❀ーChapter 2

276 33 3
                                    

Before Chapter

"Entah, rasanya malas saja."

"Ei aku merasa ada kebohongan di sini."

"Mashi—"

"Ah, oke-oke, aku akan pergi." Aku terkekeh sambil menggelengkan kepala. Absurd sekali tingkahnya, dia ini walaupun tahu aku sedang bad mood tetap saja menggoda. Setelah dia benar-benar pergi aku melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.


Continue

Chapter 2
____________

Duk.

Saat mejaku ditendang keras aku langsung mengangkat kepala dan menatap tajam ke si pelaku, aku sudah tahu jelas dengan sifat tengilnya.

"Aku sedang malas." Dia diam mendengar pernyataanku, lalu memilih duduk di kursi milik Mashiho.

"Ck, sudah kubilang aku malas." Aku merotasikan kedua mata malas saat melihat orang itu malah menampilkan senyum bodoh andalannya. Itu membuatku kesal.

"Lihatlah sifatmu, sudah kembali seperti biasanya."

"Apa maksudmu?!"

"Maksudku, tadi kau hanya diam dan sekarang kau sudah kembali seperti biasanya."

"Jangan berbelit."

"Aku hanya tidak ingin melihatmu murung, wajahmu cantik jika banyak berbicara."

Hah?!

Dasar Yoon Jaehyuk aku merasa ada yang terbang di perutku!

"Ah, lihat betapa lucunya wajah memerahmu."

Duk.

Aku langsung memukul kepalanya keras lalu menatapnya tajam, sebenarnya dia juga kenapa bersikap aneh, tidak seperti biasanya. Ketahuilah dia ini sudah kuanggap musuh bebuyutan sejak duduk di bangku kelas sepuluh dan tetap berlanjut sampai kelas sebelas ini. Dan itu membuatku harus mempunyai stok kesabaran lebih. Apalagi suasana hatiku akhir-akhir ini tidak begitu baik.

"Mau kupukul lagi wajahmu itu, hah?!" kataku tajam setajam pisau saat melihat ekspresinya yang meminta belas kasihan, dengan pupy eyes, argh sungguh menjengkelkan, ingin kutendang pantatnya sampai ke Kutub Utara dan hiduplah dia dengan para beruang putih.

"Ish, kau tidak tahu betapa sakitnya kepalaku," katanya sambil mengusap pelan kepalanya dengan tangannya sendiri bukan tanganku. Daripada meladeni orang ini, aku memilih untuk ke luar kelas. Tidak peduli dengan kelas yang sebentar lagi akan dimulai. Suasana hatiku hancur. Dengan menghentakan kaki kesal, aku melangkah menuju rooftop.

Kubuang nafasku kasar setelah menyandarkan tubuh ke tembok. Menatap cerahnya pagi ini, rasa hangat aku terima dari pancaran sinar matahari, tapi hatiku justru kebalikannya, dingin. Butuh seseorang yang bisa menghangatkan. Menyembunyikan wajah pada kedua lutut yang kutekuk di atas kursi. Lagi-lagi aku teringat dengan kedua orang tuaku.

Di dalam hati aku terus saja mengumpat pada diriku, tentang betapa hilang akalnya diri ini tentang hal itu yang ternyata semakin tumbuh. Tumbuh dedaunan dan bunga cantik yang nyatanya mau tak mau aku harus melayukannya. Kurasa kedua pipi ini mulai basah. Isakkan kecil keluar dari mulutku.

Aku selalu berdoa semoga saja Tuhan mengampuni.

Tanpa kusadari ternyata ada yang masuk, berjalan mendekat dan duduk di sampingku. Orang itu merengkuh tubuh bergetarku. Aku diam tidak menolak. Berusaha tidak membuat getaran akan tangisanku. Mau taruh dimana wajahku jika terlihat mata bengkak yang semakin membengkak. Pasti mengerikan.

Tangan kekar mulai menyentuh punggungku, mengusapnya pelan, kurasakan ketulusan yang orang itu salurkan. Keinginanku untuk menahan getaran malah berakhir sebaliknya. Tangisanku semakin kencang saat mendengar kalimat dari orang itu, suara berat mengalun di telingaku. Ingin kulepas pelukkannya. Karena suaranya aku langsung tahu siapa pemiliknya.

"Biarkan tetap seperti ini sampai dirimu tenang, tidak masalah jika aku ikut membolos."

Berapa lama dalam dekapannya tidak kupikirkan karena sudah kalut dengan perasaan yang tidak masuk akal ini. Menghapus sisa air mataku dan menenangkan diri sebelum menarik tubuhku dari rengkuhannya. Aku tidak menatapnya, memilih melihat ke arah lain, pasti tahulah betapa jeleknya orang sehabis menangis.

"Kau bisa kembali ke kelas, tidak seharusnya ikut membolos," kataku dengan tetap mengalihkan pandangan.

"Aku bukanlah udara yang tembus pandang jika kau tahu." Aku mendengus kesal, dia ini tidak tahu apa jika aku sedang malu.

ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Where stories live. Discover now