❀ーChapter 15

85 26 1
                                    

Before Chapter

"Asa—"

"Apa hari ini ada tugas, Jae?" lebih tepatnya Jaehyuk.

"Tidak ada, hanya minggu depan akan ada ulangan harian."

"Benarkah?" Dia mengangguk. "Padahal aku belum terlalu paham materinya, boleh kau mengajariku?" Sebelum dia menjawab aku sudah pergi mengambil buku di kamar.

"Asahi boleh aku bertanya sesua—"

"Jae ayo cepat ajari ak—"

"Hamada Asahi sungguh aku tau kau sedang ada masalah." Aku diam saat dia memotong ucapan.


Continue

Chapter 15
_____________

Aku tersenyum kecut. "Jangan mengarang, aku hanya tidak enak badan."

"Dan itu sampai membuat kantung matamu besar?"

"Ak—" Dia langsung menatapku, seperti tak ingin dibantah dia mampu membuatku langsung mengatupkan bibir.

"Setidaknya kau bisa berbagi denganku, jangan memendamnya sendiri."

"Jika boleh jujur, tadi pagi aku ingin menjemputmu tetapi malah melihat langkah tergesa Appa-mu, kulihat raut penuh kemurkaan bercampur sedih, sebenarnya ada apa Asahi?" lanjutnya membuatku menunduk, sungguh aku tidak tahu harus memberitahunya atau tidak.

"Asahi tatap aku." Dia meraih daguku, membuatku menatap iris matanya yang menyayu. "Setidaknya aku ini temanmu, kau bisa percaya padaku." Entah hatiku tiba-tiba sakit mendengar kata teman.

Dengan terbata aku mulai menceritakan kejadian semalam, termasuk masa laluku dengan Appa, rasa sakit kembali menjalar, air mataku mulai menetes. Kulihat Jaehyuk mendekat, merengkuh tubuh mungilku dalam rengkuhannya.

Tangisku semakin deras, berada dipelukannya membuatku merasakan sebuah kehangatan. Beberapa menit kemudian tangisanku mereda, dia melonggarkan pelukan, menghapus sisa cairan di pipiku.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Aku mengangguk.

"Apa kau masih menyukai Appa-mu?" Aku kembali menggangguk, namun terasa ragu di hati, dia masih setia menatapku.

"Setelah kejadian yang menimpa Eomma-mu?" Ah, aku melupakan Eomma. Aku masih menyukai Appa, tetapi kalau boleh jujur, aku merasakan kebahagian kecil di atas penderitaan Eomma.

Apa Tuhan akan memaafkanku?
Entahlah, aku pun juga tak tahu.




***



Jaehyuk masih bersamaku, membantuku untuk tidak berbuat macam-macam. Katanya jika ada orang yang sedang bermasalah pasti pikirannya akan selalu melakukan hal negatif, sungguh aku juga tidak akan melakukan hal bodoh, masa depan tidak akan kukorbanku begitu saja.

"Eomma-mu masih tidak mau ke luar?" Aku berdehem, sudah kucoba berulang kali dan berakhir selalu mendapatkan bentakan kasar.

"Boleh aku menginap?"

Eh?

"Bukannnya tidak boleh, tetapi apa kata tetangga nanti."

"Benar juga, tapi bukannya ada Eomma-mu? Lagipula aku hanya ingin melindungimu."

Melindungi, ya?

Tidak dapat kurasakan perhatian seorang teman sampai seperti ini, mengingat Jaehyuk itu namja.

"Terimakasih Jae, tetapi itu tidak perlu."

"Kenapa?"

"Karena dia tetaplah Appaku."

"Bagaimana bisa kau bersikap seolah-olah Appa-mu tidak akan betindak lebih dari kemarin malam?" Dia menatapku lamat.

Jaehyuk ada benarnya juga, tetapi kenapa di sisi lain aku ingin Appa kembali bersikap aku masih kekasihnya? Sebenarnya aku kenapa bisa seegois ini? Sudah gila kah aku pada cinta yang padahal ingin sekali aku hapus?

"Sungguh Jae tak apa, lebih baik kau pulang, ini sudah larut."

Dia menggeleng tegas. "Aku akan tidur di sofa."

"Jae aku tidak apa, percayalah."

"Aku tidak menerima penolakan."

Dia ini keras kepala sekali. Aku tak suka.




***




Apa yang dikatakan Jaehyuk benar, Appa diam-diam pulang ke rumah, memasuki kamarku dan tidur di sisi yang masih kosong di sampingku sambil memelukku dari belakang. Awalnya aku pikir hanyalah mimpi, tetapi nyatanya tidak. Aku merasakan takut sekaligus senang. Apalagi saat Appa membisikkan kalimat sayang di telingaku sambil mengeratkan pelukan.

Aku harap tidak ada yang menyadari kedatangan Appa.




***





Di pagi hari harapanku terkabul, dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya aku ke luar kamar, menoleh sebentar menatap sisi ranjang yang semalam diisi oleh tubuh jakung Appa. Sudut bibirku terangkat, ingin sekali matahari membiarkan bulan untuk bertahan lebih lama, pasti menyenangkan. Ditemani tidur oleh namja yang disukai, apalagi juga bisikkan sayang.

Knop pintu terputar sendiri, aku menyerngitkan dahi.

"Asahi."

"Eomma?"

Pagiku tidak sesuai ekspetasi.




***

ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Onde histórias criam vida. Descubra agora