Episode. 12

222 27 2
                                    

Tiga hari yang lalu, Chandra berhasil ditemukan di dasar jurang dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi. Kondisi tubuhnya sangat memprihatinkan. Beberapa bagian tubuhnya terlepas entah dimakan oleh babi hutan atau binatang buas lainnya. Area sekitar jurang tempatnya terjatuh bukanlah tempat yang aman untuk biasanya dilewati para pendaki. Sebab, selain rawan longsor juga ada banyak sekali genangan lumpur hidup yang membahayakan. Entah apa atau siapa yang sudah membawa Chandra bisa berada di zona terlarang tersebut.

Para guru yang sempat satu bis dengan Chandra pun mencoba memastikan pada apa yang mereka lihat pada hari itu melalui rekaman cctv yang ada di dalam bis. Dan memang benar, ternyata tak ada satu orang pun yang duduk bersama Chris pada hari itu. Mereka semua meninggalkan Chandra tanpa ada satu orang pun yang menyadari bahwa Chandra telah ditukar. Bahkan Chris yang sempat duduk di sebelahnya sekalipun.

Karena kejadian itu, adalah apa yang membuat Chris beberapa hari ini terlihat sedih dan kurang bersemangat dari biasanya. Marsha tahu, Chris begitu karena ia sangat dekat dengan Chandra. Tak ingin membuat Chris larut akan kesedihan yang membuatnya jadi sering lupa makan, Marsha berinisiatif membawakannya bekal hari ini.

"Buat Chris, Sha?" tanya Muthe dengan melirik paper bag  yang ada di atas meja Marsha yang berisi dua wadah bekal.

"Iya."

"Lo kalau udah ada rasa sama Chris setidaknya jangan kasih harapan juga ke Ka Zeeno, Sha." ucap Adel sambil menggambar abstrak di sketchbook-nya.

"Apaan sih lo, Del. Orang gue cuma kasih makanan doang ke Chris."

"Gue tanya sama lo sekali lagi, Sha. Sebenarnya lo itu lebih suka sama---" - Muthe.

"Chris!!" panggil Marsha tiba-tiba pada Chris yang hari ini kelihatan pucat banget mukanya. "Lo sakit, Chris?" tanya Marsha lagi yang kali ini dengan beranjak mengampiri.

"Gue jadi kasihan ke Ka Zeeno." kata Muthe sambil lihatin bagaimana perhatiannya Marsha ke Chris.

"Tapi salah ka Zeeno juga kenapa sampai sekarang masih ngestuck disitu situ aja. Harusnya kalau dia suka sama Marsha dia bilang. Bukannya ngasih perhatian diam-diam kayak gini." sahut Adel melirik pada wadah bekal lain di laci meja Marsha. Dia tadi lihat Zeeno masuk kelasnya terus naroh wadah bekal tersebut.

"Iya. Menurut lo Chris juga suka nggak sama Marsha?" tanya Muthe.

"Entah. Tapi dilihat dari cara dia natap Marsha sih gue rasa iya." - Adel.

"Si tolol." - Muthe.

"Lo ngatain gue tolol?!" - Adel.

"Bukan lo. Tapi mereka bertiga."

"Bukannya cinta emang bisa bikin orang jadi tolol ya?"

"Makanya. Gue bilang mereka tolol. Sama-sama suka dengan satu orang yang sama. Terus sama-sama ngestuck di mode pendekatan doang. Tapi nggak berani nembak."

Adel tak menyahut seraya hanya menggedikan bahunya dengan tatapan mata melihat ke jendela. Tepat saat itu ada Indira sama Ashel lagi lewat.

Cakep banget.

______________
__________________

"Kalau suka tuh bilang. Jangan cuma bisanya ngelihatin doang. Tapi pastiin dulu yang di sana nggak nangis pas lo bilang suka ke orang yang lagi lo lihatin." Adalah apa yang dikatakan Adel pas ikut nimbrung duduk di tribun lapangan basket pada Ashel yang lagi duduk sendirian sambil lihatin Rolland yang lagi main bola rugby.

Ashel melirik dengan tatapan tajam.

"Maksudnya apa ya ngomong kayak gitu?"

"Tuh!" sahut Adel dengan menunjuk pada Winter yang sudah berjalan mengampiri Ashel. Tindakannya langsung membuat Ashel gelagapan takut ketiga temannya melihat dan tahu kalau ia sudah membohongi mereka.

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Kde žijí příběhy. Začni objevovat