[1] Singkat namun melekat

1.3K 105 11
                                    


Angin sore berhembus kencang menerpa rambut seorang gadis yang tergerai lurus sepunggung. Gadis itu tengah menikmati semilir angin sore sambil berkeliling kompleks perumahannya yang menjadi tempat tinggal barunya dengan sebuah sepatu roda  yang menjadi pijakannya.
Ia mengenakan celana pendek sepaha serta hoodie crop oversizenya juga sebuah earphone yang bertengger di kedua sisi telinganya dan tanpa sebuah helm atau pengaman untuk melindunginya dari hal yang tidak di inginkan.

Agatha Christie Evangelista itulah nama dari gadis yang kerap di sapa Angel. Ia memiliki paras jelita, suara yang lembut, tubuh tinggi semampai, hidung mancung, mata yang indah, bulu mata lentik, dan ia juga mendapatkan nilai plus dari sifat dan sikapnya yang begitu sopan.

Angel. Nama itu sangat cocok dengan parasnya yang nyaris sempurna itu.  Ia bersenandung riang, sambil sesekali melantunkan sebuah lagu.

“Tuhan kita Cuma satu, kita yang berbeda”

Ia bersenandung dengan riang sampai tak fokus pada jalanan di hadapannya. Sepatu rodanya tiba-tiba oleng ke depan, sepertinya ia melindas batu kerikil atau sejenisnya sehingga ia oleng dan terjatuh.
Brukkkk

“Awww” ringis Angel yang kini terkapar di jalanan beraspal. Lututnya mengeluarkan darah sebab tergores aspal.

Angel berdecak sebal. “Tau kayak gini gue pake pelindung lutut sama sikut deh” monolognya.

Angel hendak bangun namun lututnya begitu perih dan terasa ngilu, ia pun mengurungkan niatnya.

“Lemah banget sih lo, Ngel” gerutunya pelan. “Masa begini doang sampe kagak bisa bangun” cibirnya pada dirinya sendiri.
Masih sibuk memaki atas kecerobohannya, tiba-tiba terulur sebuah tangan di hadapan wajahnya. Angel tertegun. Ia mendongak, ternyata yang mengulurkan tangan itu adalah seorang lelaki yang sama sekali tak ia kenali. Lelaki itu mengenakan sarung serta koko atau sejenis kameja berlangan panjang dan juga sebuah peci hitam bertengger manis di kepalanya. Lelaki itu memiliki tatapan mata yang teduh, sadar di tatap dan di perhatikan oleh Angel, lelaki itu pun tersenyum.

Tangannya yang tadi sempat terulur pun kini di tarik kembali oleh sang empunya. Lelaki itu berjongkok menyetarakan tingginya dengan Angel. Angel masih terdiam membeku.

Lelaki itu membuka sepatu roda yang di kenakan Angel tanpa persetujuan dari sang empunya. Dengan begitu telaten lelaki itu membuka sepatu roda dari kaki jenjang Angel. Angel masih terdiam, begitu pula dengan lelaki di hadapannya. Pikiran Angel buyar seketika saat dimana lelaki itu melepas alas kakinya kemudian ia pakaikan pada telapak kaki Angel yang semula di balut oleh sepatu roda.

“Eh”

“Kamu pakai sandal saya dulu” ucapnya lembut sambil tersenyum ramah.

“Tapi lo-“

Lelaki itu menggeleng. “Tak usah pikirkan saya. Kamu kan habis terjatuh dari sepatu roda, takutnya kalau kamu masih mengenakannya nanti kamu bisa terjatuh lagi” lanjutnya yang kini menaruh lengan Angel ke arah bahunya. Lalu ia membantu Angel untuk berdiri dan memapahnya.
Angel tertegun. Ia membeku, namun jantungnya berdetak lebih cepat dua kali dari biasanya. Angel menatap lelaki itu sekali lagi.

“Maaf sebelumnya, bukannya saya lancang atau bagaimana. Tapi sepertinya kamu sulit berjalan sebab kakimu terluka” ucapnya meyakinkan Angel bahwa ia bukanlah lelaki kurang ajar atau semacamnya. “Rumahmu dimana?”

Angel mengerjapkan matanya beberapa kali. “Rumah?” gumamnya.

Lelaki itu mengangguk. “Iya. Rumahmu? Dimana? Tidak mungkin kan jika kamu tidak memiliki rumah untuk tempat tinggal”

Angel nampak berpikir sejenak. “Di kompleks sebelah” ucap Angel.

Lelaki itu mengangguk lagi. “Lumayan jauh ya” gumamnya. “Ke rumahku saja kalau begitu”

DIFFERENT seamin tak seiman [completed]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang