Eleonore || Chapter 9

327 240 119
                                    

️⚠️Warming⚠️

Typo bertebaran dimana-mana

Sebelum baca, ada kalah nya kalian tinggalin jejak🌟
Vote
Jangan jadi silent reader

Selamat membaca

_____________________________________

Shitt....

Brakk

Prangg

Ceklek..

Tio, bawahan nya yang baru saja masuk hampir di buat menginap di rumah sakit. Karena sang tuan dengan tidak berperikemanusiaan nya melemparkan vas bunga seharga milyaran dollar. Tio hanya memandangi sang tuan hingga tuan nya selesai melampiaskan amarah nya.

"Jangan pernah lepaskan mereka tio" desis sang tuan.

"Buat mereka menderita, sangat sangat menderita" sekali lagi. Tio mendengar suara yang begitu dalam  dan sarat akan kebencian.

"Baik tuan, saya permisi" Tio berlalu dari hadapan tuan nya. Meninggalkan kegelapan menyelimuti tubuh tuanya. Berbaur dengan keheningan dan bersatu dengan kegelapan.

*********

"Nay hari ini lo sekolah nggak?"

"Enggak"

"Lah napa lo nay?"

"Males"

"Dih, jangan males males dong cantik dah mau lulus ni kita nya"

"Dah yah gue mau tidur dulu, bye"

Kanaya memandang kearah cermin, memperhatikan seluruh tubuh nya, meneliti hingga meraba bagian tubuh nya yang terdapat bekas luka.

"Nggak penting banget kehadiran gue hehehe" ujar Kanaya dengan cengiran khas nya. Bahkan tak lama setelah itu setetes air mata jatuh. Membentuk aliran sungai kecil pada pipi nya.

Arghhh

Prang

Kanaya melempar kaca seukuran manusia di depan nya menggunakan handphone membuat pecahan kaca di mana mana, bahkan ada beberapa serpihan kaca yang mengenai kaki bahkan lengan Kanaya.

"Lo itu nggak guna bodoh!!"

"Lo beban keluarga anjing!!"

"Lo nggak berarti sama sekali di mata mereka!!"

"Lo itu cuma benalu!!"

"Lo nggak lebih dari sampah anjing!!"

"Gue juga nggak mau kek gini, tapi keadaan yang membuat gue ke gini" lirih Kanaya dengan kepala menunduk.

"Gue udah tertekan anjing!!! Jangan buat gue tambah tertekan bangsat!!!" Teriak Kanaya. Luruh sudah pertahanan nya selama ini, ia hanya pura pura kuat di depan banyak orang tapi sering kali topeng nya tak selalu ia pakai. Ada kalah nya ia membutuhkan pelampiasan untuk hidup nya yang hampa.

Nangis

Nangis

Dan

Nangis

Kanaya mengangkat kepala nya melihat ke depan,  di atas meja belajar nya terdapat benda berkilau kecil. Dengan tatapan yang kosong kanaya berjalan menuju benda tersebut. Mengambil nya dan menggores tangan nya, darah meluncur dengan perlahan. Dia rasa kurang.

EleonoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang