❀ーChapter 11

85 29 5
                                    

Double update guys~ cek chapter sebelumnya kalau kelewatan ^.^

.
.
.

Before Chapter

"Jangan sok tau."

"Pergi!" suruhku saat dia malah mendaratkan tubuhnya di bangku milik Mashiho.

"Maaf."

Lagi-lagi kata itu, aku dibuat pusing oleh sikap anehnya.

"Kalau begitu aku saja yang pergi." Aku beranjak dan meninggalkanya sendiri.
Suasana hatiku hancur tanpa tahu alasan jelasnya.

Continue

Chapter 11
____________

Tujuanku hanya kantin, tempat mengisi perutku yang tadi pagi hanya terisi oleh roti dan susu.

Menyantap makananku sambil memainkan ponsel.

Dan mendapatkan notif dari Appa jika nanti tidak bisa menjemput karena harus menjemput Eomma di stasiun.

"Boleh aku duduk di sini?" Aku berdehem.

"Masih marah?"

"Sudah cukup! Dengar ya, Yoon Jaehyuk, aku ini tidak marah dan jangan menggangguku lagi," finalku, dengan berat hati meninggalkan makananku yang masih kumakan setengah.

"Berhenti mengekoriku, Yoon Jaehyuk!" Sungguh aku sedang tidak ingin diganggu.

"Darimana kau tahu?"

"Bayanganmu."

"Ah."

"Pergi!"

"Tidak mau."

"Sebenarnya apa mau mu?!"

"Menutupi noda permen karet."

Bolehkah aku mencebur ke Sungai Han sekarang?

***

"Maaf merepotkan," lirihku setelah selesai kegiatanku di kamar mandi, dia ternyata daritadi menunggu di depan pintu.

"Tidak masalah, hanya saja itu tidak gratis."

"Perhitungan!"

"Kan kau juga begitu."

"Apa?!"

"Pagi tadi kau meminta ditraktir karena aku menyalin tugas mu dan aku sudah melakukannya saat kau pergi tanpa membayar, sungguh aku malu ditahan oleh ibu kantin." Aku terkekeh, memang sih aku belum membayar karena terlalu kesal.

"Ya, ya, jadi, sudah impas, kan?"

"Belum."

"Kenapa?!"

"Sstt, jangan berteriak terus nanti pita suaramu sakit."

"Hm."

"Ya tapi bukan berdehem juga."

"Ya?" tanyaku mencoba sabar, setelah ini kupastikan akan menjaga jarak setiap bertemu dengannya.

"Aku ingin ...."

***

"Sudah kubilang, jangan lupa melingkarkan tanganmu pada—"

"Ya, ya," potongku dan segera melingkarkan tangan di perutnya, sebenarnya aku jadi ingat perkataan Mashiho tadi.

"..., tapi dari penglihatanku Jaehyuk itu menyukaimu."

Sebenarnya antara percaya dan tidak, sih. Dia kan selama ini hanya ingin membuatku kesal saja. Tapi, sekarang aku berada di jok motornya dan entah dia akan membawaku pergi ke mana.

"Asahi...."

"Iya?"

"Kau mau pergi kemana?"

"Eh, bukannya kau yang merencanakan?"

"Hehe." Aku menepuk dahi, lihatlah wajah tanpa dosanya itu, tenang Asahi kau harus sabar.

***

"Hei, ngelamun aja," katanya berhasil mengalihkan atensiku, dia memberikan ice cream cokelat dengan senyum khasnya, aku membalas senyumannya.

"Gomawo." Dia mengangguk lalu ikut duduk di sebelahku.

Aku dan Jaehyuk sekarang sedang berada di taman, aku yang mengusulkan, suasana hatiku juga kalau sedang datang bulan lebih ampuh terobati. Padahal nyatanya itu hanya kebohongan semata.

"Kau sedang lihat apa, itu es krimnya mulai mencair."

"Ah, pasangan itu ya?" tambahnya membuatku meringis, dia malah mengikuti arah pandanganku.

"Jangan sok tau."

"Tapi, ku lihat pandanganmu selalu teralih ke mereka, kan di sini sudah ada aku yang tampan."

"Iya, iya, dan jika kau tahu mereka itu orang tuaku." Ah, akhirnya aku jujur mengapa aku memilih taman. Karena aku selalu ingat jika sore seperti ini Eomma akan mengajak Appa ke taman walaupun itu sangat jarang dilakukan, alasannya karena Appa harus menjemputku.

Aku jadi tidak enak karena waktu Eomma dan Appa jadi berkurang.
"Benarkah? Mereka terlihat masih muda." Benar sekali, Eommaku memang terlihat muda dan cantik, Appa juga masih tampan. "Dan aku juga merasa  familiar dengan Appa-mu."

"Kalau begitu kenapa tidak ke sana—"

"Aku tidak ingin menggangu, aku senang jika Eomma senang." Kemudian aku tersenyum miris.

ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang