❀ーChapter 8

102 28 4
                                    

Before Chapter

Sesaat kemudian, aku mendongakkan kepala, melihat siapa yang berhati baik sudah menolongku. Ah, ternyata si musuh bebuyutanku.

"Eum, sepertinya aku duluan, bye Asahi." Aku menggeram saat kudengar derap langkah Mashiho mulai menyamar.

"Maaf." Dan di saat aku ingin menjauhkan tubuhku, sebuah tangan kekar menahan punggungku, bau maskulin mulai merambat ke indra penciumanku.

Deg.

Sebenarnya aku kenapa?


Continue

Chapter 8
____________

"Masih menunggu jemputan?" Aku mengangguk lalu kembali fokus ke layar ponsel yang sebentar lagi akan gugur, dayanya hanya tersisa lima persen. Dan aku terlalu pintar karena tak membawa powerbank.

"Aku antar saja."

"Nanti Appa mencari, aku jadi tidak enak."

"Kirimkan pesan saja, pasti dibaca. Lagipula gumpalan awan mulai berkoloni." Berakhir aku yang berada di jok motornya, sekali lagi dengan jaketnya yang sudah melingkar di perutku.

"Jangan lupa untuk melakukan ini jika bersamaku, tapi tidak pada orang lain." Dia meraih tanganku, melingkarkan pada perutnya.




***




"Terimakasih, tapi kau benar tidak ingin mampir? Air sudah menitik kecil." Dia menggeleng lalu mengusap pucuk kepalaku pelan.

"Aku akan adu kecepatan dengan hujan, tenang aku pengendara handal."

"Tapi jika terjadi-"

"Masuklah, kulihat sudah ada sepasang mata yang menatapku tajam, mengisyaratkan untuk segera pergi."

"Tap-" Lagi-lagi terpotong, Jaehyuk sudah melengang pergi motor ninjanya, aku jadi penasaran siapa pemilik mata itu.

"Ah, Appa mengejutkanku," kejutku. Juga spontan mengusap dadaku, berusaha menetralkan detak jantung.
"Appa tidak bekerja?"

"Tidak, Eomma mengeyel lagi." Ah, beruntungnya tadi aku ikut dengan Jaehyuk.

"Itu kan namanya perhatian, kenapa harus memasamkan wajah, sih," kataku saat melihat wajah masam Appa. Beliau sekarang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek, tidak habis pikir dengan sikap Appa yang terkadang kekanakan.

"Eomma kemana?" tanyaku saat kulihat tidak ada tanda-tanda keberadaan Eomma.

"Tadi pergi ke rumah halmoeni, tapi dia mengirim pesan jika terjadi hujan badai maka diputuskan untuk menginap." Aku mengangguk, memang Eomma sering mengunjungi halmoeni dua minggu sekali, katanya rindu.

Dan itu membuatku tidak harus merasa baik-baik saja.

"Appa ingin makan apa?" tanyaku setelah membersihkan badan, lalu pergi ke ruang kerja Appa, masih sibuk dengan tumpukkan kertas. Kacamata juga masih setia bertengger di hidung mancungnya.

"Eum, ramyun?"

Aku diam mempertimbangkan lalu mengangguk setuju. Memang suasananya juga mendukung.
Hujan kembali mengguyur kota Seoul.




***




"Appa masih tidak percaya dengan namja itu." Aku yang sedang menikmati ramyun dengan kuah panas menoleh. "Itu yang kemarin hampir mengantarmu pulang dan hari ini tidak lagi hampir, malah sudah."

Ah, maksudnya Jaehyuk.

"Tidak percaya?" Appa mengangguk karena mulutnya baru saja tersumpal, setelah ditelan baru kembali membuka suara.

"Kan kau bilang hanya teman sedangkan dia memperlakukanmu lebih dari itu." Aku masih tidak mengerti.

"To the point saja, Asahi jadi bingung."

"Appa kurang suka dengan namja itu, bibirnya terlalu tebal, seperti habis melakukan sesuatu saja."

"Hah?" Sebenarnya Appa sakit apa sampai jadi hiperbola begini.

"Nanti temani Appa tidur."

"Appa bercanda?"

"Bukannya kemarin kau juga tidur dengan Appa?" Ah, maksudku bukan itu, masalahnya kemarin karena petir dan ini alasannya apa?

Duh, kepalaku jadi pening.





***




"Appa benar ingin tidur bersamaku?" tanyaku. Tapi, malah mendapatkan tatapan datar yang sulit diartikan dari Appa. "Maksudku kemarin juga gara-gara petir."

"Yasudah nanti tinggal bilang Eomma jika ada petir." Aku diam, kalau sudah begini Appa akan kukuh pada pendirian. Susah dibelokkan.

Ting!

Di saat aku ingin memejamkan mata, terdengar bunyi notif dari ponsel, tanganku terulur ke nakas.

~

Enemy🔥

|Hei, sudah tidur?

~

Untuk apa dia mengirim pesan saat aku ingin tidur, ini sudah pukul sembilan malam.

~

Knp?|
Read

Enemy🔥
|Singkat sekali

cpt ktkn ap mwmu ak mw tdr|
Read

|??

~

Aku menggerutu kesal, ayolah mataku sudah mengantuk.

~

to the point!|

|Galak sekali..
|aku hanya minta tolong pap tugas

~


ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Where stories live. Discover now