03. Tempat Dinas

152 55 3
                                    

Jayden diburu oleh salah seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan karena mendapat kabar jika dalam beberapa menit akan ada pasien kecelakaan beruntun datang.

Dengan mengikuti langkah besar sang dokter, Jayden memakai kembali jasnya yang sempat dia lepas saat pergi makan siang.

Meski hanya magang, tapi Jayden kebetulan mendapat bagian pekerjaan menjadi asisten sehingga dapat terjun langsung lapangan. Lain halnya dengan Dimas yang mendapat bagian gizi rumah sakit.

Benar saja, tiga ambulan secara beruntun datang bergantian mengantre masuk ke gerbang rumah sakit. Dengan cekatan Jayden ikut membantu mendorong salah satu brankar korban.

"Jay, tolong panggil Dokter Felis untuk membantu menangani!"

Dengan cepat Jayden berbelok ke arah ruang Dokter Spesialis jantung tersebut. Meski baru satu minggu magang, Jayden cukup mengenal banyak para tenaga medis di rumah sakit ini karena keramahan. 

Dia mengetuk pintu ruangan Dokter Felis dengan nyaring. Kemudian membuka kenop. "Maaf, Dokter Yohan membutuhkan bantuan Anda," ucap Jayden sopan pada sang dokter yang tengah mengobati pasien.

Dokter Felis tersenyum. "Terima kasih, Jay. Tolong bantu dia membersihkan luka-lukanya." Menyerahkan sebotol alkohol pada Jayden.

"Felisialan!" umpatan sang pasien, eh?

Dengan ragu, Jayden masuk berjalan menuju pasien yang memunggunginya. Apa benar ada pasien yang mengumpat pada dokter?

Sebenarnya Jayden ragu untuk membantu pasien tersebut, tapi tanggung jawabnya sebagai tenaga kesehatan harus bisa memberikan pertolongan pada pasien tanpa pandang bulu.

Jayden belum berani menatap wajah sang pasien karena merasa tidak enak. Jadi, memilih memfokuskan mata pada peralatan kesehatan. Mulai dari menuangkan alkohol pada kapas putih.

"Mungkin ini sedikit perih, tapi tolong ditah──"

Belum sampai Jayden menempelkan kapasnya, kedua matanya melotot kaget hampir lepas melihat siapa yang tengah duduk dengan wajah penuh lebam di depannya.

Bukan hanya Jayden, pasien pun ikut melonjak kaget, tapi dengan segera mengubah mimik muka terlihat datar dan menyembunyikan rasa terkejut.

Rasanya Jayden ingin menghilang ditelan bumi saja. Tepat satu meter di depannya, Mayuna tengah duduk santai tanpa ekspresi. Jayden ingat betul wajah cantiknya itu.

Sialnya otak Jayden justru traveling jauh. Mengingat  bibir itu menempel pada bibir tebalnya. Tekstur halus dan rasa manisnya masih jelas dapat Jayden ingat di otaknya. Ah, sial!

Dengan cepat Jayden membuang pikiran kotornya. Jayden harus sadar posisi bahwa dia seorang dokter dan Mayuna ialah pasien. Tidak boleh membayangkan sesuatu yang dapat mengganggu fokusnya.

"Lo kerasukan?" Mayuna menyapa Jayden terlebih dahulu kala melihat gerak-gerik mencurigakan Jayden.

Jayden buru-buru kembali pada alam sadarnya. "Ng-nggak. Gue izin pegang waj──"

Wajah datar Yuna Mayuna berubah seratus delapan puluh derajat. Dia tersenyum, tapi Jayden tahu itu adalah senyum menyeramkan. Tunggu, Jayden menjadi takut!

Sengaja Mayuna mendekatkan wajahnya ke hadapan Jayden. Menyejajarkan. "Kenapa minta izin? Lo lupa apa yang udah lo lakuin ke gue?"

Sungguh kaki Jayden terasa melebur dan tubuhnya menggigil ketakutan. Mayuna yang dia lihat benar-benar berbeda. Lebih menakutkan, seolah melempar bendera perang pada wajahnya.

Kekehan geli menyapa telinga. "Lucu juga, lo. Sore itu lo gentle bisa cium gue, tapi siang ini ketakutan kaya kelinci mau disate?"

Sial! Jayden benar-benar takut pada Mayuna yang sekarang. Apa memang sifat dan watak cewek ini seperti sekarang ini? John bilang jika Mayuna gadis yang baik, ramah, dan suka menolong, tapi ini berbeda sekali dengan citra itu.

Skandal ||•Jung Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang