Chapter 8

181 15 2
                                    

"Jika itu sudah menjadi keputusanmu, saya tidak bisa menahanmu untuk tetap di sini lebih lama lagi, Nak." Ujar Aaron ketika mengantar kepergian raja Ethan.

"Terima kasih telah menolong dan merawat saya Tuan Aaron. Saya tidak akan melupakan kebaikanmu." Sang raja mengucapkan terima kasih dengan tulus pada orang yang telah menyelamatkannya dari maut.

"Sama-sama, Nak. Jika kamu memiliki waktu senggang atau sedang berada di sekitar sini, jangan lupa untuk mampir kemari. Dengan senang hati, saya akan menjamu mu."

"Tentu saja, Tuan." Balas raja dengan mantap. Tentu saja ia akan bertemu lagi dengan mereka, bahkan ia akan mengubah status mereka berdua.

Sang raja menatap tubuh perempuan yang berada di daun pintu dengan lembut, mengisi memori otaknya dengan wajah sang gadis pujaannya. Tatapan mereka bertemu dan saling mengunci, membagikan apa yang dirasakan oleh mereka saat ini melalui tatapan merek.

"Baiklah. Aku pamit pergi. Sekali lagi terima kasih." Pamit sang raja. Dari sudut matanya, ia dapat melihat Brianna mencium cincin di jari manisnya. Seolah-olah memberikan ciuman perpisahan padanya. Ia tersenyum tipis dan kemudian membalikkan tubuhnya, berjalan menjauhi rumah kediaman Aaron Johnson.

Kedua bola mata milik Brianna berlinangan air mata ketika melihat punggung tegap sang kekasih yang semakin menjauh. Tangan kanannya menggenggam cincin perak yang melingkar di jari manisnya. Ia langsung berlari ke dalam rumah dan masuk ke kamarnya agar ayahnya tidak tahu jika ia menangisi kepergian sang raja.

********

"Yang Mulia"
Panggilan Aland Stuart, kepala penyelidikan kerajaan, membuat sang raja yang tengah berlatih memanah mengendurkan tali busurnya.

"Hormat hamba Yang Mulia. Para pejabat istana telah mengumumkan raja selanjutnya yang akan menjabat, tanggal penobatannya pun telah ditetapkan." Raja Ethan yang mendengar kabar dari Aland tersenyum culas. Sesuai dengan perkiraannya, mereka ingin merencanakan pembunuhan ini untuk menyingkirkannya dari tahta kerajaan.

"Siapa yang ditunjuk oleh Barnett sialan untuk menjadi raja Cordelia? Erlan?" Ujar raja Ethan dengan nada tajam. Ia mengambil anak panah dari balik punggungnya, kemudian menarik tali busurnya, dan melepaskan anak panah pada target sasaran.

"Benar Yang Mulia."

"Tepat sasaran."

Aland dan laki-laki penjaga target panahan berkata bersamaan.

"Kapan penobatannya?" Tanya Sang raja. Ia melempar asal busur ke atas meja kayu. Kemudian melepaskan quiver, wadah anak panah yang berada di punggungnya.

"Dua pekan lagi Yang Mulia." Jawab Aland.

Sang raja menatapnya dan berkata,

"Rupanya pamanku sudah tidak sabar melihat anaknya naik tahta. Sampai-sampai ia melakukan upacara penobatan di masa berkabung" Sang raja tertawa hambar.

Masa berkabung ketika raja Cordelia wafat berlangsung selama 40 hari. Selama itu, kerajaan dan para rakyat tidak boleh mengadakan pesta, apalagi upacara penobatan.

"Kumpulkan semua pasukan yang berada di pihak kita. Aku akan memberikan kejutan untuk paman dan sepupu ku di upacara penobatan nanti." Pungkas raja Ethan. Salah satu sudut bibirnya terangkat, menampilkan senyuman yang membuat siapapun bergidik ngeri.

********

Wanita bergaun Hitam tengah berjalan dengan cepat diikuti dengan beberapa pelayan di belakangnya. Setiap orang yang dilewatinya menunduk dengan hormat. Mereka tidak berani menatap wajah wanita itu. Meski demikian, mereka dapat merasakan aura kemarahan yang berkobar dengan kuat.

BRIANNA: The King's LoverWhere stories live. Discover now