Jayden

338 59 6
                                    

   "Jay!"

   Pemilik nama menoleh ke samping. Menampilkan sosok gadis cantik sambil menenteng tas merah muda.

   Alis Jayden menukik, seolah bertanya 'ada apa?'

   Senyum gadis tersebut tak diindahkan Jayden, justru memilih melanjutkan langkah untuk pergi. Hari ini cukup melelahkan bagi cowok bertubuh tinggi tersebut, sebab sedari fajar sudah dikejar oleh teman satu divisi untuk melanjutkan pekerjaan yang sore ini juga harus selesai.

   Beruntung, setengah jam lalu telah selesai. Setelah usai mengisi perut di kafetaria kampus yang masih buka. Kini, Jayden hendak kembali ke tempat tinggalnya guna membersihkan diri.

   Namun, sepertinya niatnya akan batal kala melihat siapa yang tengah berdiri dengan anggun di depan tubuh tegapnya.

   "Sebentar!" Melihat Jayden hendak meninggalkan, maka gadis tersebut segera mencegah tubuh bongsor itu.

   Mengeluarkan sebuah kotak yang Jayden tebak  bekal makan. "Gue udah makan. Lo bawa pulang aja, bilang sama nyokap kalau Jayden hari ini sudah makan tiga kali. Satu lagi, gue sibuk. So, lo gausah ngintilin." Seusai mengeluarkan kata-kata yang cukup mencongkel hati, Jayden pergi begitu saja ke parkiran motor.

   Namun, permintaan Jayden juga tak diindahkan gadis yang masih menatap binar pada paras Jayden, meskipun Jayden mengambil langkah lebar, tapi  gadis itu berlari menyejajarkan langkah di sampingnya.

   Jayden lupa jika gadis ini adalah manusia paling gila yang pernah dia temukan. Sejauh apa pun Jayden melangkah, pasti dikejar. Sekeras beton pun, akan gadis itu terobos demi mendapat sedikit perhatian Jayden.

   Jayden melupakan jika Mami dan Papinya sudah menyerahkan seluruh hidupnya pada gadis gila ini. Itu kah yang menyebabkannya seolah tergila-gila pada Jayden?

   "JAYDEN! berhenti!" teriakan itu berhasil menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa di trotoar depan kafetaria.

   Semua orang di universitas sepertinya akan tahu siapa sosok Jayden dan Kalana. Dua mahasiswa paling banyak dibicarakan selama setahun terakhir, bahkan beberapa berita tidak mengenakkan bagi Jayden juga berasal dari gadis itu.

   "Jay, tungguin!" Hoodie belakang Jayden ditarik paksa Kalana, membuatnya berhenti mendadak.

   "Cewek gila!" umpatnya kasar seraya melepaskan genggaman Kalana di ujung hoodienya.

   Kalana mendongakkan kepala, menghadap Jayden dengan netra hitam sepekat gagak, tapi tak pernah berhasil menarik atensi cowok valentine itu. Setiap mendekat, ada saja alasan Jayden untuk menjauh.

   "Kamu belum minum vitamin hari ini. Sesibuk apa pun, kamu harus minum, Jay!"

   Jayden bosan setiap hari harus direcoki meminum berbagai bentuk vitamin dari gadis ini. Dengan kasar, dia merampas vitaminnya dan membuang tanpa arah. Sudah cukup Jayden menjadi boneka orang tuanya yang memainkan peran di pentas seni.

  "Udah, 'kan?" balasnya dengan dingin setelah membuang beberapa obat vitaminnya. Bagi Jayden ini terlalu berlebihan.

   "Kamu kok gitu? Aku susah-susah bawain buat kamu minun. Nanti kalau ...."

   "Nggak gue suruh. Besok, gue bakalan bilang ke Papa lo buat cabut semua investasinya. Gue nggak peduli masalah harta lagi." Jayden kembali melanjutkan langkah, tapi pukulan Kalana di kepala Jayden membuatnya berhenti lagi.

   Pucuk amarah Jayden tidak bisa lagi ditahan. Kedua jelaga hitamnya menyimpan dendam, bahkan buku tangan memutih sebab menahan lelehan lava di kepala yang sudah lama ingin dia keluarkan.

Skandal ||•Jung Jaehyun Where stories live. Discover now