01. Mesin Pencetak Uang

268 57 5
                                    

Jangan lupa follow author yakk(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Segala bentuk kata kasar, adegan kotor, dan kekerasan. Jangan pernah ditiru. Semua hanya cerita fiksi

~•~•~•🦋~•~•~•

   Bibir Jayden tak henti-hentinya terus tersenyum, sambil menyesap rasa permen karet di mulut. Layaknya orang kehilangan akal. Kedua lubang pipi ikut menyapa wajah tampannya.

   Hanya beberapa detik saja, tapi mampu membuat gila seorang Jayden Xavier Dinata. Masih teringat jelas bagaimana rasa manis dari belahan bibir gadis yang sengaja dia cium.

   Jayden bukan orang polos seperti yang dibayangkan. Bahkan hidupnya penuh dengan sisi gelap dan dunia malam. Dia paham betul mengenai dunia luar yang membuatnya bebas akan pergaulan. Terkadang, dia melampiaskan semua takdirnya dengan bermain di bar atau arena balap. Hanya dua hal itu yang mampu membuat Jayden kembali merasa hidup.

   Tubuh bongsornya memasuki ruang tamu rumah dengan santai meski tengah ditunggui kedua orang tuanya. Dia berjalan seolah pangeran mendapat sambutan hangat.

   Jayden menghela napas kasar sebentar sebelum melewati tatapan tajam kedua orang tuanya. Dia tidak bodoh menafsirkan tatapan tajam yang secara terang-terangan dilayangkan pada Jayden. Pasti Kalana sudah memberitahu perihal tindakan kurang ajarnya di kampus tadi.

   "Sudah puas dengan kesenanganmu, Jasvier?" Papinya yang pertama kali memberi pertanyaan menyudutkan.

   Bahu Jayden terangkat ringan. "Bukankah itu lebih menyenangkan?" tanyanya seolah tidak punya dosa sekecil debu.

   Papi Jayden mengepalkan tangan menahan emosi, sedangkan Maminya memijit pangkal hidung, pusing dengan tingkah Jayden yang semakin hari tidak bisa dikendalikan.

   "Jasvier! Kami mendidikmu supaya bisa dibanggakan dan dipamerkan, bukan membuat kekacauan seperti ini. Lihat!"

   Papi melemparkan tablet seharga puluhan juta ke atas meja. Seolah memperlihatkan rekap dosa Jayden.

   "Nak, minta maaf pada keluarga Kalana. Kamu masih butuh kehidupan yang layak, 'kan?" Maminya mengelus bahu Jayden.

   Bibir kanan Jayden naik ke atas membentuk lengkungan dingin. "Bukan Jasvier, tapi Mami sama Papi." Sambil menggelengkan kepala.

   "Jasvier!" panggilan mulai meninggi dari Papinya. "Anak tidak tahu balas budi, huh?"

   "Membalas bagaimana? Memukul, menampar, memarahi, atau diikat seperti anjing yang mengikuti kata tuannya?" balas ucap Jayden tak kalah tajam dan sengit.

   Katakan saja Jayden anak durhaka, biarlah dia dikutuk Tuhan. Yang Jayden inginkan adalah hidup bebas tanpa penekanan, aturan, dan bukan dicampuri dari Papi atau Mami. Sejak lahir, hidupnya telah mengikuti alur yang dibuat orang tuanya. Seolah Jayden adalah aktor yang memainkan peran sesuai skenario yang dibuat oleh sutradara.

   Masih ingat betul saat masih kecil dulu. Jayden kecil yang ingin makan coklat satu bungkus dilarang keras, karena Mami takut jika gigi seputih susu dan tertata bak jagung muda itu mengalami kerusakan. Sehingga Jayden selalu diam-diam setiap mengonsumsi sesuatu yang dapat menyebabkan giginya tidak sehat.

   Sekecil itu saja tidak boleh, apalagi tentang masa depan? Semua telah diatur di buku pedoman kedua orang tuanya. Apa saja yang akan Jayden lakukan di masa mendatang. Salah satunya, menikahi Kalana.

   "Siapa yang mengajarimu berkata tidak sopan begitu?"

   "Kedua orang tuaku." Tanpa takut, Jayden berkata lantang.

Skandal ||•Jung Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang