Episode. 32

217 43 6
                                    

"Hbd." kata Adel pagi itu saat ia menjemput Ashel untuk berangkat sekolah bareng. Ia tengah mengulurkan helm ketika mengatakan hal barusan.

Ashel termangu sesaat sembari mengamati cara Adel bersikap. Bagaimana bisa pemuda yang sedang menyamar di hadapannya saat ini hanya sekedar mengucapkan selamat doang dihari ulang tahunnya? Bahkan disaat status mereka sudah menjadi pasangan sekalipun? Why!?

"Kok, diam? Ayo! Dipakai helmnya." ucap Adel dengan mengangkat ke depan wajah Ashel helm yang sedari tadi disodorkannya.

Ashel merengut. Ia lantas mengambil helmnya tanpa menyahut. Adel tidak bereaksi apa-apa seraya membantu Ashel untuk naik ke motornya.

Sepanjang jalan, Adel mengajaknya bicara, tapi hanya dijawab singkat sama Ashel. Dia bukannya marah karena Adel tidak terlihat berniat untuk memberikan kejutan ulang-tahun untuknya. Tapi dia kesal karena Adel biasa aja sama hari spesialnya. Kelihatannya juga kayak nggak senang sama sekali gitu. Kan, jadi bete Ashelnya.

Sesampainya di parkiran sekolah, Ashel langsung copot helm nyangkutin di spion terus pergi gitu aja. Adel juga sama sekali nggak manggil atau ngejar dia. Dia diam aja sambil gedikkin bahunya.

Jika kalian berpikir sikap Adel yang kayak gitu karena dia lagi nyiapin kejutan buat Ashel. Kalian salah. Adel bahkan nggak ada kepikiran sama sekali buat kasih kejutan atau bikin sesuatu hal yang spesial kayak makan malam romantis seperti yang dilakuin sama orang-orang kebanyakan. Seperti perkataannya kemarin, Rava memang bukan tipekal cowok yang romantis dan manis. Dia itu unik. Dan dia punya caranya sendiri untuk bikin Ashel senang.

Dug!
Marsha memukul pelan ransel Adel memastikan perkiraannya bahwa isinya beneran cuma buku doang. Nggak ada sesuatu yang lain.

"Lo nggak ngasih hadiah buat pacar lo, Del?" tanya Marsha yang membuat dahi Adel bertaut kaget. Bagaimana tidak, yang tahu dia jadian itu cuma kakaknya doang. Nggak ada yang lain. Tapi, tunggu. Marsha kan tahunya Adel cewek. Emang Marsha kira pacarnya Adel siapa?

"Ih, ternyata spesies buaya nggak seromantis yang gue bayangkan, ya." kali ini Muthe yang ngomong. Waduh, mereka mikirnya apa, ya?

"Ini maksud kalian apa, sih? Gue nggak ngerti. Dan gue juga nggak punya pacar sama sekali. Kalian ngaco, nih." ucap Adel menatap keduanya dengan tatapan heran.

"Ck," Muthe memutar bola mata malas. "semua orang juga udah pada tahu kali, Del, lo udah jadian sama Ashel. Nggak usah pura-pura polos, deh." katanya dengan berjalan lebih dulu. Mendengar itu membuat langkah Adel menjadi cepat untuk menyamakan geraknya.

"Hah?!"

"Waktu di kapal kemarin juga kita udah lihat dengan jelas segimana dekatnya kalian. Ngasih perhatian satu sama lain. Sweet banget. Aaaa! Kalau diingat-ingat gue jadi baper lagi." ujar Marsha dengan gemas.

Adel bingung dengan dua temannya ini. Meski dia tidak punya ingatan jelas tentang kehidupan masa lalu Marsha dan Muthe. Tapi dia yakin  kalau mereka tuh nggak mungkin biasa aja kalau ngomongin hal tabu kayak begini. Tapi apa karena ini semesta yang berbeda makanya mereka biasa aja? Jika benar begitu, berarti universe ini sama persis seperti apa yang diinginkan Ashel dulu. Kebebasan.

"Dih, malah bengong dia. Buruan masuk." tegur Muthe saat mereka sudah tiba di depan pintu kelas.

________________

"Gatara kok nggak masuk lagi, ya?" ucap Amanda dengan memindai ke sekitar.

"Iya ya. Amy juga. Kalian nyadar nggak, sih, kalau Amy sama Gatara tuh selalu barengan setiap kali mereka nggak masuk kelas." timpal Ella.

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang