09

11 6 0
                                    

Naya masih menatap ke dalam perpustakaan melalui pintu kaca dengan kaku. Sungguh, ia tidak berharap ucapan nya akan terkabul. Justru ia akan sangat grogi apabila benar Bian ada di dalam perpustakaan.

"Kedip, Nay. Gak perih kah tuh mata?" tegur Lily sambil memegang bahu Naya.

Sontak Naya mengedipkan matanya berkali kali dengan cepat sambil mengalihkan pandangannya. Ia menarik napas panjang dengan raut berpikir.

"Eh, tapi kayaknya tadi mas Bian keluar gak sih? Kayaknya udah balik ke kelas duluan," ucap Naya setelah mengingat sesuatu.

"Nih anak aneh banget. Tadi berdo'a biar ada kak Bian, eh pas dikabulkan malah ketar ketir," celetuk Briana.

"Ya gimana lagi? Takut tiba tiba nge-reog kalau liat dia." Mereka hanya menghela napas maklum. Sudah paham dengan kelakuan Naya yang saat salting memang seperti orang kerasukan.

"Dah dah, mending belajar buat presentasi di dalam nanti. Ntar pas sampe dalam malah hah hoh doang lagi." Mendengar perkataan Oliv, mereka langsung mengambil makalah masing masing dan mulai membaca.

Baru beberapa menit mereka membaca, pintu perpustakaan terbuka. Sontak mereka mengalihkan perhatian kepada salah satu teman mereka.

"Eh, kata ibunya masuk aja. Masih lega kok tempatnya di dalam." Setelahnya ia masuk kembali tanpa menunggu Naya dan yang lainnya masuk.

"Ih, gak mau lah aku. Di dalam banyak orang, pasti gak fokus nanti," ucap Anna.

"Iya ih, pasti ribut didalam," timpal Lira. Beberapa dari mereka yang masih di depan perpustakaan tampak menyetujui.

"Ya udah, tunggu sebentar. Aku bilang ke ibunya dulu. Sekalian aku presentasi duluan yah." Yang lain hanya mengangguk setuju dengan ucapan Naya.

Naya langsung beranjak masuk ke perpustakaan. Sesampainya di dalam, ia langsung menuju meja tempat biasanya penjaga perpustakaan berada. Memang, guru seni mereka lebih suka menunggu di perpustakaan karena keadaan kelas yang memang panas meski beberapa kipas nyala.

"Nah, ini Bu. Naya aja duluan, Saya belakangan aja." Naya yang baru datang menatap heran Tama yang langsung menunjuk dirinya.

"Apa?" tanya Naya dengan alis terangkat.

"Eh, mana bisa gitu. Anak orang baru datang udah kamu suruh persentasi. Kalau dia belum siap kan kasian. Kamu aja sini udah, saya dengar tadi kamu udah bagus kok," sahut Bu Mila—guru seni tari—kepada Tama.

"Ih, Naya tuh selalu siap kalau soal presentasi. Coba aja tanya langsung, Bu." Tama menunju Naya dengan tatapan tetap kepada Bu Mila.

"Oh nih anak memang kok. Mbak, kamu mau lah presentasi duluan?" tanya Bu Mila kepada Naya.

"Mau, Bu. Ini kan saya masuk karena emang mau presentasi duluan," balas Naya sambil tersenyum.

"Ya udah, mbak. Duduk sini depan saya." Naya menurut dan langsung duduk di depan Bu Mila.

Setelah duduk dengan nyaman, Naya mulai presentasi dengan disaksikan oleh beberapa temannya termasuk Tama dan Nathan. Ia menjelaskan dengan ekspresi yakin dan memberikan penekanan pada kalimat tertentu.

"Sekian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada salah kata, dan terima kasih." Naya menutup presentasi nya dan menarik napas panjang dengan wajah lega.

"Baik, Mbak. saya mau tanya." Setelah itu, mengalir lah sesi tanya jawab antara Bu Mila dan Naya. Bu Mila melontarkan beberapa pertanyaan yang dijawab oleh Naya tanpa kesulitan.

"Oke, terima kasih. Kamu bisa kembali ke kelas, dan diperbolehkan istirahat lebih dulu." Naya mengucapkan terima kasih dan segera berpamitan setelah mempertanyakan tujuannya sebelum masuk tadi.

Naya beranjak keluar dari perpustakaan dengan makalah di tangannya. Diam diam matanya memindai setiap manusia yang ada di dalam perpustakaan ini. Sepertinya memang tidak ada.

———

Hai hai hai!!

Setelah seminggu utuh up gak teratur akhirnya up juga.

Harusnya hari ini up gak cuma satu part

Sayang banget lagi gak enak badan, jadi gak boleh pegang hp lama lama.

Padahal tinggal revisi doang loh Wak 😭😭

Ngomong ngomong, jangan lupa tinggalin jejak ya babe.

About NayaWhere stories live. Discover now