05

28 7 0
                                    

Sesuai janji, hari ini update 2 part sekaligus.

Btw, jangan lupa koreksi nya apabila ada kesalahan dalam penulisan.

Selamat membaca!!

——————

Cuaca pagi ini terasa sedikit berbeda dari sebelumnya. Biasanya, pagi hari akan terasa mendung namun akan sangat terik di siang hari. Namun kali ini, jam baru menunjukkan pukul 06.30 saat matahari telah menyorot terik. Naya yang sedang duduk di teras rumahnya tampak mendesah kesal.

Ia bukannya tak tahu, cuaca pasti akan sangat terik hingga tengah hari dan hujan akan turun setelahnya. Yang membuatnya kesal adalah ia harus sedia jadi hujan tapi ia telah mengenakan sepatu sehingga ia tidak bisa masuk. Ia sangat malas jika harus membuka lagi sepatunya dan kembali memasangnya lagi nanti.

"Ah, sudahlah. Kayaknya Nando bawa jas hujan. Kalau gak ya udah biar nunggu reda aja," ucapnya pada diri sendiri, namun tetap nampak kesal.

Tin tin

Naya segera bangkit dan berjalan menghampiri Nando yang masih berada di atas motornya. Memang, ia selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Nando. Bagaimana lagi? Ia tidak bisa mengendarai motor di jalan besar.

Setelah berpamitan kepada orang tuanya, Naya dan Nando segera melajukan motornya menuju sekolah. Sepanjang jalan terisi oleh obrolan mereka berdua tanpa peduli pengendara lain yang sering kali menoleh karena suara mereka yang cukup keras.

"Oh ya Nay, aku kan gak dapat Ig nya kak Bian. Tapi aku dapat Ig kelasnya. Udah ku kasih juga kan ke kamu. Nah, coba kamu cari cari akunnya di Ig kelas," ucap Nando di tengah tengah perbincangan mereka.

"Udah ku cari. Tapi susah say, kita gak tau nama panjangnya." Nando yang mendengar itu sedikit menolehkan wajahnya ke samping. Namun, ia segera kembali menatap jalanan di depan.

"Loh? Emang semalem aku gak kasih nama panjang nya ya?" Mendengar itu, Naya mengerutkan keningnya heran.

"Loh? Gak ada kan. Apasih anak satu nih," balas Naya sambil memikul bahu Nando pelan. Nando yang diperlakukan seperti itu sedikit tidak terima.

"Kamu yang apasih? gak baca lanjutan pesan ku semalam kah? Kan aku ada kasih pesan lanjutan sekitar jam 10 malam." Naya memajukan kepalanya hingga dagunya bertumpu pada bahu Nando.

Orang orang yang melihatnya sekilas mungkin akan berpikir mereka adalah sepasang kekasih. Yah, mereka memang seringkali dianggap sebagai pasangan. Padahal kenyataannya, mereka hanya dua orang manusia yang telah membangun persahabatan sejak SD.

"Emang ada? Aku belum ada cek pesan lagi dari semalam." Nando hanya mendengus pelan. Sudah pasti temannya ini terlalu asik dengan dunia fiksi hingga tidak membaca pesan pesan yang masuk.

"Nama lengkapnya Febrian Nugroho. Coba deh kamu cari nanti Ig nya." Naya menolehkan kepalanya dengan dagu yang tetap bertumpu pada bahu Nando. Ia tersenyum dengan mata yang berbinar-binar.

"Ihhh, makasih Nando. Lope lope sekebon buat bestie yang satu ini." Nando berlagak seolah ingin muntah mendengar nada alay nan manja dari Naya.

Setelahnya, Naya menarik lagi dagunya saat mereka telah memasuki lingkungan sekolah. Nando ini, banyak sekali fans nya. Dan Naya sudah sering mendapat ujaran kebencian dari fans Nando yang tidak terima dengan kedekatan mereka.

Setelah motor terparkir sempurna, Nando sedikit memiringkan motornya untuk memudahkan Naya turun. Naya melompat dengan hati hati dan sedikit menjauh dari motor Nando. Saat memutar tubuhnya, ia melihat Bian sedang memarkirkan motornya dengan pakaian olahraga.

Kulitnya yang putih nampak kontras dengan motor Scoopy hitamnya. Ia memundurkan motornya sambil menoleh kebelakang. Pipinya yang sedikit tembam nampak bergerak imut saat ia turun dari motor.

Nando yang melihat temannya termenung ikut menatap arah pandang Naya. Ia menghela napas lelah saat melihat orang yang baru saja mereka bicarakan nampak berjalan meninggalkan parkiran melalui jalan yang memang dekat dengan kelas 12.

Melihat Naya yang masih belum melepaskan pandangannya dari kakak kelasnya, Nando berinisiatif menarik tangan Naya menuju kelas mereka melalui jalan yang berbeda dari Bian.

"Udah, jangan dipelototi terus. Dia cakep, pasti yang suka banyak. Jangan sampe kamu nangis nangis lagi kena hujat fansnya." Memang setiap Naya mendapatkan ujaran kebencian, ia selalu menangis dipojok kelasnya.

Mereka terus berjalan hingga akhirnya berpisah karena letak kelas mereka yang berbeda arah.

About NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang