❀ーChapter 13

84 25 3
                                    

Before Chapter

Saat kubuka pintu rumah, hanya kegelapan yang kudapati, mungkin Eomma dan Appa belum pulang. Aku menghidupkan saklar lampu kemudian masuk ke kamar, membersihkan diri, dan memakai baju tidur. Aku tidak langsung merebahkan diri karena ada tugas yang harus kuselesaikan.

Tetapi saat baru menyelesaikan dua nomor, aku merasakan perutku ingin diisi.

Berjalan ke luar kamar dan aku langsung mendapati kedua orang tuaku yang masuk ke dalam rumah dengan langkah sempoyongan.

Continue

Chapter 13
_____________

Aku membantu keduanya untuk duduk di sofa kemudian mengambilkan dua gelas air, mereka langsung meneguknya habis tak tersisa. Segera kuambil alih gelas dan meletetakkannya di meja sebelum benar-benar pecah karena jatuh.

"Sudah lebih baik?" Appa mengangguk dengan mata tertutup sedangkan Eomma menggumam pelan. Aku berusaha memapah Eomma masuk ke dalam kamar, sedikit susah karena Eomma terus merancu tidak jelas, kurebahkan Eomma di atas ranjang.

Kemudian aku kembali ke ruang tamu dan Appa malah tidur di sofa, dengan tenaga maksimal aku membantu Appa untuk bangkit dan lebih baik untuk tidur di kamar daripada di sofa.

"Asahi...."

"Appa diam dulu, nanti jatuh." Aku berusaha membenarkan tubuh Appa yang merancu tidak jelas, sama seperti Eomma tadi.

"Asahi.."

Bruk.

"Appa!" Apa lagi ini, beliau malah jatuh di tengah jalan, saat aku berusaha untuk kembali memapah, Appa dengan sempoyongannya meraih tubuhku, menggendong di atas pundaknya, mirip seperti karung.

"Appa sedang apa?!" Aku berusaha turun, tetapi tenaga Appa saat dalam keadaan tak sadar sama saja. Tapi, aku tidak boleh menyerah begitu saja.

"Diamlah!" bentak Appa.

Aku terkejut saat beliau membentak, tapi aku tak boleh membiarkan Appa melancarkan aksinya.

Bruk.

Meskipun terasa sakit karena terjatuh, aku tidak peduli. Kudorong kuat bahu Appa sampai tersungkur. Aku bangkit, tujuanku adalah kamar milik Eomma.

"Berhenti kau!" teriak Appa sambil mengejarku, beruntung beliau masih dalam pengaruh obatnya, langkahnya sempoyongan.

Sesampainya di kamar, langsung saja kukunci pintu dari dalam.

Dor! ... Dor! ... Dor!

"Sebenarnya Appa kenapa, hiks." Appa menggedor pintu kuat, aku berdoa supaya pintu itu tidak akan terbuka. Aku berusaha membangunkan Eomma yang tengah terlelap.

"Eomma ireona, Appa, hiks."

Dor! ... Dor! ... Dor!

Aku semakin kuat menggoyangkan tubuh Eomma sampai membuka kelopak matanya.

"Eomma tolong Asahi hiks."

"Eungh." Eomma melenguh pelan sambil mengerjapkan mata, aku langsung memeluk Eomma yang masih setengah sadar.

"Ada apa, kenapa mem—"

Dor! ... Dor! ... Dor!

Brak

"—Kamchagiya!" Eomma terkejut, aku pun sama saat pintu sudah terbuka, menampakkan tubuh jakung Appa dengan wajah marahnya.

"Kemari kau, Hamada Asahi!" Dengan langkah besar Appa mendekat, aku semakin mengeratkan pelukan pada Eomma.

"Ya! Apa yang kau lakukan dengan Asahi?!" tanya Eomma tegas dan malah terdengar decakan malas dari Appa.

"Apa pedulimu, hah?! Cepat bawa Asahi kemari!"

Aku menggeleng dalam pelukan Eomma. "Jangan Eomma, hiks."

"Ada apa dengan Asahi? Sebenarnya kau kenapa?!" Tak kudengar balasan dari Appa, dengan tarikkan kuat beliau menarik pergelangan tanganku, berusaha melepaskanku dari dekapan Eomma.

"Lepaskan!"

Plak.

Aku membulatkan mata, tidak pernah kubayangakan Appa akan menampar Eomma. Aku meringis sakit saat Appa menarik lenganku paksa. Sedangkan Eomma berusaha menahanku.

"Jangan mencoba untuk menggangguku, DONG SICHENG!"

Deg.

Baru pertama kali aku mendengar Appa memanggil nama Eomma ditambah nada membentak seperti itu.

"Appa kenapa membentak Eomma?!" Aku mencoba memberanikan diri dan malah mendapatkan tatapan tajam dari beliau.

"Kenapa?! Apa peduliku dengannya!" kata Appa sambil menunjuk Eomma yang membulatkan mata terkejut.

"Sebenarnya Appa tidak pernah menyukai dia!" Aku kembali terkejut dengan pernyataan tiba-tiba ini, Appa menunjuk Eomma yang kini terisak.
Sebenarnya apa yang terjadi di sini?!




***

ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Where stories live. Discover now