. Gelak tawanya kembali memenuhi isi ruangan.

********

Sinar mentari terasa terik membakar kulit. Bulir-bulir keringat terlihat bercucuran di wajah laki-laki yang tengah memanen wortel.

"Ayo kita pulang, Ethan! Hari sudah beranjak siang." Sebuah tepukan di punggungnya mengalihkan atensi raja Ethan yang sedang memanen wortel. Semenjak kesehatannya kembali pulih dan lukanya mengering, ia mulai melakukan kegiatan di ladang, membantu Aaron.

"Baik, Tuan." Jawab raja Ethan.

"Kita telah banyak memanen wortel. Sudah cukup untuk hari ini. Besok bisa kita lanjutkan." Ujar Aaron yang dibalas anggukan kepala oleh sang raja. Raja Ethan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Setelah itu, ia pun membantu Aaron mengumpulkan wortel-wortel hasil panen mereka ke dalam karung.

BRIANNA: The King's LoverWhere stories live. Discover now