Bab 7 : Teror Teluh (Part 3)

52 1 0
                                    

Sudah 3 hari berturut-turut Dila selalu mengalami kesurupan. Ini adalah hari keempat. Dan jika mengilas balik ke belakang, hari ini adalah hari dimana akan terjadi peristiwa besar bagi keluarga Pak Adi, setidaknya itulah berita yang disampaikan sang sepuh pada 4 hari yang lalu. Ini adalah hari yang di maksud. Dan semoga saja, perkataannya hanyalah sebuah kekeliruan.

Sedikit lagi adzan Maghrib akan berkumandang. Pak Adi dan sekeluarga sudah berkumpul di ruang tengah, termasuk Dila. Mereka semua saling berjaga dan berdoa, dengan maksud agar Dila tidak kerasukan lagi.

Lalu, adzan Maghrib pun berkumandang.

Dila masih terlihat baik-baik saja. Belum ada tanda-tanda hal ganjil. Meski begitu, Pak Adi dan yang lain masih tetap bersiaga. Masih terus melantunkan ayat-ayat suci di samping Dila, sembari bergiliran sembahyang.

Kini, adzan isya telah berkumandang.

Pak Adi dan yang lain merasa bersyukur hari ini. Biasanya setelah adzan Maghrib, Dila akan langsung dirasuki oleh makhluk gaib. Tapi untuk hari ini, Dila masih dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan ketika adzan isya berkumandang, Dila masih terlihat sangat baik. Wajah Dila kini bahkan terlihat lebih cerah. Sangat berbeda dibanding 3 hari terakhir. Dengan begini, sepertinya teror keluarga mereka telah berakhir.

Melihat kondisi keluarga yang membaik, Pak Adi dan kedua anak laki-lakinya sudah bersiap untuk pergi ke masjid untuk sholat berjamaah. Selesai bersiap, mereka bertiga pun pergi.

Singkat cerita, Pak Adi dan kedua anaknya sudah selesai sholat berjamaah di masjid, dan kini sedang berjalan pulang menuju rumah.

Di samping kanan rumah Pak Adi adalah sebuah lahan kosong. Luasnya memang tidak terlalu besar. Tapi di lahan kosong itu terdapat sebuah pohon jambu yang berdaun rimbun. Pohon jambu itu berdiri persis di samping rumah Pak Adi. Dan Pak Adi yang sehabis sholat dari mesjid pun akan melewatinya.

Saat ingin melewati pohon jambu itu, Pak Adi melihat ada sebuah sinar merah menyala di dalam rimbunan pohon tersebut. Pak Adi tidak tahu itu apa, ia berpikir itu adalah mata seekor binatang. Tanpa mempermasalahkannya, Pak Adi dan kedua anaknya melewati pohon itu begitu saja.

Tibalah Pak Adi dan kedua anak laki-lakinya di rumah. Saat masuk ke dalam, Pak Adi melihat Dila sedang makan bubur. Setelah selesai memakan buburnya, Dila menaruh mangkok tersebut tidak jauh dari hadapannya. Lalu kembali berbincang bersama keluarga, termasuk Pak Adi dan kedua adik laki-lakinya yang baru pulang dari masjid.

Di kala mereka sekeluarga berbincang, tetiba saja mereka dikagetkan dengan sebuah sendok yang memutar dengan sendirinya. Sendok yang memutar itu adalah sendok yang berada di dalam mangkok bekas bubur yang tadi Dila makan.

Tentu ini adalah kejadian ganjil. Mereka semua melihat hal yang sama. Dan sendok itu terus beputar sendiri hingga beberapa detik. Tapi tatkala sendok itu akhirnya berhenti secara mendadak disertai mangkoknya yang pecah, Dila langsung berteriak histeris.

Setelah Dila kerasukan, kini Bu Yuni pun tetiba saja menangis. Pada awalnya, Pak Adi mengira istrinya menangis sedih karena merasa cobaan ini tidak ada habisnya. Tapi ternyata ia salah. Bu Yuni menangis bukan karena itu, tapi beliau menangis karena dirinya juga sedang kerasukan. Kini Dila dan Bu Yuni secara bersamaan sedang dirasuki.

Mereka berdua berteriak lalu menangis tanpa ada hentinya. Alhasil, membuat warga berbondong datang untuk melihat.

Sang anak pertama, yang bernama Risa, langsung memanggil sang Ustadz lagi. Ini adalah hari keempat berturut Risa memanggil sang Ustadz.

Setelah sesampainya sang Ustadz datang, beliau langsung mencoba menangani keduanya yang sedang kerasukan. Dibantu oleh seorang warga lain yang juga memang bisa menangani, mereka berupaya menyadarkan Dila dan Bu Yuni.

Thread HorrorOnde histórias criam vida. Descubra agora