9 - Luna vs Faris

29.3K 2.3K 38
                                    

Happy reading✨

***

Tiba di dapur Cakra, Luna membuka kulkas. Ia tampak berbinar melihat banyaknya makanan di sana.

"Pak! Boleh minta es krimnya nggak?" tanya Luna saat melihat ada es krim.

"Aku juga mau, Mommy!" kata Gavin.

"Ambil aja," sahut Cakra yang mengurungkan niatnya mengejar Luna karena perbuatan Luna tadi yang menyuruh Gavin mengatainya "ugly".

Luna mengambil dua buah es krim lalu membawanya dan kembali ke tempat semula. Ia duduk bersebelahan dengan Gavin. Sebelum melahap es krimnya, Luna membukakan dulu untuk Gavin.

"Jangan lupa entar sikat gigi," kata Luna.

"Iya, Mom," sahut Gavin dengan patuh lalu mulai melahap es krimnya.

Luna membongkar puzzle yang sudah tersusun lalu menyusunnya ulang dengan Gavin. Ia benar-benar gabut, tetapi belum ingin pulang ke rumah.

Luna berhenti menyusun puzzle saat ingin melahap es krimnya. Ia menoleh ke arah Cakra karena penasaran, dan ternyata Cakra sedang memperhatikannya.

"Kenapa, Pak? Mau es krim juga?" tanya Luna.

"Enggak," jawab Cakra.

"Papa nggak suka es krim, Mom," ujar Gavin.

"Kenapa?" tanya Luna yang penasaran.

"Kata Papa bikin sakit gigi," jawab Gavin.

Luna sontak tertawa. "Pasti giginya Papamu banyak yang ompong dan berlubang ya?" tanyanya.

Cakra menggeram lirih. "Luna!" kesalnya.

Luna menyengir. "Maaf, Pak. Bercanda."

Gavin turut menyengir saat memperhatikan Luna dan Cakra. Bocah itu lantas kembali fokus pada puzzlenya.

Luna yang sudah menghabiskan es krim lantas membuang bungkusnya ke tong sampah. Ia kembali dengan duduk di sebelah Cakra.

Luna yang penasaran dengan apa yang sedang Cakra kerjakan lantas mengintip ke layar laptop Cakra.

"Jangan ngintip!" seru Cakra lalu menarik laptopnya menjauh dari Luna.

"Ih, pelit. Emang apa sih, Pak?" tanya Luna.

"Saya lagi bikin soal buat tugas di kelasmu besok," kata Cakra.

"Serius? Mau lihat dong!" pinta Luna. "Saya dikasih spoiler lah, Pak."

"Nggak!" tolak Cakra.

Luna memberengut lalu mencolek Gavin. "Pin, lihat tuh Papamu pelit."

Gavin langsung menatap Cakra. "Papa nggak boleh pelit!" ujar bocah itu.

Cakra menghela napas lalu menunjukkan layar laptopnya ke arah Luna. "Tuh, lihat."

Luna tersenyum senang lalu menatap soal-soal yang Cakra buat. Ia mengernyit saat membacanya, terlihat cukup sulit untuk otak mungilnya.

Cakra membiarkan Luna membaca soal itu. Lagi pula itu hanya soal untuk tugas yang bisa dikerjakan dengan membuka buku, mencari di internet, dan sebagainya. Deadlinenya pun cukup lama.

"Ih, kok susah, Pak?" protes Luna.

"Deadlinenya satu minggu kok, buat minggu depan. Jadi gampang, bisa mipil ngerjainnya sambil baca buku dan jurnal buat referensi," kata Cakra dengan santai.

Luna menghela napas. Ia tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Pak Cakra itu tipe dosen yang pelit nilai atau enggak?" tanyanya, karena Cakra termasuk dosen baru di kampusnya, jadi ia belum tahu bagaimana Cakra dalam memberi nilai.

The Hot Lecturer Wants Me (TAMAT)Where stories live. Discover now