24. Elang

47 8 5
                                    

____________________

____________________

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

____________________

"A-ayah ini beneran!" Sahut Elang, membuat Hendra terdiam untuk beberapa saat. Pasalnya baru kali ini lagi Elang memanggil dirinya seorang ayah.

"Baik, bapak bisa bertemu dengan anak bapak di kantor polisi" ujar polisi tersebut, kemudian telepon itu terputus.

***

Elang dan Hendra tengah berada dalam satu mobil yang sama. Hendra menjemput Elang yang berada di kantor polisi menggunakan mobil berwarna putih miliknya. Elang duduk di bagian tengah mobil, dan tentu Hendra sebagai supir.

Sesampainya di halaman rumah, Hendra langsung menarik tangan Elang dengan kasar menuju ke dalam rumah, dan segera menguncinya dari arah dalam kamar.

Tidak hanya Elang, tapi Hendra pun ikut masuk ke dalam kamar. Elang hanya bisa menunduk takut, pasalnya tangan Hendra sudah mengepal kuat, rahangnya mengeras.

BUGH!

Seperti yang Elang duga, Hendra akan kembali menyiksanya.

Kini kerah baju Elang ditarik paksa oleh Hendra, "KAMU MAU BIKIN SAYA MALU SAMPAI KAPAN?!" Teriaknya tepat di depan wajah Elang.

BRUK!

Hendra membanting Elang ke lantai kamar. Dia hanya bisa memegangi kepalanya yang terbentur, Elang merasa sedikit pusing.

Hendra sekarang tengah membuka sabuk yang berada pada pinggangnya, dan segera mencabukkan sabuk pinggang itu ke tubuh Elang.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Di bawah lantai, Elang sesekali mencoba melindungi tubuhnya dengan kedua tangan. Alhasil kedua tangan serta kakinya itu dipenuhi luka lebam.

"SAYA TIDAK PERNAH MENGINGINKAN ANAK SEPERTI KAMU! UNTUK APA HIDUP KALAU CUMA BISA BUAT SAYA MALU!" Begitu ujar Hendra, yang masih setia mencabuk Elang dengan sabuk pinggang miliknya.

Bentakan Hendra mampu membuat Zaki terbangun dari tidurnya yang berada di kamar sebelah. Tanpa berlama-lama lagi, ia segera pergi ke kamar Elang.

Saat Zaki hendak membuka pintu kamar, ia kesulitan karena pintu tersebut sudah Hendra kunci.

Tok! tok! tok!

"Ayah udah!" Teriak Zaki dari arah luar kamar.

Hendra menengokan kepalanya ke arah pintu, untuk sejenak ia menghentikan aksi cambuknya.

"Jangan sakitin bang Elang lagi! Zaki mohon yah..."

Elang yang masih terduduk di atas lantai, tanpa sadar meneteskan air matanya. Dengan segera ia mengelapnya, takut Hendra melihat jika dirinya ialah seorang yang lemah.

Kanza : Kania X Zaki [ REPUB ]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ