Bab 15 : Arwah Pembalap Liar

51 1 0
                                    

Kisah ini berasal dari seorang pria paruh baya berusia 36 tahun. Sebut saja namanya Deni. Dan latar belakang kisah mistis yang dialaminya sendiri, terjadi pada tahun 2013 silam, di kampung halamannya, di kota solo.

Deni memiliki teman baik yang bernama Yano. Hubungan mereka bahkan bukan hanya sekedar teman lagi, melainkan sudah seperti saudara kandung.

Mereka berdua tinggal di satu desa yang sama. Bahkan bukan hanya itu, sedari SD sampai lulus SMK, keduanya pun selalu bersama-sama. Menempuh pendidikan di sekolah yang sama, jurusan yang sama, bahkan masuk di kelas yang sama pula.

Mungkin karena lamanya kebersamaan tersebut, Deni maupun Yano akhirnya punya satu frekuensi pemikiran yang sama. Dan setelah lulus SMK, dengan lantang, mereka pun meneriakan impian mereka bersama, yaitu membuka usaha bengkel motor.

Tapi karena belum punya cukup modal untuk membuka usaha, keduanya pun memutuskan untuk mencari kerja diperantauan, hanya untuk sekedar mengumpulkan modal semata.

Pada waktu itu, mereka pun mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan yang bermarkas di Jakarta. Mereka diterima dan dikontrak dengan durasi yang sama. Selama 3 tahun bekerja, baik Deni maupun Yano, akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke kampung, momentum yang pas dengan kontrak mereka yang habis. Tapi berbeda dengan kebanyakan para perantau lain yang jika habis kontrak akan merasa patah semangat, Deni dan Yano pada waktu itu justru pulang ke kampung dengan wajah sumringah.

Ya, setelah bekerja 3 tahun di perantauan, setelah berhasil mengumpulkan modal yang cukup, mimpi keduanya untuk membuka usaha bengkel di kampung halaman sendiri pun akhirnya tercapai. 4 bulan selepas pulang kampung, dengan patungan modal, akhirnya usaha bengkel motor yang mereka cita-citakan pun terwujud.

Singkat cerita, 3 tahun pun telah berlalu. Bengkel yang Deni dan Yano bangun bersama kini telah tumbuh perlahan. Setiap hari, ada belasan bahkan puluhan motor yang melipir ke bengkel mereka untuk diservis. Bahkan dengan keuntungan yang lumayan, mereka pun sanggup mempekerjakan satu orang montir lagi untuk ikut membantu.

Usaha bengkel keduanya saat ini memang sedang dalam tahap yang baik. Meski harus membayar satu orang karyawan serta uang sewa ruko perbulannya, untung yang masuk ke kantung mereka pun masih lebih dari sekedar cukup.

Tapi, dari sanalah masalah pun muncul.

Untung dari usaha bengkel per harinya akan dibagi menjadi 3 titik. Satu untuk bayar karyawan, satu untuk membayar sewa ruko, dan satunya lagi akan dibagi rata kepada Deni dan Yano.

Deni memang piawai dalam mengelola keuangan. Keuntungan yang ia dapat pasti akan dikelola sebaik mungkin. Tapi tidak dengan Yano.

Setahun terakhir, Yano sedang demam dengan balapan liar. Anak-anak yang suka nongkrong di bengkel mereka akhirnya menjerumuskan Yano ke dalam hal buruk. Ya, sekarang Yano jadi suka ikut balapan liar karena pengaruh mereka.

Kini, setiap untung yang didapat Yano dari usaha bengkel, akan habis dalam waktu seminggu saja, habis hanya untuk memodifikasi motor kesayangannya. Bukan untuk rasa puas, melainkan untuk dapat memenangkan balapan liar. Dan lebih parah lagi, bahwa Yano sendirilah yang menjadi pembalapnya.

Belum cukup dengan kebiasaan buruk barunya tersebut, Yano bahkan sering memaksa Deni untuk meminjamkan uangnya. Meminjam uang untuk mengupgrade motornya agar menjadi lebih sangar lagi. Seakan-akan memodifikasi motor lalu memenangkan balapan liar adalah segala-galanya bagi Yano saat ini. Dan sejujurnya, hal itulah yang membuat hubungan diantara keduanya kini menjadi sedikit merenggang.

Tapi dari lubuk hati yang paling dalam, Deni sendiri merasa sedih dengan kelakuan Yano yang sekarang. Ia tak menyangka, bahwa teman baiknya itu kini sudah berubah. Bahkan nasehat baik yang ia sampaikan kepada Yano hanya seperti angin lalu yang tidak berarti baginya.

Thread HorrorWhere stories live. Discover now