Bab 16 : Andong Setan

38 0 0
                                    

Kisah ini berasal dari seorang pria berusia 56 tahun. Sebut saja namanya Pak Surya. Dan latar belakang kisah mistis yang dialaminya sendiri, terjadi pada tahun 1980-an silam, di kampung halamannya, sebuah desa di kota klaten.

Pada waktu itu, Pak Surya yang masih berusia belia sedang menjemput temannya, yaitu Yatno untuk mengajaknya menonton sebuah wayang kulit di lapangan terbuka dekat kantor kecamatan. Kala itu, kabar tentang pagelaran wayang tersebut terdengar begitu santer di telinga warga, karena akan menghadirkan dalang ternama, yaitu ki nato sabdo. Hal itulah yang membuat warga sekitar bahkan dari luar desa begitu antusiasme menantikannya, tak terkecuali Pak Surya dan Yatno. Dengan mengetahui kalau dalang ki nato sabdo lah yang akan memainkan lakon, keduanya pun dibuat begitu sumringah karenanya. Dan malam akhir pekan inilah, acara tersebut akan diselenggarakan. Lalu setelah dapat izin dari orangtua Yatno, mereka berdua pun mulai berjalan santai menuju lokasi.

Jika menilik posisi keduanya berada sekarang, kira-kira masih sekitar 2 kilometer lagi agar mereka sampai di lokasi. Meski akan memakan waktu sampai berpuluh-puluh menit, alih-alih merasa terbebani, Pak Surya dan Yatno justru merasa sumringah saat ini, terlihat jelas dari raut wajah mereka yang berseri. Keduanya pun terus berjalan beriringan dengan warga lain yang juga ingin menonton pagelaran wayang tersebut. Jadi dengan beramai-ramai, mereka semua berjalan beriringan menuju lokasi yang sama.

Setelah berjalan jauh, setelah ratusan bahkan ribuan langkah, akhirnya Pak Surya dan Yatno sampai juga di lokasi tujuan. Ya, keduanya saat ini sudah sampai di lapangan terbuka dekat kantor kecamatan dimana pagelaran wayang itu diadakan.

Lokasi dimana saat ini Pak Surya dan Yatno berada terlihat begitu ramai. Sejauh mata memandang, tiap sudut area di sana telah disesaki oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Bahkan pak lurah setempat terlihat sedang duduk di kursi paling depan dekat dengan panggung. Belum lagi Pak RT, Pak RW serta juragan beras, yang Pak Surya dan Yatno kenal juga sedang berada di sana. Banyak orang penting setempat yang kini terlihat hadir di pagelaran wayang tersebut. Ditambah pula dengan banyaknya para pedagang, kemeriahan acara terasa menjadi lebih hingar bingar kini. Lalu, sekitar 30 menit kemudian, atau sekitar pukul 8 malam, acara wayang pun dimulai.

Dalang ki nato sabdo saat ini sedang membawakan lakon yang berjudul lahirnya parikesit

Dengan penuh antusiasme, baik Pak Surya, Yatno maupun warga lain, terus menikmati tontonan lakon yang sedang dimainkan oleh sang dalang.

Lakon yang berjudul lahirnya parikesit sendiri, menceritakan tentang kelahiran cucu pandawa sebagai keturunan raja hastina pura. yang sebenarnya memiliki pesan moral tentang seorang pemimpin yang adil, jujur, dan tegas. dari sifat yang tadi, negara menjadi gemah ripah lohjinawi atau yang artinya negara yang makmur dan bahagia rakyatnya

Dan selama berjam-jam, sang dalang terus memainkan lakon yang bisa membuat para penonton terkesima. Meski hanya duduk di alas seadanya, disertai dengan beberapa gigitan nyamuk, para penonton terus setia menyaksikan lakon wayang tersebut dengan terkesima.

Hingga tak terasa, kini waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Meski sang dalang masih terus memainkan lakonnya, sebagian orang sudah pulang ke rumahnya satu persatu. Lalu dengan rasa kantuknya yang sudah di ujung mata, Yatno pun mengajak Pak Surya untuk pulang, ia berkata, "Sur, ayo kita pulang. Aku udah ngantuk." Ucap Yatno dengan melas.

Pak Surya sendiri sebenarnya tidak ingin pulang saat ini, ia masih ingin terus menyaksikan lakon wayang itu sampai habis. Apalagi, saat ini cerita sedang mengalir dengan seru-serunya. Tapi merasa tidak enak dengan Yatno sahabatnya, Pak Surya pun akhirnya mengindahkan permintaan Yatno. Dengan perasaan sedikit kecewa, Pak Surya pun berkata, "Yaudah, ayo kita pulang."

Lalu keduanya pun mulai melangkahkan kaki mereka dari hadapan panggung di sana. Selangkah demi selangkah. Perlahan tapi pasti, keduanya pun mulai meninggalkan keramaian. Suara gema pewayangan juga turut memudar perlahan di telinga mereka. Dan setelah jauh berjalan, akhirnya gema suara sang dalang benar-benar lenyap dari pendengaran Pak Surya dan Yatno.

Thread HorrorWhere stories live. Discover now