11

14 4 0
                                    

Hai!

Saya balik lagi nih.

Maaf ya baru sempet up lagi

Selamat membaca

Jangan lupa tinggalin jejak ya say💅💅
———

"Mau ku potoin gak? Nanti ku kirim ke kamu." Naya menatap Aish yang sedang mengangkat ponselnya. Naya mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Makasih banyak," bisik Naya lirih. Tangannya meremas kuat tangan Oliv yang masih ada di bahunya.

Oliv tentu saja paham, sangat paham. Naya sedang menahan diri agar tidak berteriak histeris dan bertingkah brutal karena salting. Itu terlihat jelas dari wajahnya yang sudah memerah dengan pancaran mata yang tak bisa disembunyikan.

"Tahan, tahan. Harus jaga image. Jangan sampai dia tau dulu wak." Naya mengangguk setuju dengan ucapan Lily. Ia masih mengatur nafasnya secara perlahan agar kembali stabil.

Setelah dirasa stabil dan tenang, Naya kembali melihat kearah Bian. Timing yang sangat pas sekali. Pada saat Naya menoleh, bertepatan dengan Bian yang membelakangi nya tampak memiringkan badan. Tangannya menyugar rambutnya dengan senyum yang tampak sangat manis.

Cukup, Naya sudah tak sanggup lagi. Ini terlalu berbahaya untuk kesehatan jantungnya. Tubuh Naya pun limbung dan bersandar pada pilar di belakangnya. Ia menutup wajahnya dengan makalah yang ia rampas dari Briana.

"Aaaaaa," pekik Naya tertahan. Kakinya menendang-nendang angin dengan brutal. Ia sangat ingin menggerakkan tangannya juga, namun ia takut dianggap aneh.

"Nay, Nay! Sadar, Nay. Istighfar dulu nak," ucap Briana sambil menepuk nepuk pelan tangan Naya. Temannya ini sangat mirip dengan orang kerasukan.

"Aku sadar, Bri. Tapi tuh..." Naya kembali senyum-senyum sendiri sambil menutup wajahnya dengan tangan. Sangat terlihat jelas wajahnya yang sudah memerah.

"Dia kok balik lagi ya?" Naya langsung membuka wajahnya setelah mendengar pertanyaan Aish. Loh? Kan tadi sudah sampai depan pintu, kok putar balik? Emang agak lain.

"Mungkin ada yang ketinggalan kali. Tuh, teman temannya pada bawa tas, dia aja yang gak bawa," jawab Naya dengan tak yakin.

Dan benar saja, tak lama setelahnya Bian kembali ke perpustakaan dengan menyampirkan tas di sebelah bahunya. Ia juga tampak mengenakan sweater dengan warna yang berbeda. Di sisi kiri sweater berwarna hitam, sedangkan sisi satunya lagi berwarna cream. Melihat itu, Naya membelalakkan matanya.

"Nay, sweater yang dia pake kok mirip sama punyamu ya? Bedanya punyamu warna coklat-cream." Yah, inilah yang membuat Naya membelalakkan matanya tadi. Sweater yang di kenakan Bian memiliki model yang sama dengan miliknya.

"Eh, bener juga. Sumpah modelnya mirip banget," ucap Lily menimpali perkataan Briana.

Naya menutup matanya rapat-rapat dan membalik badannya membelakangi Bian yang masih bercanda ria dengan temannya di sisi lain teras perpustakaan. Naya menggigit kuku jempolnya dengan wajah yang memerah.

"Dih, mukanya merah banget hahaha." Mendengar perkataan Oliv, yang lain langsung memperhatikan wajah Naya yang sudah memerah hingga telinga.

"Ih, anak orang salting brutal." Suara tawa terdengar riuh bersahut-sahutan, cukup untuk menarik perhatian orang orang yang berada di sisi lain teras perpustakaan.

Yah, tidak salah mereka menertawakan Naya. Sebab, biasanya Naya lah yang mengejek dan menertawakan mereka saat sedang dekat dengan laki laki. Naya menarik napas panjang dan berusaha menetralkan wajahnya.

Saat berbalik badan, Bian dan teman temannya sudah beranjak masuk kedalam perpustakaan dengan posisi Bian berada di paling belakang. Melihat itu, Naya menarik napas lega. Yah, begini lebih aman buat kesehatan jantungnya.

"Eh, kok kayaknya tadi kakaknya liat liat ke arah sini ya?" ucap Aish mengutarakan apa yang ia lihat barusan.

"Iya tau, aku juga ngerasa gitu tadi. Kupikir perasaan ku aja," sahut Anna menyetujui perkataan Aish.

"Mungkin karena kalian berisik kali. Kalian sih ketawanya brutal betul," sungut Naya pelan.

"Hahaha habisnya jarang jarang liat muka mu merah gitu." Semua tampak mengangguk setuju dengan ucapan Briana.

"Nay, coba duduk sini," pinta Lira tiba tiba. Naya hanya menurut dan duduk di tempat Lira duduk sebelumnya.

Tempatnya duduk kini lebih leluasa melihat ke dalam perpustakaan melalui pintu kaca. Dan saat Naya menghadap depan, langsung disuguhkan pemandangan Bian tengah duduk menyamping menghadap pintu perpustakaan. Salah satu kakinya bertumpu pada kaki lainnya. Tangannya bersandar pada sandaran kursi, sedangkan tangan satunya bertumpu pada meja.

Dan secara tiba tiba, Bian mengangkat pandangannya dari buku yang tengah ia baca. Ia hanya sedikit mengangkat kepalanya, sehingga tatapannya terlihat lebih tajam. Tidak, tatapan matanya tidak tajam, justru cenderung teduh. Namun karena posisinya ini, tatapannya jadi nampak lebih tajam dibanding biasanya.

"Aarrgghh! Gak kuat, gak kuat. Tatapannya!" jerit Naya tertahan dengan badan yang menjadi lemas.

———

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Jan 07, 2023 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

About NayaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon