35. Kajian

46 8 16
                                    

"Semesta yang berbuat, dan saya dibuat sekarat"

~ Pera Ryantina

______________________

______________________

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

______________________

Pulang sekolah kali ini entah dijemput atau naik kendaraan lagi. Ya beginilah Kania, keluarga seolah-olah hanya istilah tanpa arti. Ia sudah sangat tidak mempunyai uang untuk pulang, namun dirinya berharap lebih kalau akan dijemput. Tak apa jikalau harus telat.

Seperti biasa, Kania akan menunggu di halte, duduk sembari memainkan jemarinya. Kemudian seseorang duduk tepat di sampingnya. Masih ingat dengan ibu-ibu yang membawa rongsokan pada saat Kania menunggu hujan? Itu dia.

Kania tidak menoleh, ia belum menyadarinya. "Eh neng yang waktu itu ya?" Tanya ibu itu.

Kania kemudian menoleh "hah? Oh iya Bu, kita ketemu lagi hehe" Kania tersenyum hangat.

"Aduh waktu itu belum sempat saling kasih tau nama. Kenalin ibu Kiana" ia menyodorkan tangannya.

Kania sedikit terkejut, lalu menerima uluran tangan tersebut "K-Kania."

"Owalah hahaha" Kiana tertawa, "nama kita mirip."

"Hehe iya" Kania terkekeh pelan, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Apa?! Kiana?! Enggak enggak, kayaknya salah orang Kania menggigit bibirnya.

"Cape juga ya neng. Ibu harus kerja nyari rongsokan gini tiap hari, sedangkan neng hidup enak, jangan lupa bersyukur ya" ujar Kiana.

Kania tertawa "hahaha iya."

Keduanya kemudian terdiam sejenak, lalu sebuah pertanyaan terucap dari bibir Kania, "maaf, kenal Pera?"

Sontak Kiana mengerutkan alisnya "Pera istrinya Heriansyah?" Tanyanya penasaran. Kania menjawab dengan anggukan mantap.

"S-saya keluarganya" ujar Kania.

Kiana nampak tersenyum lebar mendengar itu, ia kemudian menggenggam tangan Kania dengan erat. "Bisa bantu ibu ketemu sama Pera? Ibu mau minta maaf" matanya penuh dengan harapan.

Kania menggeleng tipis "ibu Pera udah meninggal" jawab Kania.

Kiana tercengang, tangan kanannya menutup mulut. "Kapan? Kenapa bisa meninggal? Karena sakit atau gimana?" Beribu-ribu pertanyaan dilontarkan Kiana.

"Ibu Pera bunuh diri..."

Tubuh Kiana terasa lemas, air matanya sudah tidak terbendung lagi, sebukit penyesalan kini sedang ia rasakan. "Harusnya dulu ibu gak lakuin itu..." Suara Kiana bergetar.

Kania mengelus-elus lembut punggung Kiana, "takdirnya udah kayak gini, harus ikhlas."

"Dulu ibu benci banget sama Pera, banyak yang udah ibu lakuin..." Pandangannya menunduk menatap tanah dengan tatapan kosong.

Kanza : Kania X Zaki [ REPUB ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon