❀ーChapter 9

100 28 3
                                    

Before Chapter

Enemy🔥

|Hei, sudah tidur?

~

Untuk apa dia mengirim pesan saat aku ingin tidur, ini sudah pukul sembilan malam.

~

Knp?|
Read

Enemy🔥
|Singkat sekali

cpt ktkn ap mwmu ak mw tdr|
Read

|??

~

Aku menggerutu kesal, ayolah mataku sudah mengantuk.

~

to the point!|

|Galak sekali..
|aku hanya minta tolong pap tugas

~


Continue

Chapter 9
___________

Aku memutar bola mata, dengan malas berjalan menuju meja belajarku, mengambil buku tugas dan segera memotretnya. Lalu mengirim hasilnya. Setelahnya tak peduli dia membalas apa karena aku langsung kembali ke kasur.

"Siapa?"

Huh, hampir saja jantungku lepas dari tempatnya. Aku lupa kalau ada Appa di sini.

"Teman."

"Malam-malam begini?"

"Iya, ingin menyalin tugas."

"Dasar malas." Aku memilih tidak membalas dan tidur membelakangi Appa, tidak sehat untuk kesehatan jantung jika terus melihat rahang tegasnya.

Grep.

"Appa ...," lirihku ketika lengan kekarnya malah melingkar di pinggangku. Aduh, detak jantungku!

"Dingin jadi butuh pelukan."

"Tapi-"

"Sstt, biasanya kalau dingin Appa juga memeluk Eomma." Aku tak menjawab, memilih untuk berdoa, semoga saja hari esok lekas datang.

Entah ada rasa senang dan sekaligus sedih.




***




"Asahi, kau sudah siap?"

"Sebentar Appa." Aku memoles bibir yang kering dan segera merapikan suraiku yang sedikit berantakan. Kemudian ke luar kamar.

"Ayo berangkat." Aku mengangguk dan langsung berjalan menuju mobil. Duduk di kursi dekat kemudi.

"Eomma bilang akan pulang petang nanti."

"Apa ada masalah?"

"Entah, Eomma cuman bilang itu."

Aku hanya menatap dunia luar dengan wajah datar, pemandangannya sudah bisa ditebak. Motor, mobil yang berlalu lalang. Bosan. Duh, kenapa aku jadi canggung begini, sih.

"Nah, sudah sampai," kata Appa membuatku menoleh, aku menjulurkan tangan bermaksud untuk pamit. Dan tanpa diduga setelah aku menghirup punggung tangan Appa, beliau menarik tanganku dan membubuhkan kecupan ringan pada pucuk kepalaku.

Sebenarnya ada apa dengan Appa sih?!




***




"Kau sudah gila rupanya." Aku yang tengah berjalan di koridor sambil bersenandung ria dan kurva bibirku yang terangkat sekarang teralihkan oleh suara menyebalkan itu.

"Bukan urusanmu."

"Oh."

"Eum, trimakasih untuk kemarin," tambahnya. Aku memicingkan alis. "Itu foto tugasnya."

Ah, iya!

"Tidak gratis! Kau harus mentraktirku."

"Jadi kau tidak ikhlas?"

"Yasudah sini bukumu biar aku sobek."

"Memangnya kau bisa mengambilnya?" tanyanya mengejek dan itu membuatku kesal.

"Tidak semudah itu," katanya saat aku mau meraih tasnya dan dia malah melangkah maju. Membuatku malah menggenggam udara kosong.

"Oh, jadi ingin bermain?" tanyaku dengan nada menantang. Secepat kilat aku meraih tasnya, tapi keberuntungan tidak berpihak padaku. Jaehyuk ternyata bergerak lebih cepat untuk mundur. Dia mengerjapkan mata, nampaknya baru kali ini dia melihatku selincah ini.

"Hampir saja kena, tapi kau belum beruntung." Dia menjulurkan lidah lalu berlari.

"Ya! Yoon Jaehyuk!" teriakku sambil mengejarnya, berusaha meraih tali tasnya.

BRUK.

Dengan tidak elitnya aku terjatuh karena tersandung kaki sendiri dan menubruk tubuh bongsor di depanku. Hidungku sakit terkena hiasan besi yang tertempel tasnya.

Jadi Jaehyuk sekarang tengkurap dengan aku yang berada di atasnya dengan posisi sama.

Dan kumanfaatkan posisi tidak enak ini dengan merogoh tasnya dan segera kucari buku hijau, berlabel 'Tugas Sains' beruntung juga karena guru memberikan pembeda pada mata pelajarannya. Jadi langsung dapat.

Kemudian aku beranjak dan meninggalkannya yang masih tersungkur. Masuk ke dalam kelas dengan senyum kemenangan, Mashiho yang melihatnya bingung. Saat aku sudah duduk, Mashiho memegangi dahiku.

"Kau tidak sakit, tapi kenapa senyum-senyum sendiri?" Aku hanya mengangkat bahu acuh. Memilih memainkan ponsel.

Karena sibuk bermain ponsel, tiba-tiba saja seseorang merebutnya dari tanganku.

"Ck, maumu apasih sebenarnya?!"

ToBeContinue

Méprise メ JaeSahi✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat