02. Obrolan Ruang Makan

146 55 1
                                    

Kaki panjang Jayden melangkah ke dalam kontrakan bersama teman-teman satu band yang sering dia ajak main ketika di kampus. Sudah hampir satu minggu Jayden tidak pulang ke rumah, semenjak adegan perang besar dengan kedua orang tua. Sampai sekarang pun Jayden tidak dicari bahkan sekadar ditanyakan keberadaan saja tidak.

"Hoi, mau ambil job nggak minggu ini?" Dimas memblokir jalan teman-temannya yang akan masuk ke dapur.

John menukikkan alis. "Lah, bukannya kalian dinas? Masih sempet emang?"

"Kalau gue sih sempet, asal mulainya gak awal banget." Jayden menimpali.

Yang dimaksud dinas adalah magang. Jayden dan Dimas masuk di semester tujuh perkuliahan yang mengharuskan mereka mengambil magangnya. Sudah tiga hari lalu mereka mulai magang.

"Bang Tian tuh yang sibuk ketemu dospem. Tabrakan nggak sama jadwal lo, Bang?" Juan menyenggol Bastian yang sedari tadi lebih fokus bermain handphone sejak keluar dari tempat nongkrong.

"Hahh? Nggak sih, tapi gue niatnya mau revisian. Kalau nggak, coba lo ajak Melki buat gantiin gue."

Dari Jayden dan Dimas yang sibuk magang, John dan Bastian disibukkan revisian skripsi. Sedangkan Juan masih leha-leha anteng, karena semester lima masih kuliah biasa. Agaknya sulit sekarang ini jika nongkrong bareng dengan jumlah anggota komplit, sebab semua telah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Hanya Juan yang masih merasa gabut.

"Tolak deh, Dim!" perintah John pada Dimas.

Dimas mengangguk setuju. Daripada membuat rusuh, lebih baik mereka menolak pekerjaan melihat betapa sibuknya mereka untuk beberapa bulan ke depan.

Jayden mendudukkan pantat di meja makan hendak melanjutkan permainan gamenya bersama Juan.

"Bajigur!"

Semua menoleh ke arah Dimas yang mengumpat dengan keras. "Jay, emak lo!" Segera menyerahkan handphone kepada Jayden.

"Ape?"

"Berulah," ucap Dimas.

Sebelum sampai di tangan besar Jayden, Bastian terlebih dahulu merampas. "Bukan rencana lo, 'kan?"

Jayden mengerutkan dahi. Rencana apa? Bahkan Jayden sedang diusir dari rumah. Kemudian ikut melihat layar handphone Dimas yang memperlihatkan berita terbaru.

"Lo nggak bilang ke nyokap kalau gue magang di sana kan, Bang?" Justru Jayden berbalik tanya pada Bastian. Sebab selam ini Jayden tidak pernah memberitahu apa saja yang dia lakukan di kampus jika tidak ditanyai.

Bastian menggeleng. "Gabut bener gue ngasih tau ortu lo." Benar juga! Meskipun mereka saudara, tidak pernah terlihat keakraban orang tua Jayden dengan Bastian yang layak disebut keponakan.

Jika bukan Jayden atau Bastian yang memberi tahu, lalu dari mana Mami Jayden tahu letak rumah sakit tempatnya dinas?

"Kayaknya lo dikintilin deh, Jay." Pernyataan John terdengar masuk akal.

Jayden lupa siapa Mami dan Papinya. Pasti mereka menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari informasi tentang Jayden, termasuk tempat magang. Sebab harusnya Jayden magang di rumah sakit milik keluarga Kalana, tapi Jayden menentang membuat bertanya-tanya semua orang.

"Dia nggak nyebutin sih kalau lo magang di situ, yang berarti emang belum tau, mungkin. Emak lo 'kan paling hobi pamerin lo ke media, tapi tumben banget emak lo donasi ke rumah sakit selain punya keluarga tunangan lo?" Beber Dimas setelah membaca penuh isi artikel tersebut.

Jayden menjadi berpikir negatif mengenai rencana Maminya. Memang ini terlihat konyol. Bagaimana mungkin Maminya berdonasi selain di rumah sakit milik keluarga Kalana?

Skandal ||•Jung Jaehyun Where stories live. Discover now