Chapter 3

215 16 0
                                    

"Bri sayang. Ayah harus ke hutan untuk mengambil beberapa tanaman obat." Ujar Aaron pada putri semata wayangnya.

Brianna yang sedang memasak pun menghentikan kegiatannya, dan menghampiri sang ayah dengan membawa sebuah kantong ditangannya.

"Iya, Ayah."
"Ini, Yah. Botol minum ayah sudah ada di dalam kantong ini." Jawab Brianna sambil menyerahkan kantong yang terbuat dari anyaman lontar pada sang ayah.

"Terima kasih, sayang. Apakah kamu ingin sesuatu dari hutan? Biar sekalian Ayah carikan." Tawar Aaron.

"Tidak ada, Yah. Ayah pulang dengan keadaan baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup untuk Bri." Jawab Brianna dengan tulus.

"Baiklah kalau begitu. Ayah pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik di rumah." Ujar Aaron sambil mengelus rambut coklat tua milik anaknya.

"Iya. Hati-hati Ayah." Balas Bri sambil melambaikan tangannya.

********

Bunyi kicauan burung dan suara serangga mengiringi langkah Aaron Jason. Tangan kanannya memegang kantong yang sudah berisi beberapa tanaman obat yang hanya tumbuh di dalam hutan. Setelah sekian lama berjalan, kedua kakinya terasa pegal. Ia memutuskan untuk beristirahat sebentar, duduk di bawah salah satu pohon yang rindang.

Ia mengusap keningnya yang penuh dengan keringat menggunakan tangan kanannya. Tenggorokannya terasa kesat dan kering. Tangannya merogoh kantong untuk mengambil botol bambu yang telah dipersiapkan oleh putrinya. Ketika ia menegak air yang ada di dalam botol, ia tidak merasakan adanya air yang mengalir bahkan tidak menyentuh mulutnya. Benar saja, setelah dilihat, air yang ada di bambu telah habis. Mau tidak mau ia harus pergi ke sungai yang letaknya tidak jauh dari tempat dimana ia istirahat.

Bunyi gemericik air terdengar semakin jelas seiring dengan langkah Aaron Jason. Hingga pada akhirnya kedua matanya dapat melihat aliran air sungai dengan jelas. Aliran sungai tersebut cukup deras. Wajar saja, karena semalam turun hujan. Air sungainya terlihat sangat jernih, belum terkontaminasi oleh tangan jahat manusia. Di sisi-sisi aliran sungai, terdapat beberapa batu kerikil hingga besar menghiasi.

Dengan langkah penuh hati-hati, Aaron mendekati sungai tersebut. Ia duduk jongkok di pinggir sungai kemudian ia mencelupkan kedua tangannya ke dalam air sungai. Ia tangkupkan kedua telapak tangannya, kemudian mengarahkan kedua telapak tangannya ke mulutnya. Segar, itulah yang ia rasakan ketika merasakan sensasi air masuk ke dalam tenggorokannya.

Perhatian Aaron teralihkan ketika melihat sebuah tangan manusia di balik batu yang cukup besar. Ia mengucek kedua matanya pelan, menyakinkan apakah benar apa yang ia lihat. Benar, itu benar-benar tangan manusia. Sontak saja ia bangkit, dan berjalan ke arah batu besar tersebut.

"Ya Tuhan!!" Teriaknya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat tangan tersebut adalah milik dari laki-laki yang tersangkut di balik batu besar. Sepertinya laki-laki ini hanyut terbawa arus sungai. Tangannya menggapai tangan dingin pemuda tersebut. Dengan teliti, ia memeriksa denyut nadi sang pemuda untuk memastikan apakah ia masih hidup atau tidak.

Seperti keajaiban, Aaron masih bisa merasakan denyut nadi dari sang pemuda meski denyutannya terasa lemah. Dengan tubuh yang tidak muda, Aaron berusaha mengangkat pemuda tersebut yang masih tersangkut di antara batu besar. Setelah berhasil menyelamatkan pemuda tersebut, Ia membawa tubuh pemuda itu ke pinggir sungai.

"Apa yang terjadi denganmu wahai pemuda? Kasihan sekali dirimu." Tanya Aaron yang tentunya tidak dijawab oleh pemuda itu.

Aaron melayangkan tatapan penuh keprihatinan melihat kondisi sang pemuda. Wajah yang sepucat mayat dengan suhu tubuh yang sedingin es. Luka-luka bekas pukulan meninggalkan memar di kulit sang pemuda. Aaron yakin, tidak hanya luka pukulan yang didapat oleh sang pemuda, pasti ada luka lain juga ditubuhnya. Ia mulai membuka kancing baju sang pemuda. Dari model dan bahan pakaian yang digunakan oleh pemuda ini, Aaron berasumsi jika pemuda ini bukanlah pemuda biasa, melainkan pemuda yang berasal dari kalangan bangsawan.

BRIANNA: The King's LoverDonde viven las historias. Descúbrelo ahora