Eleonore || Chapter 8

361 277 133
                                    

️⚠️Warming⚠️

Typo bertebaran dimana-mana

Sebelum baca, ada kalah nya kalian tinggalin jejak🌟
Vote
Jangan jadi silent reader

Selamat membaca

_____________________________________

"Tuan semua nya sudah siap"

"Hm"

Daniel berbalik dan menatap tangan kanan nya dengan seringai iblis nya.

Let's play

Bisikan daniel bagaikan peringatan maut bagi siapa saja yang mendengar nya. Tak lama lagi dunia akan kembali berduka, orang orang berdasi satu persatu akan di basmi.

Mau tua atau pun muda, laki laki atau perempuan sama saja. Jika salah harus di basmi. Cukup sabar daniel meladeni tikus tikus berdasi yang dengan seenak nya menggelapkan uang perusahaan nya.

Suara langkah kaki menggema, menarik perhatian seorang pria berjas. Yang tak kalah hot nya dengan daniel.

"Ck lama" decak pria tersebut

"Kembali heh" ejek pria tersebut

"Hm...berangkat"

********

"Nghhh..." erangan seorang gadis

"Nay!!!" Seru semua orang dalam ruang vvip tersebut.

"Ada yang sakit? Lo mau apa? Haus? Lapar?" Rentetan pertanyaan dari seorang pria yang berdiri di samping brangkar kanaya, arga.

"Bodoh!!" Teriak Aiden dan menggeplak kepala arga.

"Kalian berdua diam" bentak erik

"Gue nggak papa kok" ujar naya dengan lirih. Bibir pucat nya menandakan jika kanaya tidak dalam keadaan baik baik saja.

"Bohong banget lo anjir"

"Bibir pucet udah kek mayat hidup, mata merah kek vampir, badan warna biru ama merah ke pelangi. Masih mau ngelak lo hah?"

"Beneran gue nggak papa kok"

"Sekali lagi lo bilang nggak papa, gue santet lo yah anjing"

"Anak orang lagi sakit itu anjing, nggak usah ngomong kasar napa babi"

"Eh.... bangsul elo juga ngomong kasar yah"

Perdebatan unfaedah antara Arga dan Aiden menambah beban pikiran Kanaya. Pengen banget kanaya mengusir mereka berdua, tapi apa lah daya. Tenaga nya sekarang tidak ada untuk membuat kedua orang yang asyik berdebat itu menginap di rumah sakit.

"Udah?" Ujar Kanaya dengan menaikan alis sebelah nya. Memandang kedua pelaku dengan mimik wajah yang super duper datar.

"Kenapa bisa begini hm?" Tanya Erik sambil mengelus rambut Kanaya. Membuat sang empu menutup mata nya. Menikmati sentuhan nya.

"Nggak papa kok" ujar Kanaya tanpa membuka kedua mata nya. Hanyut dalam kelembutan yang di berikan oleh sang sahabat, Erik. Membuat dengkuran halus terdengar.

Semua tampak memandang wajah damai Kanaya, mereka merasa prihatin akan hidup Kanaya. Tidak sama seperti gadis lain yang menikmati masa remaja nya dengan berjalan-jalan maupun hangout dengan sahabat. Yang Kanaya rasakan hanya lah penderitaan yang tiada habis menjumpai hidup nya silih berganti.

"Lo kuat, lo gadis pertama yang gue temuin"lirih Erik. Masih dengan kegiatan nya, mengusap kepala Kanaya.

"Lo nggak gampang nyerah dan lo selalu ikuti mau mereka tanpa lo peduli in tentang hidup lo" lanjut Erik

EleonoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang