14. Like an Angel's Heart

77 4 0
                                    

~If you give the wound too long, it will spread the distance~



"Kita ke tempat ini?"

Pria itu tak menjawab. Ia keluar dari mobil dan berderap cepat menuju ke area pemakaman, diikuti Abigail dari belakang. Ia tertegun mendapati dua makam yang sudah tua bertuliskan, 'Frank Moore, dan Alexandra Moonstone'. Rasanya waktu begitu cepat berlalu sejak ia melihat dua kuburan itu lima tahun silam.

"Kebahagiaanku direbut dengan paksa semenjak kecelakaan 15 tahun yang lalu. Orangtuaku meninggal."

Abigail menatap Gray yang juga tengah menatapnya. Ia melihat luka dalam netra biru itu. Ia juga melihat kebencian dan dendam. Lalu entah bagaimana, ia tiba-tiba merinding seolah arti tatapan Gray ditujukan padanya.

Gray lebih dulu memutus tali pandang mereka. Ia balik memandangi makam orangtuanya. "Mom, dad, bagaimana kabar kalian? Hari ini
aku datang lagi. Dan janjiku masih sama, yaitu membalaskan dendam pada orang yang sudah merebut kalian dariku!" Gray memejamkan mata dengan tangan terkepal. "Aku akan membuat orang itu seperti hidup dalam neraka!" desis Gray.

Abigail tak tahu apapun mengenai kematian ayah dan ibu Gray, lalu kenapa ia sakit hati mendengar ungkapan balas dendam pria itu?
Dari pada mengira-ngira, lebih baik ia membersihkan rumput yang mengelilingi kubur Alexandra dan Frank. "Uncle, aunty, bagaimana kabar kalian? Maafkan aku karena tidak pernah ke sini lagi."

Gray mengernyit. "Kau pernah ke sini?"

"Kau lupa lagi, Gabriel."

"Maksudmu?"

"Ayolah. Kejadian itu baru lima tahun yang lalu saat kita pertama kali bertemu di sini-tepatnya di tepi danau itu!" Abby menunjukkan sebuah danau kecil yang mengalir di sepanjang area pemakaman.

Gray berdiri mematung. Melihat danau itu setelah 5 tahun, sesuatu dalam dirinya berdesir hebat. Ia seperti mengalami de javu.

Seluruh atensi Gray tersita pada Abigail. Kini jantungnya berdetak lebih cepat. "5 tahun yang lalu? Di sini?"

Abby tersenyum dan mengangguk. Tak masalah baginya untuk menceritakan kembali momen manis itu. Dilihat dari ekspresi Gray, sepertinya pria itu penasaran, dan ingin mendengar ulang ceritanya. Oh ya, ini kali ketiga Abby menceritakan kejadian di tempat itu. "Waktu
itu kita sama-sama terluka. Aku tak sengaja melihatmu duduk sambil menangis di sini. Kau bilang ingin mengakhiri hidupmu, dan itu sangat konyol menurutku. Kau bahkan sempat berencana membunuhku, hanya karena aku mau mengobati lukamu itu," cerita Abigail sembari mengusap pelipis Gray dengan tangannya yang bersih.

Gray masih ingat jelas peristiwa itu. Waktu itu, Lucas memukulinya habis-habisan, sehingga ia melarikan diri ke sini. Ia tak ingin pulang, dan memilih berdiam diri di situ karena yakin Lucas tak akan menemukannya. Saat itu ia sudah berusia 22 tahun, tetapi belum punya keberanian untuk melawan Lucas. Ia hanya bisa pasrah ketika Lucas memberinya hukuman karena memukuli Edmund. Dan di sinilah ia bertemu dengan ....

Gray mengerjap beberapa kali karena baru menyadari sesuatu. Suara itu begitu lembut. Bahkan iris peraknya pun masih sama, memancarkan cahaya yang meneduhkan. Ia menatap Abigail lekat-lekat tanpa berkedip. Ia memerhatikan rambut, mata, dan semua yang bisa dilihat. Semuanya sama, hanya saja Abigail lebih tinggi. "Kau gadis yang punya bekas luka di wajah itu?"

Shadow of the Wound (Completed ✔️)Where stories live. Discover now